Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Berusaha
Aliza dan Dhafian yang sudah berada di dalam mobil. Aliza terlihat begitu kesal dan sudah dapat dipastikan dibalik cadarnya itu air mata.
"Kau harus bersikap seperti ini hanya karena kue? Apa kue itu jauh lebih penting daripada nyawamu!" tegas Dhafian.
"Ini bukan hanya masalah kue. Kamu tidak tahu jika kue itu sangat penting dan tidak bisa didapatkan!" tegas Aliza.
"Berapa harganya, sehingga tidak bisa dibeli dua kali. Kau tidak menyadari akibat kecerobohan yang hampir saja orang-orang itu menginjaknya. Kau mati di sana!" bentak Dhafian.
Arga hanya diam saja yang berada di depan yang mendengarkan amarah dari majikannya itu kepada istrinya.
"Ini bukan tentang berapa harga kue itu. Tetapi ini tentang janji yang sekarang aku sudah tidak bisa mendapatkannya. Kamu tidak akan mengerti karena kamu tidak berada di posisiku. Mungkin kamu lihat aku sangat keras kepala yang hanya mempertahankan kue itu dan rela terinjak oleh orang-orang. Tapi kamu tidak tahu jika aku melakukan semua itu agar janjiku bisa di tepati!" tegas Aliza.
"Janji apa sampai membuatmu rela mati seperti itu?" tanya Dhafian.
"Hari ini adalah hari ulang tahun Mama dan Papa. Aku selalu merayakan hari ulang tahun mereka sampai sekarang. Kue itu adalah kue kesukaan mereka berdua dan tidak bisa didapatkan jika belum dipesan. Aku lupa untuk memesannya 3 hari sebelumnya karena kamu tidak memberikan kesempatan untuk berpikir. Aku sudah sangat berusaha jika sampai terlambat dan akhirnya aku mendapatkan!"
"Lalu kamu pikir setelah kue itu sudah tidak bisa aku dapatkan lagi enakan bisa membeli lagi seperti awal. Mau kamu mengeluarkan uang sampai satu koper tidak akan bisa mendapatkannya!" jawab Aliza. Akhirnya dia jujur kepada sang suami apa yang dia lakukan sebenarnya bukanlah hal yang lain-lain.
Dhafian terdiam, dia saja orang yang sangat Arogant bisa lulus jika berurusan dengan orang tua. Apalagi Aliza, gadis yang berhati lembut dan melankolis, suaranya yang terdengar itu bahkan mampu merindukan dan ikut sedih akan apa yang dirasakan.
Aliza tidak melihat ke arah suaminya lagi dan melihat keluar jendela, jangan ditanya apakah dia masih menangis atau tidak yang pasti dia akan terus merasa bersalah pada tidak bisa ikut merayakan hari ulang tahun ibunya.
"Tuan jalanan sudah mulai longgar," ucap Arga
"Kalau begitu jalanlah dan cari jalan pintas, juga cari toko kue yang menjual kue seperti apa yang diinginkan," ucap Dhafian memberi perintah.
Arga menganggukkan kepala yang akhirnya melajukan mobil itu dan setelah ini pasti dia yang akan menjadi sasaran untuk mendapatkan apa yang diinginkan istrinya.
****
Lucky yang terlihat baru saja pulang dari tugasnya yang terlihat lelah di ruang tamu.
"Mama melihat berita di televisi bagaimana racunnya demo yang terjadi di pemerintahan. Apa apa juga turun tangan untuk tugas itu?" tanya Mayang.
"Benar," jawab Lucky.
"Lalu ada yang menjadi korban sampai kehilangan nyawa?" tanya Mayang.
Lucky mengingat bagaimana keponakan yang memang hampir menjadi korban dan untung saja ada Dhafian.
"Ma! Apa Mama merasa Aliza benar-benar tidak apa-apa dalam pernikahannya?" Lucky tidak menjawab pertanyaan istrinya dan malah bertanya kembali.
"Maksud Papa?" tanya Mayang.
"Kita sangat mengetahui bagaimana Aliza, dia paling pintar menyembunyikan sesuatu. Papa khawatir jika Dhafian melakukan sesuatu hal yang buruk kepada dan ternyata ada sesuatu?" tanya Lucky.
"Tapi Mama melihat. Aliza memang tidak kenapa-napa. Dhafian mungkin hanya berurusan dengan papa dan yang melibatkan Aliza atau melampiaskan semua amarahnya kepada Aliza," ucap Mayang.
