Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Sayang, hari ini ikut mas ke perusahaan ya." ajak Karen saat Rindu sedang sibuk memasangkan dasi di lehernya.
"Ngapain mas? " bukan tidak mau Rindu pergi ke perusahaan menemani sang suami, hanya saja, saat dia berada di perusahaan, suaminya bukannya bekerja, malah sibuk bermanja manja kepadanya.
"Nanti ada rapat tentang gedung yang sedang kita bangun, dan itu memakai desain yang kamu rancang sayang, mas mau kamu lansung yang presentasi." ujar Karen.
"Mmm... Baiklah." ucap Rindu tak bisa menolak, kini Rindu selalu di ikut sertakan oleh suami maupun mertuanya di perusahaan.
"Setelah itu, kita lansung ke Bali, ok." ujar Karen menaik turunkan alisnya.
"Ngapain? " heran Rindu.
"Mau ngapain lagi, honeymoon lah." kekeh Karen.
"Honeymoon apanya, kita nikah sudah mau setengah tahun loh mas." kekeh Rindu geleng geleng kepala.
"Ya nggak apa apa, yang penting mas maunya setiap hari kita honeymoon." saut Karen acuh.
"Astaga, apa nggak cukup melakukannya hanya di rumah saja." keluh Rindu, padahal setiap malam suaminya itu selalu meminta jatah.
"Ya nggak lah, mas ingin selalu mencari suasana baru." sahut Karen nggak mau kalah.
Rindu di buat pusing dengan ulah suaminya itu.
"Mau ya, kita ke Bali setelah selesai meeting." rengek Karen.
"Hmmm... Terserah mas aja." pasrah Rindu.
"Kok jawabnya gitu." ujar Karen tidak terima meliha kepasrahan sang istri.
"Lalu klau aku jawab nggak mau, mas mau nurut?" tanya Rindu.
"Ya nggak lah." jawab Karen enteng.
Rindu hanya menatap sebel kearah sang suami, lalu Rindu berlalu dari depan suaminya itu dengan wajah kesal.
Namun belum selangkah, Karen sudah menarik sang istri ke dalam pelukannya.
"Mas ihhh... Aku mau mandi." rengek Rindu.
"Nanti dulu, mas mau ini dulu." ujar Karen menunjuk bibirnya.
"Hii... Kan tadi udah, apa nggak bosan patukan mulu." omel Rindu.
"Nggak akan pernah bosan sayang, karena ini sudah jadi candu untuk mas." ujar Karen lansung membungkam bibir sang istri dengan pagutan memabukan.
"Wahhh... Wah.... Siapa nih, wanita mandul. " cibir Rinda tiba tiba datang saat Rindu sedang membeli cemilan di supermarket.
Rindu hanya diam saja saat Rinda mengatainya.
"Heee.... Jawab dong klau orang ngomong, jangan belagu jadi manusia." semprot Rinda mendorong bahu Rindu dengan sedikit kasar.
"Awww... Apaan sih kamu." kesal Rindu.
"Nggak usah pura pura budek, saat orang ngomong." kesal Rinda.
"Ohhh... Kamu ngomong sama aku? " sahut Rindu.
"Ya iyalah gue ngomong sama loe, secara hanya loe yang ada di sini." ketus Rinda.
"Kamu kan nggak nyebut nama aku, jadi mana tau aku klau kamu ngomong sama aku. " santai Rindu.
"Heee... Tadi kan gue panggil loe mandul." pekik Rinda.
"Aku nggak mandul." jawab Rindu pelan.
"Mana mungkin nggak mandul, secara nikah sudah lama tapi nggak hamil hamil, apa namanya klau nggak mandul." cibir Rinda.
Deggg....
Sakit sungguh sakit hati Rindu mendengar hinaan dari kembarannya itu.
Memang benar, sampai saat ini dia belum hamil, bahkan Rindu dan Karen pun sudah konsultasi ke dokter kandungan, mereka pun di nyatakan baik baik saja, tidak ada masalah, hanya saja Tuhan yang belum mempercayakan mereka seorang anak.
"Cukup Rinda, aku bukan mandul asal kamu tau." kesal Rindu meninggalkan Rinda dengan menahan sesak di dadanya.
"Heee... Jangan kabur loe mandul, seharusnya loe sadar diri, kasian suami loe yang membutuhkan penerus, tapi sayang punya istri mandul, klau gitu loe izinkan saja suami loe nikah lagi." cecar Rinda.
