Nasyama Khadijah Putri harus menelan pil pahit saat 7 hari sebelum hari Pernikahan nya harus berakhir kandas karena ia mendapati calon suaminya sedang bercinta dengan Noni, sahabatnya di kamar utama yang akan menjadi kamar pengantinnya.
Dan semakin membuat Nasya semakin hancur setelah mengetahui mereka adalah pasangan kekasih sebelum Noni memutuskan menikah dengan Gadhing, lelaki yang masih dicintai Nasya dalam diam.
Hingga akhirnya Nasya memutuskan untuk membalas dendam dan melakukan berbagai cara untuk menjadi istri kedua dari seorang Ahmad Gadhing Athafariz.
Setelah berhasil menjadi istri kedua Gadhing dan hubungan mereka mulai dekat, Cinta mereka di uji karena Noni mengidap kanker serviks.
Noni meminta sesuatu yang sulit untuk dikabulkan Gadhing.
Lalu bagaimana kisah rumah tangga mereka? Sedangkan Gadhing sangat membenci Nasya sebelum menjadi suaminya.
Apakah permintaan Noni?
Lalu bagaimana Jimmy, duda beranak satu yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nasya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. JSAMS
"Masuk."
Rispan masuk ke dalam ruang kerja Jimmy membawa sebuah map berisi informasi mengenai Nasya.
"Bacakan," titah Jimmy duduk menatap Rispan dengan tatapan dingin dan datar.
"Nasyama Khadijah Putri. Usia 22 tahun, punya dua kafe dan lima Rumah makan. Seharusnya enam, tetapi satu lagi sudah berpindah tangan kepada mantan tunangan beliau."
Jimmy kembali menatap Rispan dengan kedua alis saling bertaut. "Mantan tunangan? maksud nya gimana?"
Rispan menghela nafas panjang. Salah satu karakter Jimmy yang sering membuat Rispan banyak bersabar adalah Jimmy yang tidak sabaran.
"Nasya memiliki tunangan bernama Dimas Anggara. Tetapi batal karena Nasya menikah dengan Ahmad Gadhing Athafariz, seorang Dokter obgyn sekaligus kepala Rumah Sakit. Dokter Gadhing adalah sepupu tiri beliau yang menikah dengan sahabat beliau sendiri."
Jimmy menggeleng merasa tak percaya dengan apa yang dijelaskan Rispan baginya. Ia pun berpikir, bagaimana bisa Nasya memilih menjadi orang ketiga dalam rumah tangga sepupu tiri dan sahabat sendiri?
"Mengapa Nasya menikah dengan sepupu nya?" gumam Jimmy dengan satu tangan nya mengusap-usap dagu dan satu tangan lain mengetuk-ngetuk sandaran tangan di kursi kerjanya.
Gumaman Jimmy terdengar oleh indera pendengaran Rispan. "Bos. Aku boleh duduk, enggak?"
Jimmy yang masih berkhayal tentang Nasya pun seketika hilang bersamaan dengan pertanyaan Rispan.
"Terserah kamu, Ris. Ini sudah di luar jam kerja," sahut Jimmy jengah.
Rispan tersenyum kemudian duduk di seberang Jimmy. "Mbak Nasya itu yatim piatu dan di asuh oleh orang tua Dokter Gadhing, pak."
"Hasil pencarian saya, Dimas dan istri Dokter Gadhing sering mengunjungi rumah yang akan ditempati Dimas dan Mbak Nasya setelah menikah."
Jimmy melebarkan bola mata. "Apa karena itu Nasya menjadi orang ketiga? balas dendam?" tanya nya bertubi-tubi.
"Mungkin saja, pak."
Hening.
Jimmy seperti sedang memikirkan apa yang dialami Nasya selama tiga Minggu ini. Ada perasaan tak rela ketika bayangan Nasya diperlakukan tak adil oleh Gadhing dan istri pertamanya.
"Apa aku bisa merebut Nasya dari suaminya?" tanya Jimmy.
"Tidak, pak."
Mata Jimmy mendelik mendengar jawaban Rispan. "Kenapa gak bisa, Ris? bukan kah sangat mudah merebut Nasya yang hanya istri siri?"
Rispan berdecak ketika mendengar pertanyaan Jimmy. Ia merasa sang bos mulai gila. "Mau bapak jerat gimana agar bisa merebut mbak Nasya? dengan menjebak di kamar hotel berdua karena mabuk, begitu?"
"Wah, ide bagus."
Rispan menggeleng. "Jangan, pak. Mbak Nasya itu berhijab. Mana mungkin bisa. Kalau pun begitu, pasti mbak Nasya sadar kalau di jebak. Lihat penampilan beliau," cegah Rispan tak ingin sang bos membuat kesalahan.
"Biji melinjo di atas rumput. Urung Rondo ijo di rebut," imbuh Rispan lagi dengan pantun.
Jimmy berdecak. "Masa iya nunggu Nasya janda."
*
*
Nasya tersenyum sepanjang hari setelah dari Rumah Sakit. Bahkan, hari ini juga ia baru mendapatkan bukti baru persoalan Dimas dan Noni yang berselingkuh.
Tetapi, Nasya ingin menyimpan nya tanpa memberi tahukan pada Gadhing lebih dahulu karena ia ingin membuat Gadhing menerima dan membalas cinta nya.
Ia hanya berharap, Gadhing sendiri yang memergoki Noni sedang bermesraan bersama Dimas.
Malam ini, Nasya berharap adalah awal dari hubungan mereka yang baik. Ia sangat ingin merasakan yang namanya dicintai oleh orang yang ia cintai.
