NovelToon NovelToon
My Hot Kakak Ipar

My Hot Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Terlarang / Masalah Pertumbuhan / Slice of Life / Romansa pedesaan
Popularitas:43.4k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.

Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.

"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5 - Perginya Ibu

Mata Rangga terbelalak saat Dita tiba-tiba menarik tangannya dan menghisap jarinya yang berdarah. Sensasi hangat dan basah itu membuat tubuh Rangga menegang seketika. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, bukan karena rasa sakit, melainkan karena rasa canggung yang menyeruak tanpa bisa ia kendalikan. Ia tak pernah sedekat itu dengan perempuan, apalagi dengan kakak iparnya sendiri.

Refleks, Rangga buru-buru menarik tangannya dengan agak kasar.

“Aku bisa sendiri, Kak. Jangan begitu,” ucapnya tergesa, suaranya terdengar gugup dan kaku. Ia bahkan tak berani menatap wajah Dita. Tanpa menunggu respons, Rangga langsung beranjak masuk ke kamar mandi, meninggalkan Dita yang masih mematung di tempat dengan ekspresi sulit ditebak.

Pintu kamar mandi ditutup sedikit lebih keras dari biasanya. Di dalam, Rangga berdiri di depan wastafel sambil menatap bayangan dirinya di cermin. Wajahnya terlihat pucat, napasnya masih sedikit memburu. Ia membuka keran dan membilas jarinya yang terluka, memperhatikan darah yang perlahan larut bersama air. Rasa perih itu sebenarnya tidak seberapa, namun kejadian barusan membuat pikirannya kacau.

Setelah membersihkan lukanya dengan sabun, Rangga mengambil plester luka dari kotak P3K kecil yang menempel di dinding. Dengan gerakan hati-hati, ia membalut jarinya. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Konyol,” gumamnya lirih, lebih kepada dirinya sendiri.

Keluar dari kamar mandi, Rangga berjalan menuju kamar. Di ruang tengah, ia melewati Dita yang sedang berjongkok membersihkan pecahan beling. Perempuan itu hanya melirik sekilas ke arahnya. Tatapan mereka sempat bertemu sepersekian detik, namun Dita segera mengalihkan pandangannya. Tak ada sepatah kata pun terucap. Keheningan itu justru terasa lebih canggung daripada percakapan apa pun.

Rangga mempercepat langkahnya. Ia masuk ke kamar dan langsung menjatuhkan tubuhnya telentang di atas ranjang. Tangannya meraih ponsel di samping bantal. Seperti kebiasaan sehari-hari, ia membuka game favoritnya. Jarinya bergerak di layar, namun fokusnya buyar. Berkali-kali ia kalah karena pikirannya melayang ke mana-mana.

Tak lama kemudian, terdengar suara berisik dari kamar sebelah. Suara benturan yang cukup keras, seolah ada sesuatu yang menghantam dinding. Rangga menghentikan permainannya. Ia mendengarkan dengan saksama. Suara itu kembali terdengar, disusul bunyi lain yang samar.

Rangga mendesah pelan. Dalam benaknya, hanya ada satu kemungkinan. Kakaknya dan kakak iparnya pasti sedang bergulat lagi. Wajar saja, pikirnya, mereka masih pengantin baru. Namun tetap saja, suara-suara itu membuatnya tak nyaman. Ia merasa seperti orang asing di rumah sendiri.

Dengan perasaan risih, Rangga memutuskan keluar dari kamar. Ia berjalan ke teras dan duduk di bangku kayu panjang. Udara sore terasa lembap. Langit menggelap, awan hitam menggantung berat. Niat Rangga sebenarnya ingin menunggu kepulangan sang ibu yang belum juga pulang dari puskesmas.

Belum lama ia duduk, pintu rumah mendadak terbuka. Firza keluar dengan langkah tergesa. Wajahnya pucat, matanya membesar, napasnya terengah.

“Kenapa?” tukas Rangga sambil berdiri. Ada sesuatu dalam raut Firza yang membuat dadanya terasa tidak enak.

“Mama, Ga! Dia jatuh katanya. Pak Imron baru saja menelepon,” ungkap Firza dengan suara bergetar.

Rangga mengerutkan kening. “Jangan bohong, Bang. Nggak lucu kalau jadiin mama bahan candaan,” katanya tegas, meski jauh di lubuk hatinya muncul rasa takut yang ia tekan sekuat mungkin.

Firza tidak menjawab. Tubuh kakaknya itu malah melemas dan jatuh terduduk di lantai teras. Tangisnya pecah tanpa bisa ditahan. Bahunya bergetar hebat. Pemandangan itu membuat jantung Rangga seolah diremas.

Tak lama, Dita menyusul keluar. Ia langsung menghampiri Firza dan memeluknya, berusaha menenangkan. Melihat itu semua, Rangga merasa dunia di sekitarnya mulai goyah. Kakinya terasa lemas. Sepertinya apa yang dikatakan Firza memang benar adanya.

Beberapa menit kemudian, suara sirene memecah hujan yang mulai turun. Sebuah mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah. Rangga mengenali mobil itu. Ambulans puskesmas kampungnya. Tempat ibunya bekerja selama bertahun-tahun.

Pak Imron, rekan kerja ibunya, turun dari ambulans. Wajah pria paruh baya itu terlihat muram. Ia membuka pintu belakang ambulans. Saat itulah pandangan Rangga membeku. Di dalam, terbaring tubuh ibunya, Yuli, tak bergerak, wajahnya pucat dan tertutup selimut tipis.

