Istriku! Oon!?.
Eric Alaric Wiguna , seorang Mafia & CEO perfeksionis, mendapati hidupnya jungkir balik setelah menikahi Mini.
Mini Chacha Pramesti adalah definisi bencana berjalan: ceroboh, pelupa, dan selalu sukses membuat Eric naik darah—mulai dari masakan gosong hingga kekacauan rumah tangga yang tak terduga.
Bagi Eric, Mini itu oon tingkat dewa.
Namun, di balik ke-oon-annya, Mini punya hati yang tulus dan hangat. Mampukah Eric bertahan dengan istrinya yang super oon ini?
Atau justru kekonyolan Mini yang akan menjadi bumbu terlezat dalam pernikahan kaku mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon simeeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11: Il Cattivo Presagio dan Rahasia Kontrak Darah
Selamat membaca
Eric Alaric Wiguna dan Mini Chacha Pramesti berlari secepat mungkin melewati lorong-lorong batu kuno yang remang-remang. Suara tembakan dan teriakan penjaga klan Conti yang panik semakin nyaring di belakang mereka. Naluri Kekacauan Mini telah memberi mereka waktu, tetapi tidak banyak.
“Eric! Kita harus kembali ke lorong rahasia patung kura-kura!” teriak Mini.
“Tidak, Mini! Mereka sudah tahu tentang lorong itu. Kita harus ke Ruang Kaca yang sebenarnya!” Eric menarik Mini berbelok tajam di sudut koridor.
Eric membawa Mini menaiki tangga spiral yang tersembunyi di balik sebuah permadani tebal. Mereka akhirnya tiba di tingkat atas kastil, di sayap yang jarang dijamah. Eric berhenti di depan sebuah pintu ganda kayu ek tebal yang dihiasi ukiran kepala singa.
“Ini dia,” Eric terengah. “Pintu ke kantor Nenek Alessandra. Ruang Kaca ada di baliknya.”
Mini menatap pintu itu. Di atas ambang pintu, terdapat sebuah plakat perunggu kecil dengan ukiran yang samar.
Mini menyipitkan mata. “Il Cattivo Presagio,” ia membaca perlahan. “Artinya… Pertanda Buruk.”
“Itu adalah peringatan bagi siapa pun yang mencoba melanggar perjanjian klan,” jelas Eric, wajahnya tegang.
Eric mengeluarkan kunci master dari saku dalam jasnya dan membuka kunci pintu kayu ek. Begitu mereka masuk, Eric segera mengunci pintu kembali.
Ruangan itu adalah kantor Matriark—besar, elegan, tetapi dingin dan mengintimidasi. Di ujung ruangan, terdapat dinding kaca satu arah yang menghadap ke halaman kastil, dan di tengah dinding itu, Eric menunjuk ke sebuah panel batu hitam.
“Ruang Kaca tidak terbuat dari kaca, Mini. Itu hanya nama sandi klan. Pintu itu adalah panel kontrolnya. Hanya bisa dibuka dengan kunci biometrik dan sandi yang diucapkan oleh Capo atau Matriark,” Eric menjelaskan, bersiap memasukkan sidik jarinya.
“Tapi Kakek Pranoto bilang kuncinya aku dan cincin ini!”
“Ya! Kunci fisik dan password dari Valerius. Tapi ini adalah pintu utama Conti. Nenek Alessandra pasti sudah mengganti semua kuncinya setelah dia memenjarakan Kakek Pranoto!” Eric berseru frustrasi.
Eric memasukkan sidik jarinya. Panel menyala merah.
Suara Komputer (Italia): "Akses ditolak. Sidik Jari Capo lama. Sandi diperlukan."
Eric mulai mengetik sandi daruratnya. Tiba-tiba, dia merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Mini memeluknya dari belakang.
"Eric, jangan panik. Fede e Fuoco, ingat?" bisik Mini, memeluknya semakin erat, menyalurkan Kode Emosi Valerius.
Eric merasa ketegangannya mereda seketika. Fokusnya kembali. Dia memutar kepala sedikit, menatap Mini. Mini terlihat sangat polos, tetapi matanya penuh determinasi.
“Mini, kau selalu muncul tepat waktu untuk menenangkanku. Tapi aku tidak bisa berkonsentrasi,” Eric berbisik, tetapi dia tidak melepaskan pelukan Mini.
