NovelToon NovelToon
Pertarungan Cinta

Pertarungan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Menikah dengan Musuhku / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Aliansi Pernikahan / Konflik etika
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mrlyn

Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.

Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.

Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.

Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 (Jangan Berkhianat)

"Maksudmu dia benar-benar sengaja mengkhianati Siren?" tanya Iyan, emosinya sedikit terpancing.

"Mungkin Ethan tersihir oleh kecantikannya," tebak Harry.

"Sienna itu anak kepala negara, Bro. Siapa yang akan menolaknya? Sienna bukan sekedar gadis cantik biasa, bisa dibilang dia memiliki kedudukan, mengingat ayahnya adalah orang nomor satu di negara ini... dan kehidupan Ethan sudah digariskan, dia tidak akan berakhir menjadi prajurit biasa seperti kita. Ethan sudah disiapkan untuk menjadi pemimpin kelak dan dia butuh pasangan yang bisa mendukungnya," ucap Gion yang masih yakin jika Ethan tidak akan mengambil keputusan besar hanya demi perasaan belaka.

Mendengar ucapan Gion membuat Iyan semakin geram. "Jika tujuannya mencapai puncak, maka tidak seharusnya dia mempermainkan Siren sejak awal!"

"Semoga Ethan punya alasan lain, kita tunggu saja." Harry menepuk bahu Iyan, mencoba untuk menenangkannya.

Mereka kemudian pergi dari depan ruangan Siren, tanpa tahu jika diam-diam Siren menguping, memupuk kebencian pada Sienna.

Sienna itu hanya beruntung, terlahir dengan sendok emas. Amarah yang terpendam tidak mampu Siren luapkan, ia hanya bisa menggenggam erat gelang yang sudah hancur ditangannya. Dalam hati bersumpah tidak akan menyerah, ia pasti akan mendapatkan Ethan kembali bagaimana pun caranya.

...***...

Sementara itu, di kediaman pribadi Ethan. Sienna terlihat duduk melamun di meja makan saat Ethan datang sambil membawa hidangan dari dapur tentara yang ia ambil.

"Kamu belum mandi?" tanya Ethan, mencoba untuk tetap tenang sambil memindahkan ransum dari wadah alumunium ke atas piring lalu meletakkannya di hadapan Sienna.

"Makan lah."

Sienna masih diam, memandang hidangan yang terlihat jauh berbeda dari hidangan mewah yang selama ini ia nikmati di istana.

"Kamu tidak bisa memilih-milih makanan di sini," ucap Ethan. Dia mulai makan, tapi tidak dengan Sienna yang hanya terus menatapnya hingga selesai.

"Kenapa? Kamu marah?" tanya Ethan lagi setelah meneguk habis air minumnya.

"Jangan berkhianat."

Gelas di tangan Ethan perlahan diletakkan di atas meja. Duduk berhadapan di meja makan persegi, begitu dekat namun jarak tidak terlihat di antara mereka terasa jelas.

"Aku tidak akan berkhianat," jawab Ethan setelah cukup lama terdiam.

"Berapa tahun?"

Ethan mengangkat pandangannya, ia tidak mengerti dengan pertanyaan Sienna.

"Hubungan kalian sudah terjalin berapa lama?" tanya Sienna lagi.

Ethan menarik napas dalam. Sorot matanya tampak redup. "Lima tahun."

Sienna tersenyum kecut. Sudah pasti Ethan sangat mencintai kekasihnya.

"Aku sudah putus dengannya. Jangan dibahas lagi," pinta Ethan seraya beranjak bangun membersihkan peralatan makannya.

Sienna menghampiri dengan tidak sabaran. "Putus apa membuatmu berhenti mencintainya?"

"Apa kamu sendiri sudah tidak mencintai Dave sekarang?" Ethan balik bertanya dengan agresif. Ia menatap Sienna lekat-lekat. "Kamu bisa melakukannya?"

"Aku sedang belajar melupakannya."

"Maka aku juga sama!"

Sienna menunduk. Entah kenapa ia ingin menangis hingga membuat kedua matanya memanas. "Aku jauh dari Dave, tapi kamu dan mantan kekasihmu bertemu setiap hari. Apa kamu sanggup?"

"Sanggup!"

Sienna mengangkat pandangannya lagi. Ia tidak menyangka jika Ethan akan menjawab dengan penuh kesungguhan.