“Mama!” pekik Rangga. Ia berlari menghampiri tanpa memedulikan hujan yang mengguyur deras tubuhnya. Tangannya gemetar saat menyentuh wajah sang ibu. “Ma… bangun, Ma… Rangga di sini.”

Ia mengguncang pelan tubuh Yuli, memanggilnya berulang kali. Namun tak ada respons. Kulit ibunya terasa dingin. Terlalu dingin. Kesadaran itu menghantam Rangga dengan keras.

Tangis Rangga pecah. Suaranya parau, penuh keputusasaan. Ia tahu benar arti dinginnya tubuh itu. Ia pernah merasakannya dulu, saat ayahnya pergi dengan cara yang sama. Dunia seolah berulang dengan kejam.

Jenazah Yuli segera dibawa masuk ke dalam rumah. Pak Imron menjelaskan dengan suara berat bahwa Yuli tiba-tiba jatuh saat bekerja. Tidak terpeleset, tidak didorong siapa pun. Menurut dokter, Yuli mengalami serangan jantung akibat kaget mendengar suara petir yang sangat nyaring.

Rangga terdiam. Petir. Lagi-lagi petir. Ayahnya dulu juga meninggal setelah tersambar petir. Kini ibunya pergi karena suara petir. Ia menatap kosong ke lantai.

Malam itu, rumah Rangga dipenuhi orang. Warga berdatangan untuk melayat. Beberapa ibu membantu memandikan dan mengafani jenazah Yuli. Bau kapur barus bercampur dengan aroma tanah basah dan hujan yang masih turun sesekali.

Rangga duduk di sudut ruang tamu. Tatapannya kosong, seolah jiwanya ikut terkubur bersama ibunya. Junaidi dan Ifan datang menghampiri, lalu duduk di sampingnya.

“Aku dengar mamamu meninggal juga karena petir? Kayak mendiang bapakmu?” tanya Junaidi pelan.

Rangga mengangguk lemah. “Katanya dia kaget sama suara petir. Aku heran… Apa masalah petir sama keluargaku. Kayaknya dendam banget…” ucapnya lirih.

Ifan nyaris tertawa kecil, mungkin karena gugup, namun segera menahannya saat melihat tatapan tajam Junaidi. Ia sadar betul tempat dan situasinya.

“Yang sabar ya, Ga. Masih ada kami,” ujar Junaidi sambil menepuk pundak Rangga dengan tulus. “Kalau ada apa-apa, ngomong ke kami. Aku sama Ifan bakal bantu sebisa mungkin.”

“Benar, Ga,” tambah Ifan cepat.

Rangga menunduk. Air mata kembali mengalir tanpa bisa dicegah. “Makasih, Fan… Junai… Tapi aku yatim piatu sekarang.”

Kata-kata itu terasa pahit di lidahnya. Ia benar-benar sendiri. Tangisnya kembali pecah, di tengah rumah yang dipenuhi doa dan kesedihan. Dunia Rangga seakan kehilangan warna.

1
tanpa nama
Gini nih klo laki udah punya cadangan.. Sok2an d rumah g betah
Tiara Bella
nikah br seumur jagung ...
Rezqhi Amalia: permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Terjebak Pernikahan Kontrak Dengan Dosen Pembimbingku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 1 replies
🦋⃞⃟𝓬🧸ᴳᴿ🐅Erti🌻͜͡ᴀs℘ℯ𝓃𝓪
mulai firza cari alasan nanti seolah² dita yang salah. dirumah gak nyaman jadi dia cari kesenangan diluar padahal awalnya firza yg mulai
kalea rizuky
dita lemah tolol urus cerai
🦋⃞⃟𝓬🧸ᴳᴿ🐅Erti🌻͜͡ᴀs℘ℯ𝓃𝓪: sabarlah belum lama nikah bukti² belum kuat nunggu agak lama dikit masih 3 bulan
total 1 replies
Rommy Wasini Khumaidi
udah ada yang kasih perhatian lebih diluar,perhatian dirumah terasa hambar.tunggu saja ledakan gunung berapi dirumahmu Zar
Yulia
kalau udh ada org ke 3 yaa gtuuu
🦋⃞⃟𝓬🧸ᴳᴿ🐅Erti🌻͜͡ᴀs℘ℯ𝓃𝓪: apalagi ada orang ke 4 dan 5 ya gitu dehh😄🤭
total 1 replies
🦋⃞⃟𝓬🧸ᴳᴿ🐅Erti🌻͜͡ᴀs℘ℯ𝓃𝓪
akankah dita besok jodohnya Rangga🤷‍♀️
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
Cindy
lanjut
tanpa nama
Iyalah pusing dy mnghadapi kakak ipr yg sllu goda dy. Blm lagi kakak tirinya yg sllu marah2
tanpa nama
Up yg bnyk juga gpp thor.. 😆Maklum diri ini pengangguran 🤣
Rommy Wasini Khumaidi
penasaran aku sama si Astrid,manusia macam apa dia?
Rommy Wasini Khumaidi
sesenggangnya author aja,aku yang pengangguran maunya yang banyak
Tiara Bella
salah paham kah apa emang Firza emang begitu...
𝓝𝓡_03
semoga nggak ada cerita Dita turun ranjang wkwkwkwk
𝓝𝓡_03
Logis aja kak, namanya karya on going, up nya setiap hari juga udah cukup klo bwt ku sebagai reader.😁
Lis Alfalah
up sehari 3x thor biar kyak minum obat..wkwkk
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari
kalea rizuky
mending ceraj aja dit
Tiara Bella
2 bab sehari gpp Thor tp konsisten....🤭
dnr
up sehari yg bnyak yh thor
D_wiwied
bolehlah dua kali sehari kak, lebih jg boleeeh 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!