Mini mencium bahu Eric sekilas. “Percayalah padaku. Aku punya ide.”
Mini melepaskan Eric, lalu mendekati panel batu hitam. Di bawah kunci biometrik, terdapat sebuah slot kecil berbentuk silinder, yang selama ini luput dari perhatian Eric karena terlalu fokus pada tombol modern.
Mini mengulurkan tangannya yang memakai cincin Seguro. “Eric, Kakek Pranoto tidak bohong. Kunci Conti ada di sini, tapi kunci Valerius juga ada.”
Mini memasukkan cincin besi itu ke slot kecil. Eric terkesiap. Slot itu langsung menyala biru.
Suara Komputer (Italia): "Kunci Ganda Valerius-Conti aktif. Berikan Sandi Chiaro."
Eric segera memasukkan kode sandi yang hanya diketahui Capo: "Sempre con te (Selalu bersamamu)."
Panel batu itu bergetar. Sebuah pintu tersembunyi bergeser di belakang dinding kaca, menampakkan ruangan kecil dan dingin—Ruang Kaca yang sesungguhnya.
Mini menatap ke dalam ruangan itu. Di tengah ruangan, bukan peti harta karun atau gudang senjata, melainkan sebuah meja batu dengan sebuah buku besar bersampul kulit tua tergeletak di atasnya.
“Itu dia,” bisik Eric. “Buku Kontrak Darah Klan Conti.”
Mereka masuk ke dalam ruangan itu. Eric mengambil buku itu dengan sarung tangan. Mini melihat-lihat sekeliling. Di dinding, terdapat ribuan arsip yang tersusun rapi.
Mini melihat salah satu arsip dan menariknya keluar karena tertarik pada warna kuningnya yang lusuh. Itu adalah dokumen dengan lambang Valerius.
“Eric, lihat ini. Dokumen Valerius,” kata Mini.
Eric mengambil dokumen itu dari tangan Mini. Begitu Eric membaca tanggal dan subjeknya, wajahnya langsung pucat. Tangannya yang memegang dokumen itu bergetar.
“Mini… kau harus tahu ini,” Eric menelan ludah. Ia membalik dokumen itu dan menunjukkannya pada Mini.
Itu adalah Kontrak Perjodohan asli. Bukan wasiat Kakek Pranoto yang Eric kira adalah dalang utamanya.
“Kontrak ini… ini bukan Kakek Pranoto. Ini dibuat oleh Nenek Alessandra dan Ayahmu,” ujar Eric, matanya menunjukkan rasa sakit dan pengkhianatan yang mendalam. “Dua puluh tahun lalu. Itu adalah Kesepakatan Diam setelah klan Valerius dihancurkan. Mereka setuju bahwa keturunan terakhir Valerius (Mini) harus dinikahkan dengan pewaris Conti (Aku), untuk mendapatkan kunci terakhir chiaro Ruang Kaca.”
Mini menatap Eric, matanya berkaca-kaca. "Jadi… perjodohan ini… bukan hanya karena kakekku?"
“Tidak, Mini. Ini adalah perjanjian darah untuk mengendalikan kunci. Tapi ada yang lebih buruk,” Eric menunjuk ke bagian bawah dokumen itu. “Ayahmu, Kakek Pranoto Valerius, menandatangani dokumen ini. Dia yang setuju mengorbankanmu demi melindungi klan Valerius yang tersisa.”
Mini terhuyung mundur, hatinya hancur. Kakek yang ia cintai ternyata adalah Il Doppio Traditore yang sebenarnya.
Tiba-tiba, suara tenang dan dingin terdengar dari pintu Ruang Kaca.
“Benar, Nak. Kakekmu adalah pengkhianat pertama. Aku tahu kau akan menemukan ruangan ini.”
Eric dan Mini berbalik. Di ambang pintu Ruang Kaca, berdiri Nenek Alessandra, pistol kecil berhiaskan permata di tangannya, wajahnya datar tanpa emosi.
“Sudah waktunya bagiku untuk mengambil alih kuncinya, Mini. Kunci yang sudah kau pegang dengan baik,” kata Nenek Alessandra, mengarahkan pistolnya ke arah Mini.
BERSAMBUNG.
contohnya:
"Lari! Jangan diam saja!"
"Dan, kenapa istrimu lama sekali?!"
Begitulah yang di ucapkan konsen padaku.
jadi mudah dipahami kan?