NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Keberanian Tiba - Tiba

"Siapa kalian?. Ada urusan apa sampai menghadang perjalanan kami?." Tanya Raden Mas Mahesa.

"Serahkan wanita yang ada di dalam mobil itu." Pinta salah seorang di antara preman yang merupakan ketuanya.

"Kenapa kalian menginginkan istriku?." Tanya Raden Mas Mahesa. Wajahnya tampak tenang seolah tak terpancing ketika mereka meminta istrinya.

"Tak usah banyak bicara! Berikan saja istrimu pada kami." Bentak ketua preman.

"Siapa orang yang menyuruh kalian? Kalian pasti di bayar untuk mengambil istriku." Ujar Raden Mas Mahesa.

"Bukan urusanmu!."

"Memangnya kalian di bayar berapa? Bagaimana kalau aku membayar kalian lima kali lipat lebih tinggi. Tapi, bawa kehadapanku orang yang memerintahkan kalian." Tawar Raden Mas Mahesa.

"Hah! Hahahaha kurang ajar, ternyata kamu meremehkan kesetiaan kami. Mau berapa puluh kali lipat pun, kami tidak akan pernah berkhianat pada tuan kami!." Seru preman yang tersulut amarah.

Raden Mas Mahesa kembali memutar otak dan berusaha bernegosiasi untuk mengulur waktu. Dalam hati ia terus berdoa memohon perlindungan pada Allah, dan berharap agar Bara segera sampai untuk membantunya.

"Kalau kamu tidak mau menyerahkan wanita itu, kami akan membawanya dengan paksa!." Seru kepala preman.

"Cchh! Jangan harap kalian bisa membawa istriku. Aku bahkan gak akan biarkan kalian menyentuh istriku dengan mudah." Jawab Raden Mas Mahesa yang bersiaga dengan Jaka dan Raka.

Perkelahian pun akhirnya tak dapat di hindari. Walaupun kemampuan bela diri Raden Mas Mahesa dan dua asistennya terbilang mumpuni, tetap saja mereka kewalahan melawan puluhan preman yang menyerang bersamaan.

Baik Raden Mas Mahesa, Jaka dan Raka berusaha sekuat tenaga untuk mencegah para preman itu mendekati mobil mereka, dimana ada Anaya di dalam sana.

"Raden Mas, Awas!." Seru Jaka yang kemudian melindungi tubuh tuannya dari hantaman balok hingga membuatnya tersungkur.

"Sialan!." Ujar Raden Mas Mahesa yang kemudian merebut balok dari tangan salah satu preman dan mulai menyerang secara brutal.

Di dalam mobil, Anaya tampak begitu resah. Ia tak sanggup melihat suaminya yang mencoba terus bangkit walaupun sudah tumbang karna di pukul. Dengan segenap keberaniannya, Anaya membuka sunroof mobil dan mengeluarkan separuh badannya dari sana.

"Berhenti!" Seru Anaya yang membuat perhatian mereka semua teralih.

Anaya melihat sekilas ke arah suaminya yang sedang melindungi Jaka yang sudah babak belur hingga pakaiannya penuh dengan darah.

"Raden Ayu, Masuk!." Titah Raden Mas Mahesa dengan tegas namun tak di hiraukan oleh Anaya.

"Aku yang kalian cari. Jangan lukai suamiku den asistennya." Seru Anaya dengan suara yang tegas.

Entah keberanian dari mana yang datang menguatkan dirinya. Hinga kini tangannya tak lagi gemetar saat mengacungkan pistol ke arah para preman.

"Bawalah aku kalau kalian bisa. Jangan sakiti orang yang tak bersalah." Ujar Anaya yang sudah siap menembak.

"Raden Ayu!." Raden Mas Mahesa menatap ke arah istrinya.

Ingin rasanya ia memanjat mobilnya dan membawa istrinya itu masuk kedalam mobil yang pasti lebih aman. Namun, kini tubuhnya bahkan tak bisa bergerak karna di pegangi oleh beberapa preman.

"Heey! Jangan bermain - main dengan senjata api itu, Cah Ayu. Ikut saja dengan kami dan permudah pekerjaan kami." Bujuk kepala preman yang perlahan mendekat ke arah mobil.

"Berhenti atau aku tembak kamu!." Ancam Anaya yang membuat pria itu menghentikan pergerakan.

Tentu saja mereka cukup segan dengan senjata api yang bisa membunuh dari jarak jauh, sedangkan mereka tak memiliki senjata yang sama.

"Kemarilah, Cah Ayu. Kita selesaikan semua baik - baik bersama bosku." Bujuk kepala preman lagi.

"Cuuiih! Mimpimu!." Ujar Anaya sambil meludah ke arah kepala preman.

"Sialan! Dasar perempuan gak tau diri! Seret dia ke bawah kakiku!." Ujar kepala preman yang memberi perintah.

"Raden Ayu...!" Seru Raden Mas Mahesa yang terus memberontak hingga mampu melepaskan diri.

Raden Mas Mahesa segera berlari menuju ke mobil. Ia bersama Raka yang masih mampu berdiri itu berjaga menghalau para preman yang mendekat.

