Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Sakit
Hari ini Nadilla terpaksa tidak berangkat sekolah karena sakit yang datang secara tiba-tiba.
Setelah tak sengaja bangun, waktu itu sudah menunjukkan pukul 09.00.
Nadilla kembali mencari Bu Gita barang kali saja beliau sudah pulang, namun yang dilla temukan hanya satu lembar amplop yang berisi uang dan secarik kertas di dalamnya.
Sejarah terulang. Teringat saat Nadilla masih berada di bandung, keadaannya sedang sakit namun ibunya pergi secara tiba-tiba.
Begitu pun tak ada nya perhatian khusus dari orang terdekat.
Sejenak Nadilla menulis curhatannya di balik buku diary yang ia miliki, setelah dirasa cukup ia langsung pergi untuk mencari sarapan dan obat-obatan.
Dengan sweater yang dipakai, begitu pun bibir yang tertutup dengan masker berwarna putih.
Nadilla berjalan kaki mencari Nasi campur, andai saja ia di kasih fasilitas motor. Ia tidak akan semenderita ini.
Perjalanan Nadilla akhirnya sampai di warung makan. Inginnya sih makan nasi campur, saat liat sop ayam jadi Nadilla memilih untuk membeli makanan itu.
"Bu sop sama nasi nya satu" Pinta Nadilla.
"Oke" Jawab ibu-ibu pedagang itu.
Awalnya Nadilla anggap warung itu hanya sekedar orang lain yang tak dikenal.
Tapi kerutan kening saat menatap figura foto itu meyakini kalau ini adalah rumah Maurel.
"Bu maaf mau tanya sesuatu boleh"
Sambil melayani pesanan, ibunya itu menjawab "Iya boleh, ada apa de?"
"Disini apa rumahnya Maurel?"
"Iya, apa kamu kenal sama anak ibu?"
"Saya teman sekelas nya bu"
Sehingga hal itu menjadi ada perbincangan yang serius dari keduanya.
**
Sedangkan seseorang yang di omongin baru saja terkena lemparan keras bola voli dari Nino. Maurel sedang melamun saat merasa telinga nya berdenging secara tiba-tiba.
"Rel kamu gak apa-apa?" Tanya Disky. Dia yang Pertama melihat, pertama juga yang menghampiri.
"Iya, engga apa-apa" Setelah menjawab. Maurel langsung berjongkok sambil memegang pusat nyeri sehabis terkena bola nyasar.
"Eh, kita ke UKS sekarang ya" Ajak Disky.
Maurel langsung berdiri lagi "Gausah, saya ini gak apa-apa"
Tidak hanya Disky, ada Vivi, Okta dan pelaku yang ikut serta melihat kondisi Maurel. Tak lupa juga guru olahraga ikut menghampiri.
Semua mata tertuju pada Maurel, entah akan harus memasang reaksi apa saat Maurel di lihat seperti ini. Gadis itu cuma nunduk sambil nahan sakit.
"Kamu silahkan istirahat Maurel" Kata guru olahraga.
"Tapi saya masih bisa lanjutin materi pak"
"Jangan di paksa, tugas kamu sudah cukup"
Maurel terdiam, padahal baru saja dua kali ia melakukan service bola Voli.
Guru memerintahkan Maurel untuk menepi bukan suatu alasan, wajah yang terkena bola itu terlihat seperti sakit sekali.
"Maaf rel tadi saya gak sengaja" Ini kata Nino yang ikut bersuara.
"Gak apa-apa nino, ini hanya kecelakaan kecil aja kok" Jawab Maurel.
"Lebay! Bilang aja mau diperhatikan" Timpal Rahma dari belakang sana, Maurel mendelik namun tak bersuara. Cuma menatap tajam sudah cukup untuk mewakili perasaan yang agak kesalnya itu.
**
Kembali ke arah warung.
Nadilla bingung mau jawab apa ke ibu nya Maurel, saat Nadilla memberi tahu nama nya ke beliau, secara tidak langsung Bu Susi membocorkan unek-unek serta merta kisah Maurel yang hampir mirip dengan kisahnya.
Seorang gadis biasa yang ingin diperhatikan, juga haus akan kasih sayang pasca ditinggal mati oleh laki-laki terhebatnya yaitu seorang ayah.
"Enggak bu, saya sama sekali gak ada niat buat musuhin maurel, tapi untuk pacarnya emang saya akui saya salah udah merebut nya, tapi itu takdir saya sebagai tunangan nya"
"Seenggaknya kamu masih bisa nurut orang tua dek, kalau maurel agak bebal"
"Saya juga kadang bebal sama orang tua, saya hanya ingin diperhatikan ibu, beliau sekarang sudah mulai jauh lagi dari sisi saya bu"
"Yang sabar aja"
"Iya bu" Kata Nadilla sambil senyum. Untuk memangkas waktu, Nadilla langsung bayar ke ibu Susi, tapi ditolak "Ambil aja de"
"Ih gak mau ah, ini uangnya bu" Elak Nadilla.
Tak hanya itu, bu susi tiba-tiba ke ruangan tengah untuk mengambil obat pereda demam untuk Nadilla.
"Bu, Dilla gak mau repotin banyak" Nadilla sampai panik dengan kebaikan hati Bu Susi.