Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.24
keesokan harinya....
Farid yang sedang tak sibuk di kantor pun, langsung teringat dengan ucapan Ida, tentang lembaga griya lansia tersebut. Dan mencoba mencari nya di internet. Dan ternyata, tempat nya cukup luas, dan dia langsung tertarik.
Dia meraba keberadaan ponsel nya itu, dan mengetikan nomor baru untuk menghubungi pihak pengurus nya.
"Halo selamat siang, kami dari lembaga griya lansia. Ada yang bisa kamu bantu, bapak atau ibu?" ucap seseorang wanita yang menjawab panggilan nya itu.
"Halo mbak, apa betul ini tempat penitipan para orang tua yang sudah tak bisa diurus?"
"Benar bapak. Ada yang bisa kami bantu?"
"Saya ingin berbicara dengan pengurus nya mbak, ada sedikit keperluan. Apakah bisa?"
"Baiklah, tunggu sebentar ya pak. Saya akan memanggil pengurus nya terlebih dahulu."
"Baik mbak."
Perasaan Ferdi sedikit gugup, dan keputusan ini dia harap bisa menjadi keputusan yang terbaik. ibunya akan di rawat di masa tua nya. Itu jauh lebih baik, dibandingkan hidup sendirian. Karena semua anak anak nya, sudah memiliki keluarga masing masing.
"Halo, selamat siang bapak. Saya Arif pengurus di lembaga griya lansia ini, ada yang bisa saya bantu?"
"begini pak Arif, saya memiliki ibu yang sudah mulai tua, dan saya beserta adik adik saya tak bisa mengurus nya lagi. saya berencana untuk memasukkan ibu saya ke sana. Bagaimana persyaratan nya ya pak?" ucap Farid dengan Santai nya tanpa ada beban.
"Astagfirullah, begini pak..?"
"nama saya Farid pak."
"Begini pak Farid, apakah bapak yakin untuk memasukan ibu nya kesini?" tanya Arif dengan nada bicara yang terlihat lebih datar.
"Yakin pak, memang nya ada apa. apa bapak mengaggap saya tak mampu membayar keperluan ibu saya. Tenang saja, saya akan membayar nya sampai lunas." ucap Farid yang merasa kesal dengan ucapan Arif.
"Ini bukan soal biaya pak, tapi ini melepas tanggung jawab. Kalau ibu bapak sudah berada di pihak kami, maka bapak dan anak anak lainnya, tak akan bisa melihat nya lagi. Apa bapak yakin dengan keputusan ini?"
"Deg....
"Apa maksud nya ya pak, saya belum mengerti?" ucap Farid yang kaget dengan penuturan sang pengurus lembaga.
"Bapak pasti tak mencari tahu lembaga kami kan, dan persyaratan apa saja yang tak boleh di langgar kan. baiklah akan saya sampaikan secara langsung saja ya. Saat ibu anda kami jemput nanti nya, maka kami akan meminta tanda tangan persetujuan dari anak anak beliau. setelah itu, kami akan bertanya sekali lagi kepada para anak anak beliau, apakah masih yakin melepas tanggung jawab kepada ibu kandung nya sendiri. lembaga kami juga tak menerima uang dari para anak anak yang tega menelantarkan ibu kandung nya sendiri. Semua kebutuhan ibu anda akan kami tanggung dari pihak yayasan. jdi anda tak akan ikut campur lagi permasalahan hidup beliau.
"Dan setelah itu, kalian tak bisa mengunjungi ibu kalian lagi disini, tak boleh melihat nya lagi saat beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya. ibarat nya, setelah tanda tangan akhir selesai, kalian tak memiliki hubungan lagi kedepan nya. Apakah bapak masih ingin memasukkan ibu kandung nya ke lembaga kami?" tanya Arif dengan nada tegas nya.
