Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Selesai ucapan Yan istri orang,meja mereka di gebrak oleh Frans sangat kuat, sampai-sampai semua mata tertuju ke arah mereka ..
Frans tak sadar gebrakan meja itu bisa membuat jadi huru-hara.
semua mata tertuju ke arah meja mereka,begitu juga kedua teman.pandangan mata mereka berdua ingin membunuh Frans.
"Maaf..maaf! Hehe"ujarnya lalu terkekeh
"Gila Lo ya Frans,kaget boleh tapi tak perlu mukul meja gue segala"ujar Agam kesal.
"Hehehe, sorry A"ujar Frans
"Malu tau gara-gara ulah Lo kamprett"ujar Agam
"Gue kaget tadi gara temen Lo!"ucap Frans lalu memandang ke arah Yan yang masih saja memandang Frans dengan raut wajah kesalnya.
"Jangan kan Lo,gue juga kaget bego!"ujar Agam
"Apa Lo lihat-lihat,mau marah!"ujar Frans ke arah Yan dengan wajah angkuh
"Lo bisa gak kalau apa-apa pikir pakek otak,jangan asal gebrak meja!.Lo kira yang Lo lakukan itu bagus Frans,Lo terlalu konyol."ujar Yan santai terkesan dingin
"CK!"
"Dah ahh!gue mau pulang"ujar Yan lalu berdiri dari duduknya,lalu meninggalkan kan dua sahabatnya yang masih bengong dengan sikap Yan yang begitu dingin.
"Itu liat temen Lo ngambek"ujar Agam
"dia temen Lo juga bego"ucap Frans sembari menoyor kepala Agam
"Sudah lah,Yan kan memang seperti itu.besok pasti baik lagi,maklum Es balok"ujar Frans
"Gue pulang dulu ya bro"ujar Frans lagi..
Akhirnya mereka bubar dan Agam meneruskan pekerjaan.
****
Setelah kejadian malam itu Yan hampir tak menampak kan diri nya di mana-mana,kecuali di tempat kerjanya saja.
hampir dua Minggu juga Yan tak menghubungi tami.bukan karena marah dengan temanya atau dengan Tami,tapi karena pekerjaan Yan sangat banyak dan menumpuk.
Siang menjelang sore ini Yan menghubungi Tami, karena ada sesuatu yang ingin di sampaikan.
"Hallo"ujar Yan
"Ada apa Yan?"tanya Tami
"Sudah sembuh kamu?"basa-basi Yan
"Sudah!"
"Sukur lah,Gimana masih mau kerja!"tanya Yan
Tami terdiam sejenak karena asumsi Tami Yan marah karena malam itu dia tak mau di telpon,ternyata Yan tak seperti asumsi nya.
"Kok bengong?,jadi gimana?"tanya Yan lagi
"Mau"ujar Tami sedikit girang
"Tapi ijin suami kamu ya "ucap Yan
"Ok, trimakasih Yan,kapan boleh masuk?"ujar Tami masih dengan girang.
"Besok ya,nanti aku kirim alamatnya"ucap Yan
"sekali lagi makasih Yan"
"Iya,aku mau kerja lagi ya"ucap Yan menyudahinya
"iya"
Akhir panggilan itu mereka sudahi,Yan tau Tami sangat bahagia.terdengar dari suara Tami yang kegirangan ada rasa bahagia di hati Yan.
Tak sadar Yan menarik kedua sudut bibirnya.
Yan tak abis fikir kenapa gunung Es di dirinya bisa mencari karena istri orang.
----
Beberapa hari belakang ini Rizal sudah pulang ke rumah mereka,tetapi rumah tangga mereka masih dingin dan acur tak acuh.
Rizal pun sangkin menjatah uang untuk Tami,maka Tami nekat untuk berkerja.
"Mamih...kok senyum-senyum sendiri?"ujar Vania yang sudah sedikit Pasih dengan ucapanya
"mami bahagia Van,mami mau kerja.jadi bisa buat adek sekolah"ujar Tami sambil kegirangan
"Yeee...mami adek mau kelja"ujar Vania sambil melompat kegirangan.
Tami melihat anaknya senang sekali malah menitihkan air matanya,rasanya Tami sangat terharu.