"Makanlah. Aku akan siapkan air panas untukmu mandi." Ethan lantas memasak air dengan tenang tanpa mengatakan apa pun lagi.

Mereka bukannya tidak pernah bertengkar sebelumnya, tapi kali ini terasa lebih berat menyesakkan dada.

Senyap. Dua orang yang semula asing, kini justru saling menuntut meminta kesetiaan.

Sienna kemudian mulai makan dengan tenang meski rasanya begitu asing di lidah.

Sambil makan, Sienna mengedarkan pandangannya. Rumah ini begitu kecil dan sederhana, terbuat dari bilik kayu. Hanya ada satu tempat tidur, dapur dan ruang makan yang menjadi satu dengan ruang tamu sementara kamar mandi berada di area belakang bangunan rumah ini.

Sienna mengembuskan napas pelan. Namun, bukan kesederhanaan ini yang membuat dadanya sesak.

Pernikahan ini apa akan berhasil?

"Apa yang kamu pikirkan, Tuan putri?"

Ethan muncul mendadak dari arah belakang, ia membungkuk, meletakkan kedua tangannya di antara tubuh mungil Sienna sementara wajahnya begitu dekat. Sienna dapat merasakan embusan hangat napas Ethan di ujung telinganya.

Getaran halus perlahan merayap membawa ketegangan.

"Tidak ada," jawab Sienna singkat. Ia tidak berani bergerak karena jarak ini terlalu rapat.

"Sudah selesai makannya?"

"Su-sudah...."

Diam-diam Ethan tersenyum, ia suka saat Sienna gugup. Bicaranya akan terbata-bata dan tubuhnya membeku.

"Mau mandi sekarang?"

Sienna menarik napas dalam, ia tidak mengerti mengapa nada suara Ethan begitu rendah, rasanya terdengar sensual. Ia merasa seperti sedang dirayu. Belum lagi aroma amber musk menguar dari tubuh Ethan, lembut sekaligus hangat.

Oh, Tuhan... Sienna memohon dalam hati, semoga ia bisa teguh menghadapi Ethan dan segala pesona maskulin mendominasi yang laki-laki itu miliki. Bahkan jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya membuatnya terlihat lebih maskulin, belum lagi otot lengannya, urat nadinya yang menonjol. Sienna hanya bisa memejamkan kedua matanya, pikirannya bergerilya liar.

"Sienna," panggil Ethan pelan. Suaranya terdengar begitu dekat terkesan intim.

Sienna hanya bisa meneguk ludah. "Apa?"

"Sudah hampir malam... ayo, mandi."

Ethan akhirnya beranjak, barulah Sienna bisa menghela napas lega. Ia lantas mengikuti Ethan yang membawa ember berisi air panas, keluar dari bangunan rumah menuju bagian belakang. Pagar kayu menjulang tinggi mengitari area belakang tersambung dengan bangunan rumah. Ada tanah kosong tepat di sebelah bilik kamar mandi, tempat untuk menjemur pakaian.

"Kamu tinggal di sini sejak kapan?" tanya Sienna mencoba memecah keheningan saat Ethan menuang air panas ke dalam bak mandi.

"Baru hari ini," jawabnya tanpa menoleh. Punggung kekarnya terlihat menggoda, tapi Sienna menggelengkan kepalanya cepat.

"Kenapa?" tanya Ethan saat Sienna terus menggelengkan kepalanya.

Sienna tersenyum kikuk. "Tidak ada. Aku hanya sedikit merindukan kamarku."

"Tempat ini membuatmu tidak nyaman, hm?"

"Hanya sedikit asing."

"Sebelumnya aku tinggal di asrama berama prajurit lain. Berhubung kita menikah mendadak, tidak ada bangunan kosong selain tempat ini. Bersabarlah, aku akan buatkan rumah yang lebih baik."

"Maksudmu kita akan tinggal di sini selamanya? Tidak kembali ke kota?"

Ethan tidak menjawab. Sienna dapat mengerti. Kehidupan mereka berada di atas lapisan es rapuh, mereka belum tentu dapat keluar dari tempat ini hidup-hidup. Sekalipun bertahan hidup, entah kapan gejolak di negara ini akan usai.

"Aku dapat mengerti," ucap Sienna menenangkan. Ia tidak akan banyak menuntut.

