NovelToon NovelToon
Rumah Tepi Sungai

Rumah Tepi Sungai

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: bung Kus

Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu.

Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lantai, semacam villa yang terletak di tepi sungai jauh di dalam hutan di kecamatan K.

Akses ke rumah tersebut hanyalah jalan setapak, sekitar 10 kilometer dari jalan utama. Siapapun yang memenuhi undangan akan mendapatkan imbalan sebesar 300 juta rupiah.

Banyak keanehan dan misteri dibalik surat undangan tersebut. Dan semua itu terhubung dengan cerita kelam di masa lalu.

Seri ketiga dari RTS.
Setelah seri pertama Rumah di Tengah Sawah (RTS 1), kemudian disusul seri kedua Rumah Tusuk Sate (RTS 2), kini telah hadir seri ketiga Rumah Tepi Sungai (RTS 3).

Masih tetap mencoba membawa kengerian dalam setiap kata dan kalimat yang tersusun. Semoga suka, dan selamat membaca.

Follow Instagram @bung_engkus
FB Bung Kus Nul

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Bunga dan Kumbang

Lewat tengah hari, hujan tak kunjung mereda. Suara derasnya aliran sungai samping rumah terdengar hingga ke ruang tamu. Bayu dan Ellie masih duduk di sofa menunggu teman temannya kembali.

"Bay, kupikir Zainul sedikit aneh. Selain perban di seluruh tubuh tentunya," Ellie kembali membuka pembicaraan setelah beberapa saat lamanya terdiam.

"Apa yang aneh? Rumahnya?" Tanya Bayu sambil melirik jam besar yang terpasang di tembok. Pukul 13 tepat.

"Hobinya aneh," ucap Ellie perlahan.

"Hobi?" Bayu menoleh pada Ellie kali ini. Dia tak mengerti maksud ucapan lawan bicaranya itu.

"Dia mengoleksi berbagai macam jenis tanaman impor."

"Terus apanya yang aneh Ellie?" Bayu menggelengkan kepalanya.

"Jenis tanamannya Bay. Dia memelihara pohon manchineel di sebuah pot besar," Ellie meninggikan nada suaranya.

"Hah? Pohon apa itu?" Bayu tak mengerti.

"Salah satu pohon paling beracun di dunia," ucap Ellie serius.

"Oohh, yang ada tanda dilarang mendekat itu ya? Di samping rumah ini kan?" Bayu mengingat ingat.

"Ya. Untuk apa coba dia memelihara pohon seperti itu?" 

"Emmm, bisa saja selera atau kesukaannya memang seperti itu?" Bayu menimpali.

"Selera? Kamu tahu nggak seluruh bagian dari pohon itu mengandung racun. Membakar dahan atau rantingnya bisa membuatmu sesak dan bisa juga mengakibatkan mata perih berlebih bahkan kebutaan," Ellie menjelaskan. 

Bayu nampak berpikir mendengar kalimat yang diucap oleh Ellie. Dia duduk termenung, menopang dagunya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan Bay?" Ellie bertanya setelah memperhatikan laki laki di hadapannya itu berdiam di tempat duduknya.

Bayu hendak menjawab, saat dari arah pintu depan datang Hendra dan Iva. Keduanya nampak kedinginan.

"Gimana?" Tanya Bayu pada Hendra. Namun hanya gelengan kepala yang Bayu dapatkan.

"Tidak ada tanda tanda si Mella ke halaman depan. Bahkan jejak kaki di tanah becek karena hujan pun hanya ada jejak kami," Iva menimpali.

"Denis dan Norita belum kembali?" Hendra bertanya, sambil mengusap usap rambutnya yang basah.

"Belum. Kuharap mereka tidak pergi terlalu jauh," Ellie kali ini yang menjawab.

"Terus sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Hendra kembali bertanya.

"Kita tunggu Denis dan Norita, setelah itu kita makan siang sambil menunggu hujan reda," Bayu menyampaikan usulannya.

"Setelah hujan reda?" Hendra terus bertanya.

"Kita mungkin bisa mencari Mella kembali. Atau kita bisa ke hutan untuk menjemput Galang," jawab Bayu.

"Kamu lucu Bay. Kamulah yang bersama Galang ke hutan dan meninggalkannya disana. Kamu yang mengatur atur setiap gerak langkah yang harus kami lakukan. Kalau boleh berpendapat, kamu adalah orang yang paling menyebalkan di antara kita semua yang ada disini," Hendra tersenyum sinis. Iva mengangguk menyetujui ucapan Hendra.

"Apa maksudmu?" Bayu berdiri dari duduknya.

"Aku tidak bermaksud apa apa. Aku hanya ingin mengingatkan saja padamu, jangan sok sok an ngatur kami. Aku sama sekali tidak bisa mempercayaimu," Hendra mengacungkan telunjuknya tepat ke wajah Bayu.