Farid terdiam, tak menyangka persyaratannya akan seberat ini. Bila ibu nya tiada, bagiamana perasaan nya nanti, kenapa dia sedikit ragu, dan sedikit bimbang. Tapi kalau ibu nya tak dimasukan ke dalam lembaga itu, ibunya akan hidup sendirian. Dia menghela nafas berat nya, dan mencoba berfikir dengan keadaan tenang.
"halo bapak, bagaimana, apakah sudah yakin dengan keputusan nya. Kami berharap bapak cukup bijak dengan ucapan yang saya berikan. ingat pak, tak ada seorang ibu yang ingin tinggal di sebuah yayasan di masa tua nya. saya berbicara Seperti ini, karena saya merasakan bagaimana jeritan para orang tua disini saat anak anak nya memasukan mereka ke sini. Tolong dipikirkan baik baik ucapan saya , dan jangan bertindak gegabah. maka anda akan menyesal nanti nya." ucap Arif dengan nada tegas dan datar nya.
"Huft, saya tetap dengan keputusan saya pak Arif, ibu saya sudah mulai sakit sakitan. Kami semua, sudah sibuk dengan urusan masing masing, kami berharap ada yang menjaga ibu kami saat masa tua nya. Jadi keputusan saya tetap akan memasukan ibu saya ke sana."
"Baiklah, tolong sertakan alamat lengkap nya ya, pak. Biar kami yang jemput beliau." ucap Arif dengan nafas berat nya. Sudah tak perduli lagi dengan ucapan Farid dengan mengatakan tak ada yang mengurus, dia benar bener mengutuk anak anak nya, karena terlalu sibuk memikirkan dunia mereka masing masing, tanpa ada sedikit belas kasihan terhadap ibu kandung mereka sendiri.
"Saat ini ibu saya berada di rumah sakit pak Arif. Saya tak bisa ke sana, kalian bisa menjemput nya langsung disana."
"Jadi ibu kalian sedang sakit, dan kalian tak ada yang melihat nya?' tanya Arif yang langsung merasa shock melihat kelakuan anak anak nya Bu asih ini.
"Sudahlah pak Arif, gausah ikut campur. Jadi mana dokumen yang akan saya tanda tangani. Kirim kan segera, dan saya yang akan mengurus berkas berkas yang diperlukan."ucap Farid yang merasa kesal.
"Baiklah pak Farid, nanti saya urus dokumen nya. Dan jangan lupa sertakan alamat rumah, beserta nama lengkap nya." ucap Arif dengan tegas nya.
"Baik."
"Tut.....
"Astagfirullah, dasar anak durhaka. kasihan ibu kandung nya, kalau beliau mendengar nya, pasti akan sangat menyakitkan." gumam pak Arif dengan nada lemah nya.
"Pak Arif, ada apa?" tanya riska yang melihat pihak pengurus nya begitu kesal, dan emosi saat ini.
"Kita ada pasien baru lagi Bu Riska, anak anak nya begitu tega menelantarkan beliau. Ayo siapkan ambulan, dan beberapa keperluan oleh tim. karena lokasinya di sebrang pulau. Kita gunakan saja jalur darat."
"Baik pak."
Setelah Arif mengintruksikan kepada para tim nya, untuk bersiap siap, asih yang termenung dan tak ingin makan pun, membuat para suster menghela nafas berat mereka. Ada apa dengan bu asih, kenapa terlihat begitu lesu, dan tak bersemangat lagi.
"Bu asih, ada apa. Kenapa Makanan nya tak dihabiskan?"
"Suster, apakah kondisi saya sudah stabil?" tanya asih dengan suara yang lemah nya.
"Kondisi ibu akan drop lagi, kalau ibu ga makan. Ayo dimakan dulu makanan yang sudah di sajikan bu. Biar ibu cepat sehat, dan ibu bisa berkumpul lagi dengan anak anak ibu." ucap suster Wita yang berusaha membujuk.
Asih hanya tersenyum miris saja saat mendengar nya, dan berulang kali menghela nafas berat nya. Anak anak nya bahkan tak ada yang perduli dengan nya. untuk apa dia hidup, dia sendirian sekarang.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..