Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 24
Pandangan Anya dan Arka bertemu, saling membelalak.
"Kenapa kau menyahut? Memangnya kau Anya?" tegur Lex sambil merangkul pundak Anya dalam tubuh Arka.
"Eng ... enggak, kok. Aku hanya kaget saja," sahut Anya.
Sofia menggeleng. "Cepat, ayo ikut aku," perintahnya.
Arka yang kelelahan berjalan gontai menuju Sofia.
Setelah hari itu, Arka semakin sibuk. Ia bahkan tidak sempat bersantai walau sejenak. Sementara Anya, kini ia terlihat benar-benar seperti sang idola.
Mereka mulai melakukan peran mereka dengan baik hingga saat Anya sedang pemotretan untuk iklan, tiba-tiba Arka yang saat itu sedang menunggunya merasakan sakit perut yang begitu menyiksanya.
Anya yang sedang berpose di depan kamera menyadari hal itu. Wajahnya panik dan terus memperhatikan Arka.
"Arka! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu terlihat kurang fokus?" tanya kameraman.
Anya menautkan kedua tangan. "Maaf, aku hanya teralihkan sebentar."
Cloe meraih dagu Anya lembut, membuatnya menghadap ke arahnya. "Sayang, fokus dong. Biar kita cepat menyelesaikan pemotretan ini."
Cloe yang tengah duduk di pangkuannya berusaha membuatnya fokus. Kini mereka tengah melakukan proyek iklan bersama.
Anya sangat tidak nyaman melakukan adegan yang sangat intim seperti itu. Namun, ia harus bersikap profesional.
Sebelumnya, Arka juga sudah memperingatkannya untuk bersikap lebih baik pada Cloe.
"Ayo, kita mulai lagi," ucap sang kameraman.
Cloe mulai berpose dengan memegang kerah baju Anya dan mendekatkan wajahnya seolah akan berciuman.
Anya dengan perasaan ngeri mencoba menahannya.
'Sumpah, geli banget!' batin Anya.
Arka yang duduk di belakang panggung meremas perutnya yang terasa kram. Wajahnya meringis kesakitan.
"Sialan! Ini tubuh kenapa, sih! Kenapa sakit gini," gumamnya sambil meremas-remas perutnya.
Hingga beberapa saat Arka harus menahan itu. Anya yang tengah beristirahat langsung menghampirinya.
Ia membungkuk ke arah Arka. "Kau kenapa? Kayaknya kau sedang nggak sehat."
"Nggak tahu, perutku sakit banget," gerutunya.
Sementara Cloe yang sedang di-make up terus memperhatikan interaksi mereka yang tak biasa. Ia melihat Arka begitu peduli pada Anya, beda dengan sebelumnya.
Cloe menepis para perias dan menghampiri Arka. Ia meraih tangan Arka dan menariknya menjauh dari Anya.
"Jangan manja kau, ya!" sentak Cloe ke Arka dalam tubuh Anya. "Belakangan aku perhatiin, kau selalu cari perhatian ke Arka, tahu!"
'Waduh, gawat! Ni nenek lampir nggak tahu aja yang lagi dia omelin itu sebenarnya Arka,' batin Anya.
Anya kembali menarik Cloe menjauh. "Nggak, kok. Dia nggak kayak gitu. Dia lagi kurang sehat, makanya aku tanya dia."
"Ya, kalau dia sakit suruh nahan dong, kerja aja nggak becus," sahut Cloe kesal.
Sementara mereka berdebat, Arka sudah tidak memperdulikan mereka lagi. Perutnya semakin sakit, seakan ditusuk-tusuk jarum.
Anya semakin khawatir.
Arka memegang bokongnya. Ia merasa ada sesuatu yang mengalir dari kemaluannya. Saat ia melihat tangannya yang berlumuran darah, ia langsung membelalak dan tak sadarkan diri.
Anya yang panik langsung menangkapnya agar tidak menyentuh lantai. Ia baru saja ingat, ini adalah jadwalnya ia datang bulan.
"Apa-apaan, sih. Pakai segala pingsan lagi," omel Cloe.
Anya langsung saja membopongnya, membawanya ke ruangan lain agar Arka dapat istirahat. Dan pemotretan ditunda beberapa saat.
Cloe mengepal dan menyentakkan kakinya, merasa kesal.
"Ini sudah keterlaluan, awas saja kau, Anya!" gumamnya.
Anya meletakkan tubuh Arka di atas sofa. Dibaringkannya terlentang. Ia juga meminta seseorang untuk membelikannya pembalut.
Setelah beberapa saat, Arka membuka matanya. Ia masih merasakan sakit di area perutnya.
"Kau sedang datang bulan, makanya perutmu terasa sakit," ucap Anya sambil memberinya segelas air hangat.
Arka menaikkan kedua alisnya, syok. "Apa? Datang bulan? Kenapa harus sesakit ini, sih!"
Anya hanya tersenyum tipis, merasa lucu sekaligus puas akhirnya ada seorang lelaki yang bisa merasakan rasa tidak nyamannya seorang wanita yang tengah datang bulan.
Bahkan, Arka sampai pingsan. Anya lalu memberikan pembalut padanya.
"Cepat pakai ini, dan setelah itu ganti celanamu!" perintahnya.
Tubuh Arka langsung menegang. "Dari mana kau dapat itu? Jangan bilang kau beli sendiri?"
Aakkh!
Arka terlihat frustrasi, ia mengacak-acak rambutnya. Anya langsung menghentikan aksinya itu.
"Kau itu kenapa, sih?"
"Jelas saja aku frustrasi! Aku seorang idola membelikan pembalut ini. Kau tahu, itu bisa mencoreng citraku sebagai seorang artis, tahu ...." teriakan Arka menggema dalam ruangan sempit itu.
Seketika Anya menutup mulutnya rapat-rapat. "Bisa nggak jangan berisik? Aku tadi suruh orang buat beli ini, jadi nggak usah berlebihan kayak gitu, deh."
Anya sekali lagi menyodorkan pembalut itu. "Cepat pakai, aku sudah memasangkannya, jadi kau tinggal pakai celana dalam ini."
'Untunglah aku tadi minta staf wanita untuk mengurus semua ini. Kalau nggak, Arka pasti marah besar ke aku karena masalah pembalut ini,' gumamnya dalam hati.
Arka segera mengambilnya. Ia berjalan tertatih menuju toilet. Sementara Anya harus kembali lagi ke ruang pemotretan.
Arka melihatnya beberapa kali sebelum memakai celana dalam itu. Ia juga dibuat merinding saat melihat darah yang keluar begitu banyak.
"Hah, sial amat hidupku, kenapa aku harus ngalamin semua ini, sih!" gerutunya.
Klek!
Arka langsung berbalik ke arah pintu, saat suara pintu terkunci dari luar.