Dorr!!!!!

Dooorrr!!!!

Anaya melepaskan tembakan ke arah kumpulan para preman yang mulai kembali menghajar Raden Mas Mahesa dan Raka.

Para preman itu pun serempak mundur. Salah satu tembakan yang di lepaskan Anaya pun mengenai kaki salah satu preman.

Raden Mas Mahesa sendiri cukup terkejut karna tak menyangka jika istrinya itu berani menarik platuk pistol di tangannya.

"Kurang ajar! Bocah gemblung!.." Umpat kepala preman yang nampak berang.

"Mendekatlah kalau mau ku tembak kepalamu!." Ancam Anaya.

Anaya akhirnya bisa sedikit lega saat melihat sorot lampu mobil yang mendekat. Ia yakin jika itu adalah mobil Bara dan rombongannya.

Suara deru mobil yang terdengar, membuat para preman itu was - was. Raden Mas Mahesa dan Raka pun langsung terduduk lemas setelah Bara dan anak buahnya turun dan mengepung para preman.

Dengan jumlah anak buah yang tak kalah banyak, tentu dengan mudah Bara bisa melindungi sepupunya yang sudah lumayan babak belur.

"Jo! Bawa mereka pergi dengan mobilku." Titah Bara pada asisten setianya.

"Pergilah Raden Mas. Selamatkan istrimu, disini akan menjadi urusanku." Ujar Bara pada Raden Mas Mahesa.

"Tunggu!." Seru Anaya yang membuat mereja semua menoleh ke arah wanita yang masih berada di sunroof itu.

Tak ada yang bersuara, mereka semua menatap ke arah Anaya yang kembali memfokuskan pandangan.

Dorr!!!

Anaya kembali menarik platuk pistol di tangannya dan dengan sengaja mengarahkannya pada paha kepala preman.

"Aaarrggg! Perempuan jal*ang!." Seru si kepala preman yang terkena tembakan Anaya.

"Sampaikan salamku pada tuanmu! Katakan padanya untuk menemuiku sendiri. Aku tidak takut!." Ujar Anaya sebelum menghilang dari sunroof.

Anaya keluar dari mobil dengan perlindungan dari anak buah Bara. Kaki tangan Bara segera membawa Anaya, Raden Mas Mahesa dan dua asistennya pergi dari lokasi keributan.

"Ya Allah, Raden Mas." Anaya menangis tergugu di dalam mobil sambil memeluk erat suaminya yang terluka.

"Aku gak apa - apa, Dek Ayu. Alhamdulillah, kamu gak terluka. Jangan nekat seperti tadi lagi ya, Sayang. Aku takut kamu kenapa - kenapa." Ujar Raden Mas Mahesa yang nampak lega bisa memeluk istrinya.

"Tolong antar ke Rumah Sakit biasa tempat kalian saja ya, Jo." Pinta Raden Mas Mahesa pada asisten Bara yang bernama Johan.

"Njih, Raden Mas." Jawab Jo yang bergegas mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di sana, Raden Mas Mahesa dan dua asistennya langsung di periksa dan di obati. Terutama Jaka yang mengalami luka paling parah.

Anaya dengan setia menemani Raden Mas Mahesa yang sedang di obati. Raden Mas Mahesa dan Raka di perbolehkan pulang, namun Jaka harus di rawat inap karna luka yang cukup parah.

"Raden Mas..."

"Dalem, Sayangku."

"Sudah mengabari Romo dan Ibu?." Tanya Anaya yang di jawab anggukan oleh suaminya.

"Maaf, karna aku, semua jadi begini. Andai aku tak meminta untuk pulang ke rumah Ayah. Pasti semua tidak akan seperti ini." Lirih Anaya yang kembali terisak.

"Ssssttt! Cup.. Cup.. Cup.. Jangan nangis lagi, Sayang. Gak apa - apa, hal yang wajar kalau kamu rindu dan ingin mengunjungi makam Ayah Suteja. Kapanpun kamu minta, aku pasti akan selalu mengantar dan menemanimu kesana." Ujar Raden Mas Mahesa dengan lembut.

Anaya menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau kalian terluka lagi, lihatlah bagaimana kondisi Jaka sekarang. Aku takut kamu kenapa - kenapa, Raden Mas. Memang lebih aman jika aku berada di desa saja. Mereka seolah tak bisa menembus desa Tirto Wening." Jawab Anaya yang perasaannya kalut.

"Jangan seperti ini, Dek Ayu. Jangan takut untuk datang ke Kota ini jika kamu rindu, aku akan selalu melindungimu. Jadikan hari ini pelajaran. Kita tidak bisa sembarangan masuk ke Kota ini tanpa pengawalan. Keluargamu benar - benar menargetkanmu hanya demi harta yang bukanlah hak mereka." Ujar Raden Mas Mahesa yang geram.

"Bilang padaku kapanpun kamu rindu dan ingin mengunjungi makam Ayah. Aku akan selalu menemanimu, Dek Ayu. Jangan takut njih, Sayangku." Imbuh Raden Mas Mahesa sambil mengusap pipi istrinya.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!