"Aku juga bisa melihat itu. Dia juga bisa mati seperti Aliza terinjak para pendemo. Tetapi dia memilih untuk menolong Aliza," batin Lucky yang mungkin saat ini masih kepikiran dengan tindakan Dhafian seolah laki-laki sejati yang tidak membiarkan wanitanya terluka sedikitpun.
Lucky merasa belum tentu bisa melakukan hal itu dan pasti akan mengamankan terlebih dahulu agar keponakannya tidak kenapa-napa dan sementara Dhafian berani berada di sana yang me Aliza.
"Memang kenapa Papa mempertanyakan hal seperti itu?" tanya Mayang. Lucky menggelengkan kepala.
"Pa! Dari pada Papa terus menjadikan Dhafian sebagai target dengan bukti yang tidak juga ditemukan dan alangkah baiknya Papa menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi antara Papa dan Dhafian. Mama takut Aliza akan menjadi korban," ucap Mayang.
"Mama jangan Khawatir. Biarkan Papa yang mengurus semua ini," ucap Lucky yang membuat Mayang tidak berkata apapun lagi.
****
Dhafian ternyata berusaha keras untuk mencari kue yang diinginkan istrinya untuk merayakan hari ulang tahun kedua orang tua Aliza. Banyak sekali toko kue yang sudah mereka hampiri dan seperti apa yang dikatakan Aliza jika tidak mudah mendapatkan kue seperti itu dan harus dipesan terlebih dahulu.
Aliza dan Dhafian sejak tadi berada di dalam mobil dan Arga yang pasti memasuki toko kue tersebut yang bolak-balik ke tempat yang satu dan ke tempat yang lain dan kemudian melaporkan kepada majikannya dan ketika tidak mendapatkan yang cocok yang akhirnya mereka meninggalkan tempat itu dan sudah berada di jalan sampai beberapa jam.
"Apa ada lagi toko kue yang kamu ketahui?" tanya Dhafian yang sudah mulai lelah dan sementara Aliza sejak tadi hanya diam saja.
"Tidak ada tuan dan ini sudah yang terakhir dan jawabannya juga sama seperti sebelumnya," jawab Arga.
"Seenak apa kue itu sampai sulit sekali mendapatkannya," umpat Dhafian yang terlihat masih saja tetap kesal.
Aliza tidak menjawab sama sekali dan nanti juga sudah mengatakan bukan masalah kuenya tetapi masalah janjinya kepada orang tuanya.
"Tuan, sepertinya kue itu bisa kita dapatkan," ucap Arga tiba-tiba.
"Bagaimana caranya?" tanya Dhafian.
"Ibu saya bisa membuat kue dan jika tuan tidak keberatan kita menemui Ibu saya dan semoga saja kue yang dibutuhkan Nona Aliza bisa bisa dibuat secepatnya," ucap Arga yang ternyata memiliki ide.
"Kalau gitu kenapa tidak mengatakan sejak tadi. Kau itu sama saja dengan yang lain yang suka membumbung waktu. Cepat!" tegas Dhafian yang membuat Arga menganggukkan kepala yang langsung menyetir mobilnya.
Akhirnya Dhafian bisa mengusahakan kue itu untuk istrinya. Ibu Arga yang tinggal juga berada di Jakarta namun tidak serumah dengan Arga mampu membuat kue yang diinginkan Aliza.
Ibu Arga yang terlihat berada di dapur yang repot-repot dan juga sangat buru-buru untuk menyiapkan kue tersebut sebelum terlambat. Sementara Aliza dan Dhafian duduk di ruang tamu dengan keduanya sejak tadi hanya diam.
"Setelah ini berterima kasihlah kepadaku dan Kamu harus ingat apa punya aku inginkan tidak akan pernah tidak aku dapatkan dan termasuk kue yang menurutmu sangat sulit untuk didapatkan!" tegas Dhafian.
Aliza tidak menjawab perkataan suaminya dan lebih memilih untuk diam saja. Karena bagaimanapun dia hanya ingin cepat-cepat gue itu benar-benar jadi dan dia kita merayakan ulang tahun kedua orang tuanya yang sudah tiada.
"Aku tidak menyangka harus membuang waktu untuk semua ini. Aliza kau harus membayar semua ini karena sudah membuatku repot!" lanjut Dhafian.
Aliza tetap saja memilih untuk diam daripada merespon semua keluhan dari suaminya yang adanya mereka akan bertengkar.
Bersambung....