Plak....
Satu tamparan melayang ke pipi Rinda.
Sampai sampai dia terkejut, dan sekaligus merasakan sakit di pipinya, akibat tamparan keras di pipinya.
"Kau....! " geram Rinda menatap nyalang ke arah Rindu.
"Apa! mau aku sumpel mulut kotor kamu itu, pakai sepatu ku ini hu....! " bentak Rindu.
"Ahhh... Tapi sayang sekali sepatu aku yang masuk kedalam mulut kotor kamu itu, secara sepatu aku ini lebih berharga dari pada mulut kotor mu itu." sinis Rindu.
Ingin sekali Rinda membalas ucapan Rindu itu, tapi dia sedikit takut melihat wajah murka Rindu.
Rindu keluar dari supermarket itu dengan tangan kosong, dan membawa kesedihan di wajahnya.
"Sayang, heiii.... Kenapa bengong hmmm...? " tanya Karen saat melihat istrinya terdiam dengan tatapan kosong.
"M-mas." ucap lirih Rindu.
"Ada apa sayang, kamu ada masalah, ngomong sama mas, jangan diam kaya gini." ujar Karen lembut menangkup ke dua pipi sang istri.
"Katanya tadi mau beli cemilan, mana cemilannya? " tanya Karen lagi.
Rinda menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Ada apa sayang, cerita sama mas." ujar Karen lagi, dia yakin istrinya pasti ada masalah, tidak pernah selama ini Rindu bersikap seperti ini selama mereka menikah.
"Mas, klau aku nggak bisa memberi mas anak, mas akan menikah lagi dan membuang aku? " tanya Rindu dengan suara serak, air mata sudah bisa dia bendung lagi.
Deggg....
Sontak aja pertanyaan Rindu itu membuat Karen terkejut, ada apa dengan istrinya itu, selama ini mereka tidak pernah mempermasalahkan masalah anak, bahkan orang tua mereka aja sangat santai.
"Sayang, kamu ngomong apa sih, kenapa ngelantur kaya gini hmm...." tanya Karen lembut, dia akan mencari tau siapa orang yang telah membuat istrinya seperti ini, dia akan menghukum orang itu.
"Jawab mas, jangan mengelak." pekik Rindu mulai meraung.
Sungguh sakit hati Karen melihat istrinya yang kacau seperti itu.
Karen menarik sang istri kedalam pelukannya, walau Rindu terus meronta menolak pelukannya, namun Karen semakin mengeratkan pelukannya.
Setelah merasakan istrinya mulai tenang, Karen melonggarkan pelukannya, dan menatap penuh cinta kepada sang istri.
"Sudah tenang, sayang? " tanya Karen lembut.
Namun sang istri tidak menyahut ucapannya.
"Dengarkan mas sayang, mempunyai anak atau tidak, mas akan tetap menjadi suami kamu, dan kamu istri mas satu satunya." ucap Karen sungguh sungguh.
"Mas sangat mencintai kamu, masalah anak, itu hanya bonus dari Tuhan." ujar Karen memberi pengertian.
"Lalu bagaimana dengan pewaris mas, mas butuh itu." ucap Rindu yang belum puas dengan jawaban sang suami.
"Kita bisa mempunyai anak tanpa mas menikah lagi, kita bisa mengadopsi anak, banyak di luaran sana anak yang tidak mempunyai orang tua, kita bisa adopsi mereka, lagian kita menikah baru setengah tahun, kenapa sudah memikirkan anak segala, mas aja masih ingin pacaran halal sama kamu,menghabiskan banyak waktu berdua tanpa gangguan anak anak, lalu mama dan papa juga tidak pernah ikut campur masalah anak, kamu tenang saja sayang, masih banyak cara untuk kita mempunyai anak, bahkan kita bisa melakukan bayi tabung, jadi mas mohon jangan pikirin hal hal yang membuat kamu stres sayang, jangan pikirin orang orang yang ingin menjatuhkan mental kamu, mereka akan senang melihat kamu tersakiti dan stres seperti ini." ujar Karen panjang lebar.
"Haa.... Mas bener, pasti dia sengaja ingin membuat aku kena mental." gumam Rindu namun masih bisa di dengar oleh Karen.
Karen bisa bernafas lega melihat sang istri pelan pelan sudah mulai tenang.
Bersambung....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
tanda2nya rindu hamil itu