Perempuan yang sangat menyukai anak kecil yang dibesarkan di panti asuhan lalu mendapat pekerjaan sebagai pengasuh dan guru les untuk anak laki-laki berumur 5 tahun. Namun tidak disangka, ia menemukan jodohnya yang tidak lain om dari anak tersebut. Berawal dari rasa jengkel lalu menjadi cinta .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fega Meilyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arka salting
Hanna paham bagaimana rasanya menjadi Raka namun ia juga mengerti ada kekhawatiran yang dirasakan oleh Aditya.
"Maafin kakak ya Raka, kakak juga tidak bisa berbuat apa-apa, kakak hanya bisa berdoa semoga suatu saat kamu bisa menjadi pelukis terbaik sesuai keinginan kamu" Gumam Hanna.
Hanna kemudian menyimpan brosur tersebut, khawatir Adit akan melihat dan menjadi salah paham.
***
Malam semakin larut, tapi matanya masih enggan terpejam. Jarum jam terus berdetak, sementara ranjang terasa begitu sempit dan tak nyaman. Setiap hembusan napas terasa berat, seolah menahan beban dunia.
Hanna merasa sulit untuk tidur, ia mengingat bagaimana ayah kandungnya sendiri tidak mengakuinya sebagai anak. Sulit untuk menerima hal tersebut.
Hanna pergi ke dapur karena perutnya yang terasa lapar. Hanna mengambil buah pisang untuk mengganjal perutnya.
Namun ia mendengar ada suara laki-laki berbicara di halaman belakang. Ya itu Arka.
[baiklah, terimakasih informasinya, besok saya akan memenuinya]
Hanna ingin mengagetkannya. Namun ia tidak menyadari bahwa bayangannya dari lampu terlihat oleh Arka. Arka pun berencana menjahili Hanna dengan mengagetkannya lagi.
"Baaaaa!!!" Arka langsung berbalik begitu Hanna mendekat dan Hanna terkejut.
"huwaaaaa, astaghfirullah".
Karena sangking kagetnya Hanna ia terpeleset, untung saja dengan sigap Arka menahan tubuh Hanna agar tidak terjatuh ke belakang.
Tatapan mereka saling bertemu, jantung Arka berdetak dengan cepat, wajah mereka begitu dekat. Cukup lama ia memandangi wajah cantik itu, tak lama Hanna tersadar.
"Pak Arka bisa lepasin saya gak sih?"
Arka refleks langsung melepasnya sehingga Hanna terjatuh.
"aduh pak! sakit tau. kenapa pak Arka lepas sih!"
"loh kan tadi kamu yang minta saya lepasin ya saya lepas"
"ya maksudnya gak gitu pak. Sudahlah"
"siapa suruh jail"
"hehe kok pak Arka tau saya mau jahilin bapak?"
"saya kan pintar jadi saya tau".
"ck, sudahlah. Mending saya balik ke kamar".
Melihat Hanna yang rambutnya diikat sontak membuat Arka melepas ikat rambutnya membuat Hanna berbalik ke arah Arka lagi. Arka menyukai rambut Hanan yang tergerai, lebih cantik seperti itu.
"Pak jangan usil ya, sini balikin ikan rambut saya!"
"Tidak akan" Arka pergi meninggalkan Hanna yang sedang cemberut.
"menyebalkan sekali dia!" Hanna langsung balik ke kamarnya.
Baru saja ia ingin merebahkan tubuhnya tapi sudah ada yang mengganggunya lagi.
Tok
Tok
Tok
"siapa sih?... iya tunggu sebentar ya"
ceklek
Hanna mengernyitkan alisnya, "loh Pak Arka, ngapain?"
"ini" Arka mengembalikan ikat rambut Hanna tadi.
"hah? jadi cuma mau balikin ini doang pak, mengganggu saja!"
"kamu terlihat cantik seperti ini, kalau rambutmu diikat tidak bagus untuk jantung saya jika melihat leher jenjang kamu" Arka berbisik lalu segera pergi meninggalkan Hanna yang sedang mematung.
"tadi dia ngomong apa? apa aku gak salah dengar? aneh sekali!"
Arka yang sudah berada di kamarnya merasa jantungnya berdebar kencang, salah tingkah yang ia buat sendiri berani mengucapkan kalimat tadi kepada Hanna.
"aduh bodoh banget sih aku! kenapa barus bicara seperti itu tadi ke Hanna? nanti dia malah ilfeel lagi.. Tapi Hanna emang cantik, dia apa adanya. Jantung ini bener-bener tidak aman kalau dekat dengannya".
Keesokan harinya...
"Hanna, boleh oma minta tolong nak?"
"boleh dong oma! oma mau minta tolong apa?"
"temani oma ke supermarket ya nanti, ada yang oma beli. Kita bareng saja antar Raka ke sekolah"
"siap oma"