[Lanjutan dari novel "Aku hanya Figuran"]
Awalnya kupikir Kamu hanyalah gadis biasa-biasa saja. Namun mata polosmu mengalihkan semuanya. Aku tak bisa berpaling. Timbul ketertarikan untuk mengenalmu lebih dalam lagi. Hingga akhirnya Aku sadar, Aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesonamu.
Hei Khansa Aulia, Yohan Alexander menyukaimu. Sadarkah Kau dengan hal itu? (Yohan Alexander)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[POV Alex] Ch 27 - Menemukanmu
Aku tiba di hotel ketika waktu sudah menunjukkan pukul 18.50 WIB. Bagaikan orang bodoh, aku berdiri di depan hotel sembari memperhatikan kendaraan yang masuk silih berganti.
Aku memperhatikan setiap tamu yang hadir. Berharap Khansa menjadi salah satu dari orang-orang itu.
Diana datang dan menghampiri. Dia memaksaku untuk menunggu Khansa di dalam aula, tapi aku tidak ingin melakukannya. Aku bersikeras menunggu Khansa di depan hotel. Tahu sifatku yang keras kepala, Diana memutuskan untuk masuk ke dalam aula, meninggalkanku seorang diri.
Aku bersembunyi di balik bayang-bayang gedung bangunan. Berusaha untuk tidak terlihat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dari banyaknya tamu yang hadir, tidak kutemukan sosok yang kucari.
Detik berubah menjadi menit. Setiap menit yang kuhabiskan untuk menunggu, terasa sangat lambat. Rasa frustasi kembali menghampiri. Tanganku mulai gemetar. Dengan gugup aku mengambil rokok di saku dan kembali menghisapnya kuat-kuat. Setiap hisapan tidak membuat perasaan menjadi lebih baik. Hanya dalam waktu beberapa menit, beberapa puntung rokok telah habis kusesap.
Ini bahkan belum setengah jam aku menunggunya, namun waktu terasa berjalan sangat lambat. Seperti menunggu selama berabad-abad. Aku takut memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.
Bagaimana bila apa yang dikatakan Diana itu tidak benar? Bagaimana bila Khansa tidak datang? Dimana aku harus mencarinya?!!
Kegelisahan kembali menghampiri. Kebiasaan-kebiasaan aneh mulai muncul ketika rasa gelisah datang. Aku mulai menggertak-gertakkan gigi, sementara kakiku tak berhenti mengetuk-ngetuk lantai, seolah-olah tidak sabar ingin pergi dari tempat itu dan memulai pencarian Khansa kembali.
Menunggu seperti ini membuatku tak berdaya. Aku lebih memilih melangkah, mencari Khansa kemana saja. Setidaknya tubuhku bergerak, bukan berdiam seperti ini. Tapi aku kembali mengingat saran Diana. Setidaknya aku harus menunggunya sampai acara ini selesai. Bila di penghujung acara wanita itu tak kunjung datang, maka langkah selanjutnya yang akan kuambil adalah dengan menyusuri setiap penginapan yang berada di kota ini. Kalau perlu, aku akan pergi ke setiap kenalan, teman, kerabat yang terindikasi ada hubungannya dengan Khansa.
Otakku sedang berputar, berusaha mencari celah dan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja terjadi ketika sudut mataku menangkap sosok familiar itu!!
Wanita itu memakai gaun berwarna coklat susu. Turun dari mobil secara perlahan, sementara tangan kirinya memegang perutnya yang membesar. Wanita itu tampak berbicara dengan sang supir sekilas. Semenit kemudian, mobil itu pun pergi, meninggalkannya seorang diri. Wanita itu berbalik, mulai melangkah masuk ke dalam hotel.
Aku tidak bisa mencegah langkahku. Bahkan aku sangat takjub dengan gerakanku yang terasa ringan. Dalam sekejab mata aku sudah berada di dekatnya. Tanganku serta merta meraih pergelangan tangannya, untuk memastikan bahwa apa yang kulihat ini benar-benar nyata. Khansaku sudah berada di depan mata!!
GREP
Ya!! Aku sedang tidak bermimpi!! Aku tidak sedang berkhayal!! Khansa benar-benar nyata!! Aku bisa menyentuhnya!! Khansa datang padaku!! Dia tidak meninggalkanku!!
Aku ingin meraih dan menggendongnya, tapi tindakan yang kulakukan justru kebalikannya. Aku malah membentaknya dengan sangat kasar!!
"Khansa!! Darimana saja kamu?!!" Khansa tampak tertegun. Dia menatapku dengan tatapan aneh dan bingung. Tampak berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Aku tidak memberinya kesempatan. Yang kulakukan hanyalah membentak, berteriak dan mengguncang-guncang tubuhnya. Sangat berkebalikan dengan apa yang kurasakan.
Aku mengeluarkan semua emosi. Rasa takut, gelisah, khawatir, amarah, kecewa, sedih, rapuh menjadi satu. Aku lupa, kalau Khansa tidak menyukai laki-laki rapuh, namun malam itu tanpa sengaja aku menunjukkan sisi terlemahku.
