Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shock!
Rendra terdiam saat melihat gadis itu menangis, dia seperti menahan kembali kekesalannya.
"Alister, hentikan mobilnya... turunkan dia. Aku muak melihatnya," tangannya terkepal di atas paha menatap lurus pada jok yang diduduki pria yang sedang menyetir itu.
Terlihat jelas anggukan kepalanya, "Baik, tuan... nona, anda sudah bisa turun."
Apa ini? Mengapa mereka begitu tega menurunkan seorang gadis di tengah jalan yang ramai lalu lintas?
"Tuan, tapi ini masih terlalu jauh dari rumah -" Embun serasa tercekat saat Rendra kembali mendelik tajam, meliriknya dengan ekor mata yang dingin.
"Baiklah jika kau memang tak ingin turun, kau hanya perlu mengikuti kata-kataku..."
Apa? Dasar pria bodoh! Permainan apa lagi ini?
"Mulai hari ini, namaku adalah Pookie!" begitu kata Rendra dan membuat Embun memanas, dia diam, "Apa! Kenapa kau diam! Kau ingin ku turunkan di tempat ini!"
Kesal karena manik cokelat itu masih memandanginya, Rendra pun menoyor bahunya dengan telunjuk, "Telinga mu masih berfungsi?!"
"Mulai hari ini, nama saya adalah Pookie.."
"Haha.. Alister, kau dengar itu? Dia mengakui namanya yang sekarang adalah Pookie, mulai sekarang kau juga harus memanggilnya seperti itu. Kau dengar?" tanyanya pada sang sekretaris.
Alister tak menjawab namun terlihat jelas anggukan kepalanya, dan itu membuat Embun menelan sedih.
"Bagus!" lanjut Rendra dengan begitu bahagia, "Lanjutkan perjalanan kita."
"Baik," Alister pun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedikit di tambahkan menuju rumah utama keluarga Wilson.
Bersabarlah, semoga Tuhan menyegerakan ku untuk mendapatkan kebahagiaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampailah mereka di rumah utama dimana rumah mereka saat ini terlihat sedang ramai, ada sebuah bendera putih terpasang di tiang rumah.
"Alister, ada apa ini? Siapa yang sedang berduka?"
"Saya tidak tahu tuan."
Dengan rasa penasaran mereka bertiga pun turun dari mobil lalu melangkah masuk ke dalam rumah.
Di lihatnya Thalia yang memeluk dua tubuh terbujur kaku diatas lantai, tertutup kain dan menangis tersedu-sedu.
"Mama, mama, ... mama... jangan tinggalkan Lia, ma..." lalu mengguncang tubuh papa secara bergantian, "Papa, papa... ayo bangun pa, jangan tinggalkan Lia."
Air matanya tumpah tak terbendung, membuat kedua kaki Rendra lemas.
"Thalia?" suaranya terdengar pelan, "Mama, papa." teriaknya histeris berlari kearah Thalia, memeluk adik kesayangannya itu.
"Kakak... kakak lihatlah mama dan papa, mereka pasti sedang bersandiwara, kan? Ayo kak suruh mama dan papa bangun."
Sementara itu Embun yang menyaksikannya pun tak kuasa menahan kesedihannya, "Sekretaris Al sebenarnya apa yang terjadi?"
Dia juga tak tahu lalu untuk apa menanyakan hal yang sama untuk yang kedua kalinya?
"Kenapa kalian diam?" tanya Rendra yang mengabsen wajah-wajah rekan kerabat keluarga, mereka hanya menunduk menyembunyikan kesedihan yang sama. Kehilangan rekan kerja yang sangat baik.
Tak seberapa lama seseorang datang bersama dengan dokter keluarga, "Tuan muda."
Rendra menoleh dan beranjak dari posisinya, mencengkeram kuat kerah jas dokter. "Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan!"
"Tuan maaf, saat saya tiba di rumah dan menemukan tuan beserta nyonya yang sudah tak bernyawa -"
Plak!
"Bukan itu jawaban yang ku inginkan, kau ini bodoh atau apa, hah!"
"Tuan," seru pria yang tadi bersama dokter itu, "Ada kebocoran gas di dalam kamar yang menyebabkan mereka terkena racun oksigen."
"Tutup mulutmu, apakah kau sudah melakukan otopsi? Jangan mengada-ngada."
"Tuan, kami tidak memeriksanya sendirian... ada rekaman cctv yang menunjukan semua kejadian itu real."
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman