SUAMIKU BUKAN SUAMIKU

Dua orang perawat masuk ke dalam ruangan Zoya. Mereka terkejut saat melihat Elika yang menutup wajah Zoya dengan bantal. Mereka menarik Elika. Elika mengamuk, marah karena dua perawat itu berusaha menyelamatkan Zoya.

Tidak lama setelah itu, Zeki kembali. Zeki kaget saat melihat Elika mengamuk di dalam ruangan Zoya. Salah seorang perawat memeluk Elika dari belakang dan perawat yang satunya memeriksa keadaan Zoya.

Perawat yang menahan Elika itu mengatakan apa yang mereka lihat. Elika ingin membunuh Zoya. Zeki marah, Zeki melayangkan pukulannya ke wajah Elika.

PLAK!

PLAK!

Dua tamparan berhasil menyadarkan Elika. Kedua perawat itu kembali memeriksa Zoya yang masih tidak sadarkan diri. Salah satu dari mereka keluar dari ruangan dan kembali dengan seorang dokter.

Elika dengan kesalnya meninggalkan ruangan Zoya. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, Elika terus mengumpat, memaki, menyalahkan kedua perawat yang berusaha menghalanginya.

"Elika! Kita belum selesai!" Teriak Zeki.

Dokter memasang alat bantu pernapasan pada Zoya. Dokter menyayangkan sikap Zeki yang melepaskan Elika. Elika sudah mencoba melakukan percobaan menghilangkan nyawa seseorang.

Zeki bilang Elika adalah adiknya dan Zoya juga adiknya. Zeki akan pastikan menghukum Elika atas perbuatannya.

Dokter dan perawat keluar dari ruangan Zoya. Zeki mengambil ponsel Zoya. Zeki mencari kontak Bi Ijah. Zeki menghubungi Bi Ijah dari ponselnya. Zeki memberitahu saat ini Zoya berada di rumah sakit.

Berjam-jam lamanya waktu berlalu, Zeki masih setia menemai Zoya di rumah sakit. Hingga senja menjelang, Zoya masih belum bangun dari tidurnya. Pintu ruangan Zoya diketuk. Bi Ijah membuka pintu.

Zeki bangkit dari duduknya. Bi Ijah malam ini akan menjaga Zoya. Bi Ijah mengatakan malam ini Bi Ijah akan menjaga Zoya dan menggantikan Zeki. Zeki biar berisitirahat di rumah.

Zeki pamit dan menyerahkan Zoya kepada Bi Ijah. Bi Ijah duduk di samping Zoya. Bi Ijah tiba-tiba berubah wujud menjadi Arga. Arga memegangi jemari Zoya.

"Sayang, aku datang," Arga dan Zoya dalam sekejap menghilang.

Zeki yang sudah berada di depan rumah sakit mendapat telepon dari Bi Ijah. Zeki segera mengangkat telepon. Bi Ijah ada di depan rumah sakit. Bi Ijah ingin ke ruangan Zoya tapi Bi Ijah tidak tahu di mana ruangannya.

Zeki melihat Bi Ijah dan Mang Dulah. Zeki menghampiri mereka.

"Bi Ijah, bukannya tadi Bi Ijah sudah ada di ruangan Zoya?" tanya Zeki.

"Kami baru saja tiba Den. Jadi Neng Zoya sendirian di dalam?" Bi Ijah nampak khawatir.

"Tadi Bi Ijah nyuruh saya istirahat di rumah," jawab Zeki.

"Ada yang gak bener ini. Nak Zeki bawa kami ke ruangan Non Zoya," pinta Mang Dulah.

Zeki membawa Bi Ijah dan Mang Dulah naik lift ke lantai 2. Mereka menuju ke ruangan Zoya. Setelah Zeki membuka pintu, Zoya tidak ada di tempatnya. Zeki melapor ke perawat jaga. Tidak ada seorangpun yang melihat Zoya keluar dari ruangannya.

Zeki ke ruangan pengawas rumah sakit memeriksa rekaman CCTV. Zeki juga tidak melihat Zoya keluar dari ruangannya. Zoya benar-benar menghilang. Bi Ijah melaporkan kejadian hari itu kepada Alan.

Mang Dulah meminta Zeki mengantarkannya ke rumah tetangganya. Zeki setelah membayar administrasi rumah sakit untuk Zoya, mengantar Mang Dulah dan Bi Ijah ke rumah tetangganya.

Setibanya mereka di sana, Mang Dulah cerita semuanya kepada Pak Abdul. Pak Abdul mencoba membuka mata batinnya untuk mencari keberadaan Zoya.

Bi Ijah menangkap kebingungan di wajah Zeki. Bi Ijah juga mengerti di zaman sekarang ini, orang-orang muda seperti Zeki tidak percaya masalah ghaib.

Beberapa hari ini, Zoya selalu bilang bertemu dengan Arga. Dan tadi malam, Zoya memutuskan untuk pulang ke rumah karena Arga melakukan tindakan kasar dengan mencekik leher Zoya.

"Arga melakukan itu? Di mana Arga sekarang!" Zeki mengepalkan tangannya.

"Den Arga berada di luar negeri bersama Tuan dan Nyonya," jawab Bi Ijah.

"Habis cekik Zoya, kabur ke luar negeri!" Emosi Zeki meningkat.

"Nak Zeki, sabar dulu. Den Arga beberapa bulan yang lalu dibawa Tuan dan Nyonya ke luar negeri untuk pengobatan. Mereka belum pulang," jelas Mang Dulah.

"Jadi siapa yang bersama Zoya?" Zeki menyipitkan matanya.

"Nak Zeki, yang bersama Non Zoya selama ini, orang yang menyerupai Den Arga. Dia bukan manusia," jawab Mang Dulah.

Zeki terdiam. Jujur Zeki juga tidak percaya hal yang begituan. Sungguh tidak masuk akal bagi Zeki. Tapi jika benar hal itu terjadi, bagaimana dengan nasib Zoya. Apakah Zoya bisa ditemukan.

Menurut mata batin Pak Abdul, Zoya sekarang berada di suatu tempat. Sebenarnya sosok itu ingin melindungi Zoya, tapi dia sangat menyukai Zoya dan telah berjanji untuk menjadi suami Zoya. Dia tidak suka melihat Zoya bersama lelaki lain, termasuk Arga sendiri. Sosok itu berniat ingin memisahkan Arga dan Zoya.

"Kenapa sosok itu menyerupai Arga?" tanya Zeki ke Pak Abdul.

"Saya masih belum tau. Saya akan berusaha mencari keberadaan Zoya. Maafkan karena keterbatasan saya," ucap Pak Abdul.

Zeki, Mang Dulah dan Bi Ijah meninggalkan kediaman Pak Abdul. Zeki menghubungi Daniyal menanyakan alamat rumah Zoya yang baru. Setelah mendapatkannya, Zeki bersama Mang Dulah dan Bi Ijah menuju ke sana.

"Apa ini rumahnya?" Zeki mencocokkan alamat yang dikirim Daniyal. Zeki juga mengirimkan foto rumah Zoya kepada Daniyal.

Zeki, Bi Ijah dan Mang Dulah masuk ke halaman. Mereka mengetuk pintu rumah Zoya tapi tidak ada jawaban. Zeki berkeliling rumah dan mengintip di salah satu jendela rumah itu. Terlihat kosong, tidak ada siapa-siapa.

"Rumahnya kosong," kata Zeki.

"Kita pulang saja dulu," ujar Mang Dulah.

Mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkan rumah Zoya.

🌑 Negara Mala.

Fadi dan Lulu memenuhi janjinya untuk membawa ayah Fadi ke rumah sakit menemui Arga dan keluarganya. Pak Faris berdiri di depan Arga. Fadi mengambil kursi untuk Faris duduk.

Fadi duduk di samping Faris. Faris membaca ayat-ayat suci di dalam hati. Faris meminta Fadi meminumkan air putih yang sudah dia baca dengan ayat-ayat suci sebelumnya untuk Arga.

Fadi sedikit demi sedikit memasukkan air putih itu ke dalam mulut Arga menggunakan sendok. Arga mulai bereaksi. Faris terus memanggil Arga dengan mata batinnya. Arga melihat ada sinaran cahaya di tempatnya yang gelap.

Faris terus menuntun Arga agar mengikutinya. Arga berhasil keluar dari tempat gelap yang selama ini menyanderanya. Arga melihat seorang pria berdiri di depan gerbang besar sambil mengulurkan tangannya.

Langkah Arga terhenti saat seseorang yang sangat mirip dirinya memanggilnya dari arah belakang. Dia melarang Arga keluar dari tempat itu.

"Lu siapa? Mengapa gue harus nurutin lu?" tanya Arga.

"Karna Lu adalah masalah bagi gue! Gue juga ingin merasakan dunia lu!" Sahutnya.

"Sudah seharusnya yang hidup kembali dan jiwa yang mati pergi!" Sosok pria yang berada di depan pintu gerbang melemparkan biji tasbih ke arah Arga.

Terdengar suara letupan petasan yang menimbulkan asap hitam. Arga ditarik paksa oleh sosok pria itu masuk ke dalam gerbang.

Sosok di belakang Arga melesat mengejar Arga, sampai pintu gerbang menutup dengan sendirinya. Sosok itu sekuat tenaga membuka kembali gerbang itu dan semua usahanya sia-sia. Jiwa Arga sudah kembali ke raganya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...