NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Malam itu di apartemen, Melina mengirimkan pesan pada Erick

"Erick, maaf yang di lab tadi. Aku benar-benar tidak tahu kejadiannya akan seperti itu. Tanganku sudah membaik kok." Ia lalu mengirimkannya lalu tidur.

Melina terbangun pukul dua pagi dan melihat bahwa Erick tidak membalas pesannya. Seketika ia merasakan sakit hati yang dalam.

Pagi harinya, Melina berangkat ke kampus dengan kondisi fisik yang tidak fit. Lingkaran hitam tipis di bawah matanya menunjukkan betapa ia tersiksa oleh sikap dingin Erick.

Di dalam kelas, konsentrasinya terganggu. Bayangan wajah Erick yang mengeras saat melihat Devano mengobati tangannya di lab kemarin. Ketika dosen muda perempuan selesai memberikan pengantar materi, Melina yang merasa perutnya mulas karena stres, mengangkat tangan untuk izin ke kamar mandi.

Koridor kampus sangat sepi. Melina berjalan pelan, menunduk lesu. Namun, saat ia melewati lorong menuju area toilet dosen, sebuah tangan besar menarik lengannya dengan sentakan yang kuat. Sebelum ia sempat berteriak, tubuhnya sudah didorong masuk ke dalam kamar mandi dosen laki-laki. Pintu dikunci dengan bunyi klik yang tajam.

Erick berdiri di hadapannya. Napas pria itu tidak normal, matanya merah menunjukkan kemarahan yang tertahan. Ia memojokkan Melina ke dinding kamar mandi yang dingin. Melina ketakutan, namun di sudut hatinya, ada rasa lega yang aneh, setidaknya Erick tidak mencacinya lewat diam lagi.

"Melina... sampai kapan?" suara Erick terdengar berat dan rendah.

"Kapan aku bisa mencium bibirmu? Kapan kamu benar-benar menyerahkan dirimu sepenuhnya padaku?"

Melina hanya bisa menunduk, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Maaf, Erick... aku belum siap. Aku takut," bisiknya lirih.

Mendengar jawaban itu, emosi Erick meledak. Ia menghentakkan tangannya ke dinding, tepat di samping telinga Melina, hingga menimbulkan suara dentuman yang keras.

"Belum siap? Tapi kamu membiarkan Devano menyentuhmu, mendekatimu, bahkan memberikan perhatian di depan mataku! Apa maksudnya semua itu?"

Erick nyaris kehilangan kendali. Hasrat ingin memiliki dan rasa cemburu yang membakar hampir membuatnya melakukan tindakan nekat.

Namun, saat ia melihat mata Melina yang polos dan ketakutan, Erick seolah tertampar oleh nuraninya sendiri. Ia tidak bisa menyakiti gadis yang menjadi pusat dunianya ini. Perlahan, Erick menurunkan tangannya. Napasnya mulai teratur meski tangannya masih mengepal.

"Keluar! Keluar dari sini sekarang!" perintah Erick dengan suara dingin.

Melina berlari keluar dengan isak tangis yang tertahan. Ia tidak kembali ke kelas, melainkan bersembunyi di toilet mahasiswi. Di sana, di dalam bilik yang sempit, ia menangis sejadi-jadinya.

Ia merasa terjepit di antara cinta yang posesif dan rasa hormat pada dirinya sendiri. Setelah lima belas menit menenangkan diri dan membasuh wajahnya agar tidak terlihat sembab, Melina kembali ke kelas sambil memegangi perutnya, berakting seolah-olah ia baru saja terkena diare agar dosen dan teman-temannya tidak curiga.

Saat jam makan siang, Melina duduk bersama Bunga di kantin. Dari kejauhan, di area meja dosen, ia melihat Erick sedang menyesap kopinya dengan wajah datar.

Devano datang ke kantin, namun kali ini ia tidak mendekati Melina. Devano bergabung dengan teman-teman laki-lakinya di meja seberang. Erick yang melihat hal itu tampak sedikit puas, meski mendung di wajahnya belum sepenuhnya hilang.

Sesi kuliah siang dimulai. Profesor George masuk didampingi oleh Erick. Suasana kelas kembali tegang. Di akhir sesi, Erick memberikan pertanyaan rebutan untuk nilai tambahan. Seperti sebuah takdir yang mendatang, Melina dan Devano mengangkat tangan secara serempak.

Erick menahan emosinya yang kembali naik. Ia menunjuk keduanya untuk menjawab bergantian. Dan lagi-lagi, keduanya memberikan jawaban yang sempurna. Nilai 100 untuk keduanya. Setelah kelas usai, Erick segera meninggalkan ruangan tanpa menoleh pada Melina.

