Follow IG : @Mommy_Ar29
“Bukan kah aku istri kamu? Aku menantu dan ipar mereka,” jawab Shiena mencoba memberanikan diri menatap wajah Clayton yang kini tengah mengukung nya.
“Kau mengakui bahwa kau istri ku?” tanya Clayton dengan senyum smirk di wajah nya. Yang entah mengapa, kini malah terlihat begitu menyeramkan bagi Shiena.
“Ma—maksud ku, i—itu ... A—aku, aaahhhh!” Pekik Shiena ketika merasakan tangan Clayton mulai menjamah tubuh nya.
“Akan ku perlihatkan tugas dan kewajiban seorang istri yang sesungguh nya,” bisik Clayton tepat di telinga Shiena, hingga membuat tubuh wanita itu semakin menegang dan melengking.
Menikah dengan seorang Mafia, bergelimang harta dan kasih sayang. Tanpa ia tahu misteri di balik semua kejadian yang menimpanya.
Akankah Shiena bertahan dengan Clayton?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rayuan Edward
...~Happy Reading~...
Pagi hari nya, Shiena sudah bisa mulai beraktivitas, meskipun masih sedikit lemas.
"Hay Shiena, bagaimana keadaan kamu?" tanya Edward menyambut kedatangan Shiena di meja makan.
"Hem, sudah lebih baik. Terimakasih Ed," jawab Shiena tersenyum tulus pada Edward.
"You're welcome sweety," kata Edward seraya mengerlingkan sebelah mata nya, "Duduklah, biar hari ini aku yang membuatkan mu sarapan."
Edward menuntun Shiena agar duduk di sebelah nya, lalu ia dengan penuh perhatian membuatkan roti dan menuangkan susu untuk Shiena.
Shiena bersyukur, meskipun dirinya merasa seperti di penjara di rumah itu dan selalu di buat darah tinggi oleh Clayton. Setidaknya Edward selalu bisa menghibur dan mencairkan suasana hati nya.
Sreekkk!
Keduanya sedikit terkejut ketika melihat seseorang yang sedang menarik kursi makan dengan cukup kasar.
"Apa kau akan menggantikan nya bekerja disini," cibir nya dengan nada tak suka melirik ke arah Edward dan Shiena begitu sinis.
"Ayolah Clay, ini juga karena mu. Kamu yang membuatnya sakit, biarkan dia istirahat hari ini," ucap Edward membela.
"Baiklah, sebagai kompensasi, hari minggu kau tidak bisa pulang menemui ibu mu!"
Deg!
"A—aku bisa bekerja hari ini. Aku gak mau libur!" seru Shiena dengan cepat langsung menelan makanan nya dan menatap Clayton begitu kesal.
"Baiklah, kalau kau tak ingin libur. Bagus, karena hari minggu kau harus menemani ku!" ucap Clayton seraya mengoleskan selai pada roti nya.
"What! gak mau! aku mau pulang!" kata Shiena semakin di buat kesal dan bingung.
"Bukankah tadi kau yang bilang, tak ingin libur?" kata Clayton sinis.
"Aku gak mau libur hari ini. Jadi hari minggu aku tetap libur!" ralat nya begitu menggebu menatap Clayton yang ada di seberang nya dengan tajam.
"Keputusan ku sudah bulat. Hari minggu, kau bersama ku!" ucap Clayton lalu ia segera beranjak dari tempat duduk nya dengan membawa roti dan kopi nya menuju lantai dua. Clayton memilih untuk sarapan di balkon untuk menikmati rintik hujan di pagi hari.
"Shiena, sebentar ya. Aku tahu kalau kamu ingin pulang. Dan aku akan membantu membujuk manusia kulkas satu itu," kata Edward lalu ia segera pamit menyusul Clayton.
"Thanks Ed," ucap Shiena tersenyum tulus.
"You are very beautiful, baby." balas Edward seperti biasa selalu bisa mengeluarkan kata kata manis.
Setelah sampai di lantai dua, Edward segera menghampiri Clayton yang sedang menyeruput kopi nya.
"Clay, apa kamu yakin akan membawa dia?" tanya Edward dengan wajah serius nya dan duduk di depan Clayton.
"Kenapa?" kata Clayton malah balik bertanya.
"Clay, tapi Sihiena—"
"Apa kau menyukai nya? mau menargetkan dia sebagai tumbal mu yang berikut?" saut Clayton dengan cepat memotong perkataan Edward.
"Jangan mengalihkan pembicaraan Clay. Aku memang bajingan, tapi aku bisa menempatkan nya dengan sesuai. Dan Shiena dia tidak pantas." ucap Edward menghela napas nya dengan berat, "Clay, setelah beberapa hari aku mengenal dia. Sepertinya—"
"Hati mu memang sangat payah. Kau begitu mudah luluh karena wanita. Ckckck, kau bisa memiliki nya kalau kau bisa mengembalikan keadaan seperti semula!" ucap Clayton melirik Edward dengan sinis.
Sementara itu Edward hanya mampu terdiam. Karena ia tahu dan sadar bahwa dirinya tidak akan bisa memperbaiki semuanya seperti semula. Tapi, bukankah Shiena tidak bersalah dalam hal ini semuanya murni kesalahan Jefri, ayah kandung Shiena. Bukan Shiena, batin Edward lalu menghela napas berat.