Bayangan pernikahan impian sudah menari di pelupuk mata. Pipi Nasya merona membayangkan malam nanti akan merasakan malam pertama setiap pasangan suami istri yang baru saja menikah.
Nasya mencuci tangan di wastafel karena baru saja selesai memasak dan menyajikan di atas meja.
Gadhing mengabari jika tak lama lagi akan tiba di rumah.
*
*
Sedari siang setelah Nasya menemani Gadhing makan siang, senyuman pria itu tak luntur dari wajah tampan nya.
Bahkan suster Retno nampak menggeleng kepala ketika menyadari ada yang berubah dari sang dokter.
Gadhing sudah memutuskan bila akan memulai hubungan dengan Nasya dari awal. Mencoba memaafkan semua yang ada.
Ia teringat dengan ucapan Nasya yang mengatakan bahwa ia begitu posesif terhadap istri keduanya itu.
Dan Gadhing membenarkan apa yang dikatakan Nasya. Sedari dahulu, pria itu selalu membuat jera para pemuda yang hendak mendekati Nasya.
Ia selalu berpikir, tindakan nya itu akan menyakiti Nasya karena selalu menghalangi pemuda manapun.
Namun, Gadhing tak menyadari bahwa tindakan nya itu justru di salah artikan oleh Nasya, justru semakin membuat gadis itu semakin jatuh hati pada Gadhing.
Gadhing juga sudah memberi tahu bunda Fadia jika ia mulai hari ini akan memulai hubungan yang baik dengan Nasya dan mencoba menghilangkan kebencian yang selalu bunda Fadia sebut adalah kebencian yang tak mendasar.
Sebelum pukul tujuh malam, Gadhing sudah bersiap hendak kembali ke rumah Nasya. Detak jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.
Sepanjang jalan, Gadhing merasa gugup dan semakin dekat jarak rumah Nasya semakin gugup pula yang di rasa Gadhing.
Hingga beberapa saat kemudian, mobil Fortuner putih milik Gadhing sudah berhenti tepat di depan garasi mobil rumah Nasya.
Ia tak langsung keluar dari mobil karena ingin menetralkan diri dahulu sebelum bertemu dengan Nasya.
Nasya.. Kamu selalu bisa membuat perasaan ku begini.
Gadhing berulang kali menghirup nafas melalui hidung dan membuangnya melalui mulut. Setelah bisa mengatasi rasa gugup, Gadhing keluar dari mobil.
Gadhing mengetuk pintu seraya mengucap salam. Tidak menunggu lama, pintu sudah terbuka menampakkan tampilan Nasya yang berbeda.
Gadhing tertegun melihat Nasya mengenakan piyama celana panjang berbahan kain tipis. Sedetik kemudian, ia tersadar langsung menutup pintu karena tak rela bila ada orang lain melihat kecantikan Nasya.
"Maaf terlambat pulang," kata Gadhing seraya menatap Nasya dengan tatapan kagum.
Nasya menunduk dengan pipi merona. Di selipkan sebagian rambut ke belakan telinga dan tak berani menatap Gadhing.
Nasya mengangguk. "Mas mau mandi atau makan lebih dulu?"
Baru Gadhing sadari bila melihat Nasya malu seperti ini semakin membuat istri keduanya itu bertambah cantik.
Di raih dagu Nasya agar menatap ke arahnya. "Kenapa menunduk, Nasyama? kemana Nasyama yang selalu berani berdebat dengan mas, hm?" tanya Gadhing yang tak lagi ketus pada Nasya.
Nasya memukul dada Gadhing dengan manja. "Jangan gitu. Aku malu, mas."
Gadhing terkekeh langsung mengecup kening Nasya. Dan hal itu membuat Nasya terharu diperlakukan dengan lembut oleh Gadhing.
Setelahnya, Gadhing merangkul lengan Nasya menuju dapur dimana meja makan juga berada disana.
Dengan senyum yang terpatri di kedua wajah mereka, Nasya dengan telaten melayani Gadhing dan ia juga makan bersama.
Seusai makan bersama, Gadhing membantu Nasya mencuci piring. Bukan, lebih tepatnya Gadhing lah yang mencuci piring dan Nasya menyusun piring yang sudah di cuci.
Sesuatu yang belum pernah dilakukan Gadhing semenjak menikahi Noni karena semua pekerjaan rumah tangga sudah di lakukan asisten rumah tangga.
Setelahnya, Gadhing dan Nasya masuk ke dalam kamar. Pria itu memilih mandi sebelum melanjutkan urusan mereka yang belum diselesaikan.
Sedang Nasya tampak mondar mandir di dalam kamar memikirkan apa yang selanjutnya terjadi.
"Aku takut sakit."
Sebenarnya, bayangan malam tadi masih terngiang dan membuat Nasya memalingkan wajah ....
menurut saya
bayangan itu terbayang, kalau terngiang itu bunyi atau suara
kalau terbayang citraan penglihatan .. mata
kalau terngiang citraan penglihatan .. telinga
sempat terpikir. dia pemilik, dia kepala, dia dokter obgin juga.
maaf kalo ada pembaca yg komen begete thoor.
semangat berkarya thoor
semua komen untuk perbaikan kedepannya. saling memaklumi ja
anaknya meninggal lah malah menantu fi penjarakan. trus putumu siapa yg ngopeni. dia gak pernah open sama anaknya karena gak setuju dengan menantunya. gak tau kalo anaknya yg akting, sehingga Nasya mundur alon alon pas mulai berjuang.