Di ruang kerjanya yang sunyi, Erick terduduk lesu. Ia menatap foto Melina di ponselnya. Pikiran-pikiran gelap mulai merasuki logikanya. Apakah ini hanya kebetulan? Atau Melina memang lebih cocok dengan pemuda itu? Mereka seumuran, mereka sama-sama cerdas, mereka punya masa depan yang normal.

"Haruskah aku melepaskan Melina?" gumam Erick sedih. Ia merasa cintanya yang posesif justru mulai melukai Melina.

Malam harinya, sebuah pesan masuk ke ponsel Melina.

@Erickfrag: "Maaf, saya terlalu posesif tadi."

Melina yang sedang berbaring langsung bangkit dan membalas cepat.

@Melinaa_: "Iya Erick, tidak apa-apa. Maafkan aku juga ya."

Namun, balasan selanjutnya dari Erick membuat jantung Melina seolah berhenti berdetak.

@Erickfrag: "Melina, saya rasa... saya harus melepasmu."

Melina tersentak. Ia segera menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya agar isak tangisnya tidak terdengar oleh Bunga yang sudah terlelap di kasur sebelah. Air mata membasahi bantalnya seketika.

@Melinaa_: "Kenapa kamu bilang begitu, Erick? Kenapa?"

@Erickfrag: "Kamu terlihat sangat cocok dengan Devano. Kalian setara. Mungkin dia bisa memberikan kehidupan yang lebih tenang untukmu daripada aku."

@Melinaa_: "Tidak! Aku tidak mau dia! Aku maunya kamu, Erick!"

Melina mengirimkan pesan itu dengan tangan gemetar, namun Erick tidak lagi membalas. Melina mematikan ponselnya dengan perasaan hancur dan jatuh tertidur dalam tangis yang menyesakkan.

Keesokan harinya adalah jadwal kuliah Fisiologi Tumbuhan bersama Profesor George. Melina duduk di kursinya dengan perasaan cemas, menantikan kehadiran sosok tinggi tegap yang selalu mendampingi Profesor. Namun, ketika pintu terbuka, hanya Profesor George yang masuk sendirian.

"Selamat pagi semuanya. Pak Erick tidak bisa mendampingi saya pada kelas hari ini karena ada kesibukan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan," ujar Profesor George sambil membuka laptopnya.

"Baik, kita mulai kuliah kita pagi ini." Prof. George mulai menjelaskan.

Dunia Melina terasa runtuh. Ia tidak bisa fokus pada kuliah. Pikirannya hanya tertuju pada Erick.

Dosen menjelaskan tentang pertumbuhan tanaman baik dilapangan maupun dimedia, Melina tidak fokus, bahkan Ia sampai menjatuhkan bindernya

"Mel, kamu kenapa?" ujar Bunga khawatir

"Enggak Bunga. Hanya sedikit kelelahan." ujar Melina.

Devano yang duduk diseberang, memperhatikan gerak-gerik Melina. Ia sangat ingin membantu Melina. Ia bisa melihat kelelahan dimata Melina. Yang Devano pikirkan ialah pasti Melina lelah karena perkuliahan yang padat dan karena tangannya terluka kemarin.

Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Melina selalu beralasan dia capek kuliah, padahal dia memikirkan Erick, kenapa Erick tiba-tiba menjauhinya seperti ini. Ia takut Erick tidak mau memperhatikannya lagi.

"Hari ini kuis ditiadakan. Pak Erick mungkin akan memberikan tugas tambahan." ujar Prof. George

"Ada yang ingin ditanyakan?" lanjutnya

Mahasiswa menggeleng. Seketika Prof mengarahkan pandangannya pada Melina

"Melina, ada yang mau ditanyakan?" tanya Prof

"Tidak ada Prof." ujar Melina

"Baik, jika tidak ada berarti sudah jelas ya. Saya akhiri perkuliahan kita pagi ini. Selamat pagi."

"Pagi Prof..." ucap mahasiswa serempak.

Setelah kelas berakhir, Melina pergi pulang bersama Bunga. Mereka berjalan menuju gerbang kampus. Sekilas ia melihat diparkiran tidak ada mobil sedan hitam Erick.

"Erick, kamu dimana?" ujar Melina dalam hati.

1
Han Sejin
🤣🤣 temanya sama kaya punyaku 🤭 semangat ya, di tunggu update terbarunya.
Milkysoft_AiQ Chhi
🤔🤔🤔
Atelier
cepet sembuh ya Mel
Atelier
ini ujian🤭 pak...
Atelier
iya kadang emang begitu kok Mel
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!