NovelToon NovelToon
Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan

Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.

Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.

“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.

Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Penjaga Bayangan

...***...

Di sisi lain, jiwa Lanang tersedot masuk ke dalam portal dimensi yang baru saja dibukanya. Perjalanan menuju tujuan terasa sangat tidak biasa—badai petir menyambar-nyambar di sekelilingnya, namun tak satu pun mampu menyentuh jiwanya.

Ternyata oh ternyata, ada entitas yang mengikutinya dari belakang, dengan setia menahan setiap sambaran petir yang berbahaya.

Di penglihatannya, entitas itu hanya berupa bayangan, tapi kakinya buntung sebelah, dengan ekor panjang hingga ke lantai yang membentuk tombak di bagian ujungnya. Mahluk itu berjalan pelan di belakang, tak goyah meskipun kakinya buntung sebelah.

"Ada apa lihat-lihat? Kau harus berterima kasih padaku, manusia fana!" ucap entitas itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama menghilang, dia berani bicara lagi.

"Diam! Sekarang bukan waktunya membicarakan hutang piutang," jawab Lanang acuh, fokusnya tidak terganggu. "Aku masih cukup baik hati tidak menagih hutangmu atas pengkhianatanmu yang membunuh orang-orangku dulu."

"Hah... waktu itu, aku juga sedang tidak bisa mengendalikan diri. Itu tidak disengaja," bela entitas itu.

"Lepas kendali tidak mengubah fakta bahwa kau pernah mengkhianatiku. Sekarang waktunya kau bayar hutang itu, dengan melindungi mereka semua," tegas Lanang.

Sang entitas tidak berani membantah lagi, meski dalam kesadarannya ia masih menggerutu kesal. Lanang yang sekarang sangat berbeda dengan Lanang di masa lalu yang masih kesulitan mengendalikannya.

"Kau manusia yang beruntung. Tubuh yang kau tempati sekarang semakin matang, bahkan memiliki energi yang hampir tak terbatas, mirip seperti keberadaanku di zaman purbakala. Jadi, jagalah tubuh itu baik-baik," ucap entitas itu lagi.

"Tak perlu kau ingatkan, aku sudah tahu. Itulah sebabnya, jangan berharap bisa keluar masuk seenaknya. Fokus saja pada tugasmu: lindungi dan bantu aku melindungi mereka," sahut Lanang tegas.

Tidak ada lagi percakapan setelah itu. Titik cahaya di kejauhan semakin dekat, tanda mereka hampir tiba di tempat tujuan, di mana Bryan berada.

Sang entitas menarik Lanang untuk melompat keluar dari portal, dan mereka mendarat tepat di depan dua penjaga berbaju jubah hitam, dan bertudung. Di tangan mereka, tersemat tombak yang sangat runcing.

Sial! Kenapa sudah ketahuan sebelum sempat melakukan apa pun? batin Lanang geram.

"Dasar tolol! Bicaralah sesukamu, mereka tidak bisa melihat kita!" sahut sang entitas dengan suara menggelegar, nyaris seperti guntur.

Lanang terkesiap. Ternyata, kedua penjaga di depannya benar-benar tidak bisa melihat keberadaan mereka. Namun, sepertinya suara mereka masih terdengar samar.

"Hei, kau dengar ada yang berbisik tadi?" tanya salah satu penjaga pada rekannya, terdengar bingung.

"Oh, rupanya mereka hanya bisa mendengar suara?" tanya Lanang pada entitas itu.

"Ya, itupun sangat samar. Aku tadi sudah membentak sekeras mungkin, tapi bagi mereka hanya seperti bisikan. Jangan lupa, kita sedang dalam wujud jiwa—tidak kasat mata," jelas sang entitas.

"Tapi, kalau kondisinya seperti ini, bagaimana aku bisa melawan mereka untuk membebaskan Bryan?" tanya Lanang, frustrasi. Tangannya mencoba menyentuh salah satu penjaga, namun hanya meraih udara kosong, jiwanya menembus tubuh penjaga itu seperti angin.

"Sekarang kau belum bisa, tapi nanti pasti bisa," jawab sang Entitas, suaranya terdengar misterius.

"Hah? Nanti? Apa maksudmu?" Lanang semakin bingung.

"Dengan cara ini," sahut sang Entitas tiba-tiba mendekat, dan dalam sekejap, menyatu dengan jiwa Lanang.

Lanang terkesiap, matanya melotot. Ia bisa merasakan wujud jiwanya menjadi lebih padat, lebih berwibawa, seolah dipenuhi oleh kekuatan yang lama tertidur.

Tanpa dikendalikan, kedua tangannya tiba-tiba terangkat sendiri, mengarah tepat ke kepala kedua penjaga itu.

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Lanang, rasa bingung dan waspada memenuhi suaranya.

Sang Entitas tidak menjawab. Alih-alih, suara mantra kuno yang dalam dan berirama keluar dari mulut Lanang, seolah memiliki kehendaknya sendiri.

"Zein Thasarn—Shanu-shanu Kayastarm!" "Dayast Karastarm!"

"Vasarn k'thular - Drael nor bethud! K'yah fahlam na-astarn - Tor'ma thal b'tharn!"

"Shanu-shanu Kayastarm! Dayast Karastarm!"

"Swahhhh!"

...dan seketika, kedua penjaga itu bagaikan terkena sengatan listrik tak kasat mata sebelum akhirnya roboh tak berdaya ke lantai.

"Oh," desis Lanang, terkesiap. "Ternyata bisa seperti ini." Rasa lega dan takjub bercampur dalam hatinya. Kekuatan yang ia miliki kini terasa begitu nyata dan berbeda.

