Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.
Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.
Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.
Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.
Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.
Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Udara pagi terasa dingin, menusuk tulang Ayesha bahkan melalui lapisan kaus longgar yang semalam ia kenakan. Matahari belum sepenuhnya meninggi, namun kesibukan sudah mulai terasa di jalanan. Ayesha berdiri di depan pintu kamar ibunya, matanya sembap dan bengkak, sisa-sisa badai emosi semalam. Di sebelahnya, dua petugas medis berseragam biru dengan hati-hati membawa brankar keluar dari kamar ibunya.
Jantung Ayesha berdebar tak karuan. Semalam ia tidak tidur nyenyak, setiap tegukan whiskey yang ia minum karena kalut hanya menumpulkan rasa sakit sesaat, namun meninggalkan ketidaknyamanan yang lebih besar saat ia terbangun.
Ia telah memesan ambulans sejak subuh, membayar biaya mahal itu dengan sisa tabungannya, semuanya demi memastikan ibunya sampai di rumah sakit dengan nyaman, sebuah langkah awal menuju operasi yang dijadwalkan hari ini.
"Ibu Ratih kondisinya sudah stabil, Bu. Mari, kita berangkat sekarang," ujar salah satu petugas dengan suara lembut.
Ayesha mengangguk kaku, mengikuti brankar itu menuju ambulans. Pintu tertutup, menyisakan keheningan yang dipenuhi bunyi detak monitor. Ayesha menggenggam tangan ibunya yang kurus.
"Ibu..." bisiknya serak. "Tolong, bertahanlah. Ibu harus kuat."
Setiap guncangan di jalanan mengingatkannya pada Arsha. Pria itu, seorang Gus yang tampak begitu terhormat, telah menjanjikan biaya operasi ini. Namun, muncul keraguan di hatinya. Apa yang akan diminta Arsha sebagai imbalan atas pertolongan sebesar ini? Apakah ini sebuah perlindungan tulus, ataukah jeratan baru?
~
Saat tiba di rumah sakit swasta yang mewah, segalanya berjalan sangat cepat. Perawat menyambutnya dengan ramah, "Selamat pagi, apakah Anda Nona Ayesha? Semuanya sudah disiapkan. Administrasi sudah diurus oleh pihak Gus Arsha. Dokter spesialis bedah sudah menunggu."
Ayesha tertegun. Administrasi sudah tuntas tanpa ia perlu menyentuh selembar formulir pun. Ia diarahkan ke area pra-operasi, di mana Dokter Satya sudah bersiap. "Jangan khawatir, Nona. Kami akan melakukan yang terbaik. Anda bisa menunggu di ruang tunggu VIP yang sudah disiapkan."
Ayesha hanya bisa menatap pintu ruang operasi yang tertutup. Ia kini terduduk di ruang VIP yang sangat luas. Di sana tersedia sajadah yang terlipat rapi di sudut ruangan, kopi hangat, dan suasana yang begitu tenang, sangat mencerminkan selera Arsha yang rapi dan religius.
Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan setelan blazer yang sangat bersahaja namun berwibawa masuk.
"Nona Ayesha? Saya Laksmi, asisten kepercayaan Gus Arsha. Beliau meminta saya menemui Anda untuk menjelaskan beberapa amanah," katanya dengan suara tegas namun tetap santun.
Laksmi meletakkan sebuah map di meja. Ayesha merasakan darahnya berdesir. Inilah saatnya.
"Apa... apa yang Arsha inginkan dariku?" tanya Ayesha tercekat.
Laksmi menatapnya dengan teduh, namun tak menyembunyikan ketegasan. "Gus Arsha adalah orang yang menjunjung tinggi adab dan privasi. Beliau tidak ingin Anda terus-menerus berada dalam bahaya atau terlibat konflik dengan orang seperti Jefry. Karena itu, ada dua amanah yang beliau tetapkan."
Laksmi membuka dokumen pertama. "Pertama, Gus Arsha meminta Anda dan Ibu Ratih pindah ke apartemen yang sudah disiapkan. Ini untuk keamanan Anda. Gus tidak ingin melihat sesama manusia dizalimi, dan tempat tinggal lama Anda sudah tidak aman."
Ayesha terkejut. "Apartemen?"
"Betul. Dan yang kedua," Laksmi menunjuk dokumen kedua, "Gus Arsha tahu Anda adalah orang yang memiliki harga diri. Beliau tidak ingin memberi Anda uang secara cuma-cuma karena itu, beliau menawarkan posisi sebagai Asisten Pribadi di kediamannya."
Ayesha terbelalak. "Asisten Pribadi? Tapi saya tidak punya pengalaman..."
"Pekerjaan Anda sederhana menurut kacamata Gus," potong Laksmi lembut. "Anda akan tinggal di sana agar keamanan Anda terjaga penuh. Anda akan membantu mengelola jadwal harian beliau, mengurus keperluannya atau tamu-tamu tertentu. Intinya, Anda harus berada dalam pengawasannya."
Laksmi menyodorkan pena. "Ini adalah bentuk perlindungan yang dikemas dalam kontrak kerja. Satu tahun. Sebagai imbalan atas seluruh biaya rumah sakit dan perlindungan ini, Gus Arsha hanya meminta waktu dan keberadaan Anda di bawah bimbingannya. Ini adil, bukan?"
Ayesha menatap kontrak itu. Tidak ada permintaan yang merendahkan. Tidak ada syarat yang melanggar norma. Arsha justru menariknya keluar dari lubang hitam dan memberinya pekerjaan yang terhormat. Namun, tinggal di bawah atap yang sama dengan seorang Gus yang tegas... itu adalah tantangan tersendiri.
Demi ibunya, Ayesha menandatangani dokumen itu.
Laksmi mengambil map tersebut dengan senyum tipis yang tulus. "Pilihan yang bijak. Gus Arsha akan sangat menghargai komitmen Anda. Ini ponsel baru, hanya ada nomor saya dan nomor Gus di dalamnya. Sopir akan menjemput Anda sore ini."
Setelah Laksmi pergi, Ayesha termenung. Ia merasa seolah baru saja menyerahkan hidupnya ke tangan seorang pria yang belum sepenuhnya ia pahami. Arsha telah membeli ketenangan pikirannya, namun juga telah menariknya masuk ke dalam dunianya yang tertib dan penuh prinsip.
"Satu tahun..." bisiknya.
Ayesha meminum kopi dinginnya hingga tandas. Rasa takutnya kini berganti dengan rasa ingin tahu yang besar. Siapakah sebenarnya Gus Arsha ini? Mengapa ia tiba-tiba muncul dalam kehidupannya beberapa hari lalu?
Ia berjalan ke jendela, menatap langit kota. Perjuangan baru saja dimulai, bukan lagi untuk bertahan hidup di jalanan, melainkan untuk hidup di bawah bayang-bayang seorang Arsha.
...----------------...
Next Episode....
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.