wanita dengan dendamnya dan pria dengan rahasia kelam.
"huhuhuh, sungguh sial saya bertemu dengan wanita seperti kamu," ucapnya seraya menutup wajahnya sambil menangis.
wanita yang tidur bersamanya menatapnya dengan tak percaya,"bapak serius nangis, pak, yang harus nangis itu saya, kan bapak ambil keperawanan saya,"ujarnya tak percaya apa yang di lihatnya.
"kan kamu yang memaksa saya tidur bersama kamu, saya sudah menjaga punya saya, agar tetap suci, tapi dalam semalam kamu mengambil kesucian saya, huhuhuhu,"omelnya panjang lebar seraya menangis, dan tidur membelakangi wanita yang syok melihat reaksinya.
" tapi bapak suka kan, buktinya ngak tidur semalam,"ucapnya, membuat pria yang membelakanginya itu, sedang menahan malu dengan wajah memerah."lagian sok nolak cinta saya, jadinya kan perjaka bapak saya ambil aja,"lanjutnya dengan senyuman bangga, berhasil mengambil keperjakaan pria yang menolaknya.
"saya tidak akan bertanggung jawab," ucapnya membuat wanita di sampingnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandra?
Athera sempat terkejut Vania tahu tentang taruhannya dengan Sandra, tapi senyumnya tetap stay di bibirnya.
Vania yang melihat itu semakin geram, "kasih tahu aja, orang Mas Bima udah kecintaan kok sama gue, dan ya..." Athera mendekatkan bibirnya pada telinga vania "gue juga bisa ngasih tahu rahasia lo yang suka bikin anak, dan suka aborsi di tempat ilegal," Bisiknya di akhiri dengan terkikik geli.
Vania mengepalkan tangannya, "tahu dari mana lo," geramnya.
"Ya tahulah, dari... Rahasia hahahahha," Katanya dan pergi meninggalkan Vania seorang diri dalam keadaan emosi yang akan meledak.
Saat dirinya sudah jauh dari Vania, wajah Athera menjadi murung, salah bila Athera tidak takut dengan ancaman Vania barusan.
"Dia tahu darimana, yang tahukan gue sama Sandra," gumamnya.
"Ya...lo pikir-pikir aja Athera, siapa yang kasih tahu Vania," Ujar Dira tiba-tiba di belakang Athera.
Athera memicingkan matanya, "kalian kayaknya suka banget ya, ngintilin gue, dimana Zahra hah!" Kesalnya pada geng satu ini.
"gue di sini," Kata Zahra di balik tubuh tinggi Dira.
"Maksud lo Dira apa, ngomong kayak gitu, maksud lo Sandra jual informasi gue gitu," Tebak Athera dengan kesal.
"Ya.. Kalau ya emang bisa ngak," Kata Zahra santai.
"Sandra ngak mungkin lakuin itu, di saat semua orang menjauh, cuman dia yang mendekat, dia selalu ada buat gue," Katanya membela Sandra.
Zahra dan Dira tertawa, "lo belum kenal dia sepenuhnya Athera," Kata Dira menepuk bahu Athera."selidiki dia, kalau ngak mau rencana lo bocor,"bisiknya di depan wajah Athera.
"Terus maksud lo bilang pak Bima ngak bersalah dalam kasus ini, maksudnya apaan?"tanya Athera, Dira diam saja.
" gue ngak bisa kasih tahu lebih, ini demi keamanan gue,"ucapnya dan merangkul Zahra.
"Percaya atau enggak, kita ada di pihak yang aman, kita ngak mihak lo, karena mihak lo, bakalan bikin kita berdua tenggelam di dasar laut yang ngak ada penghuninya," Kata Zahra dan pergi bersama Dira mereka jalan sangat jauh dan bertemu dengan Vania yang menatap mereka berdua dengan kesal.
"Apa iya Sandra, aaah ngak mungkin, mereka kan se geng, bisa aja dia mau bikin persahabatan gue hancur,"gumamnya dan pergi ke kelas.
Jam sudah menunjukkan 4 sore.
Bima dan Athera bersiap menuju kediaman keluarga Magadan.
"gimana makul nya, susah ya?" Tanya Bima.
"Hmm lumayan sih," Jawabnya seraya tersenyum.
"Sayang kamu bakalan nginep disana beneran sampai satu minggu?" Tanya Bima memastikan.
"Emang kenapa Mas, ngak tahan yah, jauh dari Athera," Ujarnya dengan senyuman manis.
"Iya dong, kan Mas udah cinta," Ucapnya menoel hidung Athera.
Athera tertawa pelan, " Dia sehangat ini ternyata, tapi, dia kalau marah serem banget, rasa kebas di pipi gue, kembali nyut-nyut mikirinnya," batinnya tanpa sadar mengelus pipinya.
Bima melirik Athera yang mengelus pipinya, seketika rasa bersalah merayap di hatinya, "pipi kamu... Masih sakit yah," Tanya Bima hati-hati.
"Ngak kok, cuman sedikit nyut-nyutan aja hahaha,"katanya dengan bercanda.
Tapi Bima menatapnya dengan sendu, " Kamu kenapa Mas,"
"Maafin Mas yah, udah main tangan sama kamu," Ujarnya, meraih tangan Athera dan mengelusnya.
"Ngak papa kok, saya udah maafin Mas," Katanya, dan tak terasa mereka sampai di kediaman keluarga Magadan.
Sudarso dan Maya berdiri di ambang pintu, menunggu kedatangan keponakan mereka yang tercinta.
Athera turun dari mobil, "TANTE!" panggilnya dan berlari memeluk tante Maya yang sudah merentangkan tangannya.
"Baru semalam kita bertemu, kamu sudah kangen sama tante dan om," Ucapnya mengecup kening Athera dengan sayang.
"Ya sudah mari masuk," Ajak tante Maya, merangkul Bima.
Atheran dan om sudarso saling tatap, "Athera, ajak Bima ke kamar kamu yah, nanti kita makan malam bersama," Ujarnya yang langsung di angguki oleh Athera.
"Ayo Mas,"ajaknya merangkul tangan Bima, dan itu tak luput dari tatapan Sudarso.
" Athera akan menginap selama satu minggu, dia yang minta,"kata sudarso tiba-tiba.
Maya menatap sepasang pengantin baru yang sudah jauh, "ya tidak apa-apa, apa Bima juga..."
"Hanya Athera, Bima tidak ikut menginap,"sela sudarso dengan dingin, melihat Athera yang masuk kamar bersama Bima dengan senyuman Athera yang tidak luntur.
" Apa Bima mengizinkan?"tanya Maya.
"Kalau dia tidak mengizinkan, kenapa mengantar Athera kemari," Ucapnya, Maya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tahu apa yang akan di lakukan suami dan keponakannya.
Sedangkan di dalam kamar Athera.
Bima sudah mengukung Athera di bawahnya, "Mas mungkin akan kangen, jadi berikan Mas obat kerinduan selama satu minggu," Ucapnya.
Athera tersenyum dan menarik tengkuk Bima, dan yaa.... Kalian tahu apa yang mereka lakukan🤭.
Sedangkan di ruang tamu.
"Pa, mama rasa Athera sudah ada rasa sama Bima,"kata tante Maya melihat bagaimana cara Athera menatap Bima berbeda dari sebelumnya.
" Iya, papa juga melihatnya,"sahut sudarso.
"Apa... Ngak sebaiknya kalian berhenti demi_"
"Tidak akan, dan tidak akan pernah, kamu mungkin sudah menerima kematian putri kita, tapi.... Saya! papanya belum bisa menerima kematiannya tanpa keterangan yang jelas!" Ujarnya menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Sudar," Panggil tante Maya dengan sendu. "Jangankan kamu, aku juga belum siap menerima kematiannya, tapi Athera, dia harus mengorbankan kebahagiannya demi keadilan kakaknya, itu sangat tidak adil untuk Athera," Lanjutnya menitikkan air matanya.
"Dia sudah berjanji, dia juga tidak bisa mengingkarinya," Ucap sudarso dingin dan meninggalkan istrinya di sofa seorang diri.
Sudarso pergi ke kamarnya, mengambil sebuah foto yang terpajang di dinding, sudarso mengelus wajah cantik Anya, "papa, tidak akan biarkan mereka hidup dengan tenang nak, papa janji," Ujarnya menitikkan air mata.
Ia menarik satu buku di rak bukunya, rak buku itu terbuka dengan pelan, sudarso masuk ke dalam ruangan yang gelap itu.
Sudarso menyalakan lampu, di dinding terlihat sebuah foto-foto pelaku pembunuhan putrinya.
Disana terlihat ada foto meneer, Novan, Hendra, sonya, dan Fika, dan foto terakhir sosok yang memakai hodiee dari belakang dengan kepalanya di tutup, dan Foto Bima di dekat foto pria berhodiee itu, postur tubuh mereka hampir sama.
"Apa salah putriku, hingga kalian melakukan hal sekejam ini," gumamnya pelan, mengambil panah ukuran mini, dan melemparnya pada foto Bima, mantan kekasih Anya.
Tatapan sudarso menajam, urat-urat di tubuhnya menonjol, nafasnya memburu, tangannya terkepal erat.
*******
Di sisi lain Vania sedang marah-marah di dalam mobil, dengan temannya yang setia mendengarkan ucapan tak berfaedah Vania.
"Siapa sih, yang berani bocorin gue pernah aborsi!" Teriaknya memukul stir mobil.
"Siapa lagi, kalau bukan dia, yang kasih lo informasi tentang Athera," Sahut Zahra dengan santai memasukkan keripik di mulutnya bersama Dira.
"Maksud lo Sandra?" Tanya Vania.
"Ya siapa lagi... Tadi pagi dia ngak masuk, biasanya dia bakalan nempel sama Athera, dia pasti lagi dapat uang besar dari seseorang," Kata Zahra dengan elaganth.
*********
Diruangan yang gelap dengan cahaya temaram, Sandra berdiri menghadap sebuah kaca hitam, tapi sosok di dalam sana berdiri membelakangi Sandra.
"Sandra terus awasi sahabat kamu itu, pastikan dia tidak akan mengetahui apapun tentang kematian kakaknya,"
"Saya pastikan itu, selama uang yang anda_"
"Uang akan terus masuk ke rekening kamu, selama kamu bisa menyelesaikan Misi ini,"
Sandra menyeringai, "saya pastikan, kasus ini akan selesai sebelum waktunya," Katanya dengan senyuman licik nya.
ada yang sama ngak sama kayak Athera, percaya sama teman yang ternyata menghianati dia, bahkan menjual informasi pribadinya demi uang.
kalau ya, ancungin jempol.
bab besok bakalan lebih seru, dan bikin deg-degan.
kalau suka bab ini, jangan lupa kasih bintang lima ya kakak yang baik, supaya buku saya bisa menjangkau lebih banyak pembaca 🤗🙏