"Mamih kok nanis?"ucap Vania melihat maminya menangis
"Mamih tidak nangis kok dek,mami cuma bagian karena ada kerja buat mami,dan bisa buat adek daftar sekolah dua bulan lagi"ujar Tami lalu memeluk anaknya.kebahagian itu tak bisa Tami pungki,rasa Tami Yan adalah malaikat penolong mereka.
dari setelah Yan menghubungi Tami,sampai saat ini Tami tak berhenti untuk tersenyum.
sangkin bahagianya Tami membersikan rumahnya dan memasak pun sambil bersenandung gembira.tak ada sedikit pun pekerjaan rumah yang Tami lewati.
Akhirnya kerjan Tami selesai juga,Tami dan anaknya sudah mandi dan duduk di sofa untuk menunggu Rizal pulang.
Akhirnya yang di tunggu-tunggu pulang juga,Tami lalu mengekor di belakang Rizal, sampai ke kamar.tami membuat Rizal beberes.
Tami lalu mengambil baju kotor Rizal dan menariknya ke keranjang pakaian kotor.
setelah Rizal masuk kedalam kamar mandi untuk mandi Tami menyiapkan pakaian untuk di kenakan Rizal nanti.
Tami lalu keluar membawa pakaian kotor Rizal ke mesin cuci,setelah itu Tami ke ruang tamu untuk duduk bersama anaknya.
sekitar lima belas menit Rizal keluar kamar menghampiri Tami dan Vania yang duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu masak apa?"tanya Rizal
"Tumis kangkung,sama sambal ikan.kenapa?kamu sudah lapar?"tanya Tami ke Rizal
"Iya"ucapan Rizal yang singkat sekali
"Oh, sebentar"Tami lalu beranjak dari duduknya,lalu berjalan ke arah meja makan.tami menyiapkan makanan di atas meja,semua sudah tertata rapi.
Tami lalu menghampiri kedua orang yang duduk di sofa,yang sangat serius, yang satu sangat serius menonton televisi dan yang satu lagi serius bermain ponselnya.
"Sudah siap ayo makan"ucapan Tami.
mereka bertiga lalu berjalan ke meja makan,Rizal lalu duduk di tempat biasa Ia dudukin.
dari cara Rizal makan Tami bisa melihat suaminya itu sangat menikmati makanan yang di buat olehnya.
Rizal sangat kangen oleh masak buatan istrinya,sudah hampir seminggu lebih dia tam menikmati masakan istrinya,terkadang terlintas di pikiran Rizal dia sangat rindu sosok istrinya dan anaknya juga tetapi selalu Rizal tepis karena keegoisan nya.
Selesai mereka makan ,Tami membereskan bekas makan mereka,Tami memanggil gelas dan memasak air untuk menyeduh kopi buat suaminya Rizal.
setelah di seduh Tami membawa kopi tersebut dan juga cemilan ke teras depan rumahnya,untuk di beri ke Rizal.
"Ini,aku buatkan kopi bang"ucap Tami sembari menaruk gelas di samping Rizal.
"Ya, trimakasih"
Begitu lah sikap Tami,marah pun Tami,dia tetap saja mengerjakan pekerjaan rumahnya,dan seperti saat ini Tami masih juga melayani suaminya.
"Saya mau bicara bang!"ucap Tami tak basa-basi
"Ya,bicara lah!"jawab Rizal terkesan dingin
"Saya besok mulai berkerja"ujar Tami
"kerja!(hening sejenak,lalu melirik ke arah istrinya)
"Iya"jawab Tami
"Ya sudah terserah!,tapi ingat tugas mu"ucap Rizal angkuh
"Trimakasih sudah mengijinkan saya berkerja bang"ucap Tami
"Kalau begitu saya kedalam bang"ucapan Tami lagi,lalu meninggalkan suaminya di luar seorang diri.
Rizal tak mengeluarkan sepatah kata lagi,Rizal melihat Tami yang berdiri dari duduknya dan melangkah masuk kedalam rumah.
Didalam hati kecil Rizal tidak Ada kah kehangatan seperti dulu lagi,tidak ada canda tawa seperti dulu, sekarang rumah ini hanya tempat singgahan saja.
Rizal mendengus kasar, lalu mengusap wajahnya dengan tangannya cukup kasar.
udah muncul bibit² pembinor😆