"Ayo, cepat!" desaknya, segera mengambil kembali kendali atas tubuh dan pikirannya. "Waktu kita tidak banyak. Kita harus segera menemukan Bryan."

Tempat yang mereka masuki ternyata lebih menyerupai gua raksasa yang diterangi oleh sumber cahaya tak jelas. Ruangannya luas dan berliku, dan di balik dinginnya udara, Lanang bisa merasakan sisa-sisa aura familiar, aura raga Adam yang terasa nyaris hilang.

"Ternyata Adam pernah dibawa ke sini," gumamnya pelan. "Mungkin, saat ia diculik..."

"Sepertinya begitu," sahut sang Entitas dalam pikirannya, suaranya mengiyakan tanpa banyak bicara.

Sambil terus menyusuri lorong, Lanang, yang kini menyatu dengan sang Entitas, terus memingsankan setiap penjaga yang mereka temui. Itu adalah langkah perlu, memastikan jalan mereka tetap aman saat kembali nanti dengan Bryan.

"Kenapa tidak ku bunuh saja?" bisik sang Entitas tiba-tiba, suaranya menggoda dalam pikiran Lanang. "Aku bisa melakukannya dengan mudah. Lebih cepat, lebih permanen."

"Huh, jangan bermimpi. Aku tidak ingin membunuh lagi dengan kekuatanmu. Nanti kau kecanduan menyedot jiwa lagi. Bukannya sekarang kau sudah bebas dari kecanduan itu sejak disegel dulu?" jawab Lanang tegas.

"Tapi... aku lapar," keluh sang Entitas.

"Kau hanya lapar, tidak akan mati. Bukannya biasanya kau bisa menyerap energi spiritual sebagai pengganti makanan? Lakukan itu mulai sekarang. Tak boleh lagi memakan jiwa orang," tegas Lanang.

"Astaga, itu sama saja seperti puasa mutih. Tubuhku tetap berenergi, tapi rasanya tidak memuaskan tanpa 'lauk' yang sebenarnya," protes sang Entitas.

"Ya, dan kau harus membiasakan diri. Kalau tidak mau, kau akan ku segel lagi," gerutu Lanang.

Mendengar ancaman itu, sang Entitas pun mengalah. Dia jelas tidak ingin kembali terkurung dalam segel untuk waktu yang lama.

Di kejauhan, terlihat sosok yang sangat dikenalnya. Bryan! Ia masih memakai kemeja kotak-kotak yang sama, tapi kerah bajunya terbuka, memperlihatkan sebuah kalung dengan liontin batu yang memancarkan cahaya menyilaukan.

Sejak kapan Bryan memiliki kalung seperti itu?

Namun, kondisi Bryan jelas sedang tidak baik-baik saja. Dia terkepung oleh sekelompok sosok berjubah dan bertudung hitam yang mengelilinginya. Tatapannya kosong dan nanar, seperti orang yang tidak sepenuhnya sadar.

"Sial! Apa yang hendak mereka lakukan pada Bryan?!" desis Lanang, darahnya mendidih. Nalurinya ingin segera menerjang dan menyelamatkan sahabatnya.

Tapi tiba-tiba, kakinya terasa lunglai dan tak bertenaga. Dia tahu siapa dalangnya.

"Beraninya kau! Lepaskan kakiku!" geramnya pada sang Entitas yang ada dalam dirinya.

"Jangan terburu-buru, manusia fana!" sahut sang Entitas, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Apakah kau tidak ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa yang sedang direncanakan oleh temanmu sendiri?"

"Bryan sudah dikepung, dan kau malah menyuruhku untuk mengintip?" Lanang hampir tidak percaya.

"Hmm... Menurutku ini perlu. Apa kau tidak ingin tahu? Oh, ayolah... Di kehidupan yang sekarang, kau ini seorang polisi. Seharusnya kau mengidentifikasi situasi terlebih dahulu sebelum bertindak," jawab sang Entitas, tiba-tiba bersikap bijak, dan sok modern.

Lanang menggerutu, tapi akhirnya mengalah. Pandangannya kini fokus mengawasi setiap gerakan dari dalam bayangan.

Lalu, terdengar suara menggema. Sosok-sosok berjubah hitam itu mulai merapalkan mantra dalam bahasa asing secara bersamaan, suara mereka menyatu dalam irama yang menyeramkan.

"Bayethe Sanibona! Thatha umoya wakho! Khulula! Khulula! Swebhu!"

Mantra itu diucapkan berulang-ulang, menciptakan atmosfer yang mencekam dan penuh energi gelap.

Tiba-tiba, dari kedalaman lorong, muncul sosok lain yang juga bertudung hitam. Tangannya membawa nampan, dan di atasnya tergeletak kepala sapi berwarna merah yang masih segar.

"Duh Gusti..." Lanang hampir tercekat, rasa ngeri menyelimutinya. "Ternyata mereka hendak melakukan Ritual Pemanggilan Iblis."

...***...

1
Nana Colen
lanjut thooooor aku suka 😍😍😍😍😍
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak...
OTW... Bruuummmmm...
total 1 replies
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤🥰🥰
Yuni_Hasibuan: Terimakasih udah mau mampir kakak 🥰🥰🥰
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Belanda memang licik
Yuni_Hasibuan: Liciknya kebangetan Bang.
total 1 replies
Maulana Alfauzi
hmm...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
Maulana Alfauzi
Aku suka aja sama novel fantasi begini.
Maulana Alfauzi
Makasih up nya Thor.
semakin seru ceritanya
Yuni_Hasibuan: Makasih udah Mampir Bag.../Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!