Kakakku, Kekasih Suamiku

Sinar matahari Bali terasa keemasan, tetapi udara di vila itu dingin.

Di balik tirai sutra yang berkibar, ada pertempuran diam yang dipertaruhkan.

Di tengah lautan yang riuh, sebuah nama lahir dari kebohongan.

Sosok tak nyata yang diutus untuk menanggung dosa,

Mengubah janji sejati menjadi topeng, dan kebenaran menjadi lumpur.

Reno terpaku. Pertanyaan Adelia tentang rahasia dan janji pernikahan menggema di atas suara ombak. Ia tahu, keheningannya adalah penghakiman.

"Sayang," bisik Reno, setelah keheningan yang terasa seperti satu abad. Ia mencondongkan tubuh, meraih wajah Adelia. "Aku memilih kamu. Aku memilih janji kita. Itu adalah satu-satunya kebenaran yang aku miliki."

Reno tidak berbohong. Ia memilih janji pernikahannya, tetapi ia sengaja mengaburkan bahwa rahasianya adalah anaknya.

"Rahasia, Mas," desak Adelia, matanya menuntut kejujuran. "Rahasia apa pun yang kamu sembunyikan, apa itu sepadan dengan jarak yang tercipta di antara kita? Aku merasa aku mengenal setengah dirimu, Mas."

Reno tersenyum, senyum seorang manipulator.

"Dengarkan aku, Sayang. Aku tidak menyembunyikan rahasia yang mengancam cinta kita. Masalah yang aku hadapi sangat sulit—l seperti pasir yang terus lepas dari genggaman dan aku tidak ingin kamu khawatir. Prioritas utamaku selalu kamu. Jadi, aku memilih kamu dan janji kita. Apakah itu cukup?"

Adelia menghela napas. Ia membiarkan jawaban itu meresap. Dia memilih janji kita. Dia memilih aku.

Meskipun lega, logika Adelia menolak kepuasan penuh. Mengapa harus ada rahasia yang membuatnya begitu dingin?

Adelia menarik tangannya, menatap ombak. "Mas, aku akan mempercayaimu. Tapi tolong ingat, jika rahasia ini adalah masalah bisnis, kita bisa menyelesaikannya. Aku tidak akan membiarkan suamiku menghadapi masalah sendirian. Jangan biarkan kebanggaanmu menghancurkan kita."

Reno merasa sesak. Adelia menafsirkan kebohonganku sebagai masalah kebanggaan dan uang. Biarlah.

Reno tahu ia telah membeli waktu. Segera setelah sarapan, ia mengklaim harus mengisolasi diri di kamar kerja vila untuk 'melakukan pencarian yang sangat sensitif'.

Reno menyusun identitas palsu itu dengan teliti. Ia harus membuat sosok Dion Wirayudha terlihat nyata. Reno menghabiskan empat jam penuh, menyusun profil LinkedIn palsu dengan foto stok yang kabur, membuat alamat email dan nomor telepon burner baru, dan bahkan menyusun riwayat percakapan fiktif yang seolah-olah putus-putus.

Dion harus memiliki alur cerita yang berhubungan dengan proyek pembangunan di pinggiran kota tempat lumpur itu berasal. Reno mengaitkan pekerjaan Dion dengan beberapa klien fiktif yang bekerja di sana. Ia harus memastikan semua jejak digital sekecil apapun yang mungkin dicari Adelia nanti akan mengarah pada Dion.

"Halo, Kak. Ini aku," bisik Reno, suaranya sangat rendah.

"Aku sudah menunggu, Reno. Aku takut. Aku takut Adelia curiga," kata Saskia, terdengar sangat lelah.

"Tidak. Dia tidak curiga pada kita. Tapi dia memintaku melakukan sesuatu yang gila. Dia memintaku mencari pria yang menghamilimu," kata Reno.

Saskia terdiam lama. "Ya Tuhan... Reno. Apa yang akan kita lakukan?"

"Aku sudah menyusunnya," putus Reno. "Dengarkan aku baik-baik, Kak. Kamu harus menghafal nama ini Dion Wirayudha. Dia seorang kontraktor. Kalian bertemu saat kamu di pinggiran kota. Dia adalah pria yang tidak bertanggung jawab, sering bepergian ke luar negeri, dan sulit dihubungi. Dia menghilang setelah tahu kamu hamil. Ini adalah cerita kita. Ini adalah takdir anak kita."

Saskia menangis pelan. "Aku harus membohongi adikku lebih jauh, Reno. Aku tidak sanggup."

"Kamu harus sanggup, Kak. Ini untuk keselamatannya, Adelia. Dan keselamatan janin itu," desak Reno. "Kamu harus segera meninggalkan apartemen studio itu. Aku akan mengatur semuanya."

...

Malam itu, Adelia semakin merasakan jarak. Reno kembali dari sesi 'pencarian' dengan wajah tegang dan lelah. Adelia memutuskan untuk mengambil langkah agresif.

Saat Reno keluar dari kamar mandi, Adelia sudah berada di tempat tidur, hanya mengenakan gaun tidur sutra yang tipis. Ia menatap Reno dengan tatapan yang menuntut.

"Mas, sudah cukup," kata Adelia, suaranya tegas. "Kamu sudah memilih janji kita. Sekarang buktikan. Aku tidak akan membiarkan masalah bisnis apa pun atau pencarian siapa pun menghancurkan malam terakhir kita di Bali."

Adelia bangun, berjalan mendekati Reno. Ia memegang wajah Reno, memaksa Reno menatap matanya.