"Tempat ini tidak buruk. Asri, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan di kota," sambungnya. Senyumannya terlihat tulus, mampu membuat Ethan ikut tersenyum.

"Mandi lah, aku akan membersihkan halaman belakang selagi menunggumu."

Sienna mengangguk. "Jangan mengintip."

"Iya."

"Tapi jangan tinggalkan aku sendiri juga. Tetap di sini."

"Iya, Tuan putri," sahut Ethan sedikit kesal.

Sienna tersenyum lagi. Ia lantas masuk ke dalam bilik kamar mandi sementara Ethan mulai mengambil peralatan untuk membersihkan rumput liar. Namun, tidak lama Sienna kembali keluar.

"Ethan... Di mana shower-nya?"

"Tidak ada shower. Mandi saja dengan gayung."

"Astaga, tahun berapa sih sekarang? Masih ada yang mandi pakai gayung?"

"Ada. Kamu."

"Ish. Bak mandinya juga kecil, aku tidak bisa berendam."

Ethan menghela napas kesal. Istrinya ini ternyata cukup cerewet. Segera Ethan meletakan cangkul dalam genggamannya lalu melangkah menghampiri Sienna.

"Besok aku buatkan. Airnya akan kembali dingin kalau kamu terus-menerus mengeluh, Tuan putri."

"Tapi aku ingin berendam, Kapten," rengek Sienna.

Kesal mendengar rengekan istrinya. Ethan langsung membopong tubuh Sienna masuk ke dalam bilik kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air yang mulai dingin.

"Ethan... kamu gila ya!" Sienna menjerit. Ia mengayunkan kakinya, berharap Ethan akan menurunkannya, tapi laki-laki itu keras seperti batu. Dia tetap mengguyur tubuh Sienna berkali-kali bahkan tidak peduli meski tubuhnya sendiri ikut basah.

"Dingin, Ethan!" keluh Sienna entah untuk yang keberapa kalinya. Ethan kemudian menurunkan tubuh Sienna. Wajah gadis itu bersungut-sungut.

"Salah siapa airnya jadi dingin lagi?"

"Salah siapa tempat ini seperti antah berantah!"

Ethan tertawa mengejek, ia lantas melangkah mendesak membuat Sienna otomatis mundur, tapi kamar mandi ini terlalu kecil, Sienna tidak dapat kabur lebih jauh.

"Ethan... kamu mau apa?"

"Salah siapa tempat ini begitu terpencil? Tidak ada satupun kepala negara yang memperhatikan tempat ini termasuk ayahmu, Tuan putri."

Sienna menggigit bibir bawahnya. Ia seketika menunduk malu.

"Perang hampir terjadi di tempat ini, tapi satu benteng pun tidak pernah dibangun. Para pemberontak itu menculik, menyiksa masyarakat di sini, tapi pemerintah hanya mengirimkan satu batalion kecil untuk menjaga keamanan. Tempat ini berbahaya lebih dari istana yang mengincar lehermu!"

Sienna hampir menangis. Suara Ethan penuh penekanan bercampur emosi.

Ethan sendiri sadar, tidak seharusnya ia menekan Sienna yang tidak tahu menahu tentang keadaan tempat ini. Namun, mengingat apa yang terjadi belakangan di tempat ini dan Sienna yang terus mengeluh membuat emosinya terpancing.

"Maaf, aku tidak bermaksud menyudutkan kamu." Ethan perlahan mundur. Ia kemudian keluar dari bilik kamar mandi meninggalkan Sienna yang akhirnya hanya bisa menangis.

..........

Ethan mungkin marah, setelah mandi laki-laki itu langsung tidur di sofa tanpa menegurnya. Sienna hanya bisa duduk diam di kamar. Ia kemudian menelepon ayahnya.

"Ayah...."

"Sienna, bagaimana keadaanmu di sana, Nak?"

"Tempat ini apa ada dalam peta negaramu?"

"Apa maksudmu?"

"Tempat ini...." Sienna menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku merasa tempat ini tertinggal terlalu jauh, tidak heran kalau para pemberontak ingin mengambilnya, mungkin mereka muak denganmu."

***

1
knovitriana
update Thor jangan lupa mampir
Mrlyn: ditunggu kak🫶🏻
total 1 replies
knovitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!