Aku menghambur dan memeluknya dengan erat. Tubuhku gemetar berusaha menahan tangis yang acapkali akan keluar. Kehangatan tubuh Khansa membuatku semakin yakin bahwa wanita itu benar-benar ada. Aku mempererat pelukanku. Takut wanita itu akan pergi dariku lagi.
"Jangan tinggalkan aku..." kata yang seharusnya kusimpan di dalam hati, tercetus begitu saja tanpa bisa ditahan lagi. Lama aku memeluk Khansa, meyakinkan diri sendiri bahwa dia ada, dia nyata. Khansa menepuk-nepuk punggungku, seolah-olah berusaha menenangkan emosiku yang tidak terkontrol.
Khansa membiarkanku memeluknya. Tangannya dengan lembut menepuk-nepuk punggungku. Tepukannya terasa menenangkan. Berangsur-angsur kadar emosiku mulai hilang. Perasaanku mulai sedikit tenang.
Aku meregangkan pelukan. Menatapnya lamat-lamat, sembari membombardirnya dengan berbagai pertanyaan. Ternyata benar tebakan Diana. Khansa tidak berniat meninggalkanku. Dia hanya menginap di hotel karena keluarganya tidak bisa dihubungi. Pikiranku yang terlalu paranoid menggiringku ke arah sana.
Aku mendengarkan penjelasan Khansa dengan seksama. Sebongkah rasa bersalah menghantam di dada. Semua ini salahku. Seharusnya aku mengantar Khansa sampai masuk ke dalam rumah, bukan hanya sebatas di depan rumah saja. Aku terlalu menyepelekan masalah kecil seperti ini. Pada akhirnya masalah kecil ini berimbas besar terhadapku.
Aku kembali memeluknya. Meminta maaf dari dalam hati untuk kesalahan yang tak kusadari. Namun pikiranku yang dipenuhi dengan ego justru berkata sebaliknya. Bukannya permintaan maaf yang terlontar, melainkan suatu ancaman agar dia tidak meninggalkanku. Suatu kebodohan yang seharusnya tidak kuucap.
"Kalian sedang apa?" suara Diana membuyarkan momen kami. Sebenarnya aku ingin mengacuhkannya, namun dorongan kuat tangan Khansa membuat tubuhku terhuyung-huyung ke belakang, hampir kehilangan keseimbangan diri. Khansa melepas pelukanku. Mungkin dia malu pada Diana?
Diana menarik tangan Khansa, membawanya masuk ke dalam aula. Sebelum memasuki aula, dia menoleh padaku. Tatapannya seolah-olah mengatakan, "Apa kubilang, Khansa datang kan? Dasar pria bucin bodoh."
Yah, setidaknya Diana benar kali ini. Untung saja aku mengikuti saran Diana. Andaikan aku tetap dengan pemikiranku sendiri, mungkin butuh waktu agak sedikit lebih lama untuk bertemu dengan kesayanganku itu.
Kami berjalan ke ruang aula bersama-sama. Kami baru mencapai pintu aula ketika tiba-tiba segerombolan pria menarik tanganku. Membuatku terpisah dari Khansa maupun Diana.
"Whoaaa, Big Boss? Gimana kabarnya? Lama nggak ketemu."
"Iya, gimana kabar bos perusahaan nano ini? Kamu keren loh Lex. Banyak yang memilih untuk mendirikan perusahaan yang market placenya jelas, tapi kamu malah memilih pengembangan teknologi nano. Padahal teknologi itu belum cukup berkembang di negara kita beberapa tahun terakhir. Benar-benar nggak nyangka perusahaanmu malah berkembang pesat. Salut."
"Wajar dong kalau usahanya sukses. Mau dia bikin usaha minyak jelantah juga bakal sukses. Kamu lupa dia siapa? Dia Si Yohan Alexander. Anak jenius idola semua penghuni sekolah."
"Eh iya, bener juga ya, hahahaha."
"Satu lagi. Dia juga bos mesum kita, hahahaha."
"Hahahaha."
Ada sekitar tujuh orang mengerubungiku. Mereka tertawa terbahak-bahak mengenang masa lalu. Mereka adalah kelompok genk mesumku. Dulu kami sering berbagi blue film dan menontonnya bersama-sama. Aku ingin memisahkan diri dari mereka, namun mereka menghalanginya.
Tanpa sadar aku mulai terhanyut dengan obrolan mereka, hingga setengah jam berlalu tanpa terasa. Aku melupakan Khansa. Namun hatiku menjadi lebih tenang mengingat Diana bersamanya.
Setelah puas mengobrol, aku memisahkan diri dari mereka dan mulai menemui Dino.
***
Happy Reading 🤗
anw, aku dari 2025 yah. kangen Alkha.
tapi ada yg lucu..
pov nya tukang telur gulungg/Facepalm//Facepalm/..
ada² aja yg nulis novel ini..
ampe nasib telor gulung pun di tulis.