"Aku mengerti kamu stres, Mas. Aku mengerti kamu takut kebanggaanmu hancur," bisik Adelia, air matanya mulai menggenang. "Tapi aku, istrimu, sedang berdiri di sini, mencoba mengingatkanmu siapa kamu. Jangan tolak aku, Mas. Aku butuh kamu hadir, bukan hanya tubuhmu."

Reno merasakan panas yang membakar. Hasratnya pada Adelia bergejolak, tetapi janji pada Saskia mencegahnya. Ia harus menolak istrinya di puncak gairah mereka.

Reno memeluk Adelia dengan erat, begitu erat hingga menyakitkan. Pelukan yang membatasi, bukan menyambut.

"Aku minta maaf, Sayang," kata Reno. "Pencarian ini jauh lebih sulit dari yang kukira. Pria ini, Dion... dia menghilang tanpa jejak. Aku merasa gagal, Sayang. Gagal sebagai suami dan gagal sebagai pria yang kamu andalkan. Aku tidak bisa bersamamu saat pikiranku tidak utuh. Aku ingin malam kita sempurna, dan malam ini... aku tidak pantas mendapatkannya."

Reno mencium bibir Adelia, ciuman yang mendalam dan putus asa, tetapi ia tidak meneruskannya. Ia membalikkan badan, memunggungi Adelia.

Adelia merasakan penolakan itu. Ia tahu itu bukan karena ia tidak dicintai, tetapi ia merasakan kemarahan yang mendalam. Dia menolakku karena rasa tanggung jawabnya yang bodoh pada orang lain. Dia tidak menghargai kebutuhan pasangannya.

.....

Keesokan harinya, sebelum mereka pergi ke bandara, sebuah kurir tiba dengan amplop dari sebuah 'agensi detektif swasta' fiktif. Di dalamnya, ada kartu nama Dion Wirayudha tentu nya yang Reno buat sendiri dan beberapa lembar hasil pencarian web palsu yang menunjukkan Dion adalah seorang kontraktor.

Adelia menemukan paket itu saat Reno sedang check out. Ia membukanya, tangannya gemetar.

"Mas! Lihat ini!" seru Adelia, memegang kartu nama itu. "Kamu menemukannya! Aku tahu kamu tidak akan gagal!"

Reno bergegas kembali, wajahnya dipenuhi kepura-puraan terkejut. "Ya Tuhan! Aku berhasil mendapatkan petunjuk. Sekretarisku mengirim ini. Rupanya pria ini sangat sulit dilacak, tetapi dia memang bekerja di pinggiran kota di bidang properti."

Adelia memeluk Reno erat-erat, penuh rasa terima kasih. "Kamu yang terbaik, Sayang. Kamu sudah melakukan segalanya untuk Kakakku. Aku minta maaf aku meragukanmu. Aku tahu sekarang, kamu menjauh karena masalah ini sangat membebani. Kita harus segera kembali ke ibu kota dan melanjutkan pencarian ini!"

Reno membalas pelukan itu. Ia telah berhasil menciptakan hantu, dan hantu itu kini telah diperkenalkan secara resmi pada istrinya. Rasa bersalahnya kini bercampur dengan kepuasan karena berhasil mengendalikan narasi.

.....

Di pesawat dalam perjalanan kembali ke ibu kota, Reno merasakan tekanan waktu yang mendesak. Ia telah mengunci alibi palsu, tetapi kini ia harus memastikan Saskia keluar dari ibu kota sebelum Adelia melanjutkan pencarian 'Dion' yang bisa membahayakan Saskia.

Begitu mendarat, Adelia dan Reno langsung ke rumah. Adelia kelelahan dan langsung tertidur. Reno, mengklaim harus mengambil dokumen di kantor, menyelinap ke balkon dan mengirim pesan ke ponsel rahasia Saskia.

"Alibi Dion sudah kukunci. Tapi aku tidak bisa menunda kepindahanmu lagi. Malam ini, Kak. Aku harus bertemu kamu di apartemen studio. Siapkan semua dokumenmu dan identitas palsu yang baru. Jangan bawa apa-apa yang bisa melacakmu kembali ke sini. Ini adalah pengkhianatan terakhir yang harus kita lakukan untuk Adelia."

Saat Reno mematikan ponselnya, ia tidak menyadari bahwa Adelia telah terbangun. Adelia, yang setengah sadar karena kelelahan, mendengar samar-samar percakapan Reno di telepon beberapa jam yang lalu. Ia mengira itu adalah percakapan bisnis yang sensitif, tetapi satu kalimat Reno kini menusuknya di tengah malam sunyi di ibu kota.

Kata-kata Reno: "Ini adalah pengkhianatan terakhir yang harus kita lakukan untuk Adelia."

Adelia mengerutkan kening di kegelapan.

Pengkhianatan? Kenapa Mas Reno menggunakan kata 'pengkhianatan' saat bicara tentang bisnis?

Kecurigaan Adelia, yang selama ini terpusat pada uang dan bisnis, kini memiliki kata kunci yang salah. Ia tidak curiga Reno selingkuh, tetapi ia curiga bahwa bisnis rahasia Reno ini sangat berbahaya dan ilegal, sehingga Reno menganggapnya sebagai 'pengkhianatan' terhadap nilai-nilai pernikahan mereka.

Reno mengambil kunci mobilnya. Ia harus pergi untuk pertemuan rahasia. Pertemuan terakhir yang akan menjadi pengkhianatan paling mematikan bagi Adelia.