Bayu terdiam kali ini. Dia menoleh menatap Ellie. Dan perempuan itu mengangkat kedua bahunya. Kelihatannya Ellie enggan membela salah satu dari teman lamanya itu. Memang apa yang dikatakan Hendra barusan ada benarnya.

"Oke. Baiklah, sekarang aku nggak akan mengatur atur kalian lagi. Kita bergerak sendiri sendiri, sesuai apa yang kita mau dan percayai. Tapi kuharap kalian berhati hati dan waspada," Bayu menghela nafas, mengalah.

"Kukira tak perlu kamu ingatkan pun aku akan selalu hati hati Bay. Terutama jika dekat denganmu," Iva menimpali.

Bayu tak habis pikir, kenapa kedua temannya itu terasa jutek dan tak suka padanya. Apa yang telah terjadi dan apa yang sudah mereka berdua rencanakan?

Hendra dan Iva kemudian duduk di sofa, mengambil jarak yang cukup jauh dengan Bayu. Televisi menyala dengan sebuah program infotainment yang membahas gosip gosip artis terpanas. Namun nyatanya, suasana di depan televisi jauh lebih panas.

Sementara itu Norita dan Denis terengah engah di kamar mandi. Mereka duduk di pelataran kamar mandi dengan kondisi tak berbusana. Denis kembali menyulut rokok. Rokok ketiga yang sudah dia nyalakan sepanjang siang ini.

"Den, bisa nggak sih kamu nggak ngerokok sekarang? Kamar mandi sempit dan pengap, bisa mati karena asap rokokmu aku nanti," Norita memprotes.

Denis tersenyum sekilas, menyesap rokoknya sekali kemudian membuang puntungnya yang masih panjang itu ke lubang pembuangan air. Dia membelai kepala Norita dengan lembut.

"Bisa nggak nanti malam kamu datang ke kamarku?" Bisik Denis.

"Ihh, emang belum cukup?" Norita tersenyum manja.

"Kamu ingat kan aku dulu sering remidi pas ulangan harian matematika?" ucap Denis sambil jarinya memainkan daun telinga Norita yang bersih putih kemerahan.

"Terus kenapa?" 

"Yaa, aku ingin remidi lagi denganmu nanti malam," Denis menyeringai.

"Maunya. Enak di kamu dong," Norita memutar bola matanya sambil manyun.

"Kamu itu, bagai matematika. Rumit, dan sulit dipecahkan. Namun semua orang pengen menaklukkanmu," Bisik Denis lagi.

"Gombal gombal. Raja gombal," Norita memukul lengan Denis perlahan.

"Emm, tapi mungkin memang kita lebih aman kalau tidur berdua kali ya. Aku ingat kematian Dipta jadi ngeri," Norita bergidik mengingat nasib tragis Dipta.

"Hei hei, ngomong ngomong kamu kemarin kan mandi bareng sama Dipta. Diapain aja kamu?" Denis bertanya penuh selidik.

"Yeee, emang aku cewek apaan? Lagian aku dan Dipta belum sempat mandi malah lihat potongan tangan yang hanyut di sungai," Norita menekuk lututnya. Tubuhnya terasa dingin.

"Beneran to? Ada tangan yang hanyut? Kamu nggak salah lihat kan?" 

"Bener Deniiss. Aku yakin sekali itu tangan. Ada cairan merah yang kelihatannya darah di sekitar potongan tangan itu. Meskipun waktu itu hampir petang ya, pencahayaan suram, namun aku bisa melihatnya dengan jelas. Dan aku juga melihat sesosok orang yang telah membuang potongan tangan itu di bagian hulu sungai," Norita menatap Denis dengan tajam.

"Siapa?" Denis menelan ludah. Dia sedikit merasa ngeri mendengar cerita Norita.

"Nggak terlihat jelas. Tapi aku yakin dari perawakannya, sosok itu adalah seorang laki laki," jawab Norita yakin.

"Mungkin nggak sih Pak Mardoyo?" Denis menyandarkan kepalanya pada dinding keramik kamar mandi.

"Bisa jadi. Tapi masalahnya, itu tangan siapa Den?" Norita merasakan tengkuknya dingin dan bulu bulu halus di lengannya berdiri.

"Aku kepikiran dengan Yodi. Bukankah sangat kebetulan, saat Yodi hilang, kamu melihat potongan tangan hanyut di sungai. Bagaimana jika itu bagian tangan Yodi? Pak Mardoyo menghabisi Yodi yang berada di kamar tamu, kemudian membuang bagian tubuhnya untuk menghilangkan jejak," Denis mengelus elus janggutnya sendiri. Dia merasa seperti seorang detektif yang berhasil memecahkan sebuah kasus.

"Sudah ah, kamu membuatku takut Denis. Lebih baik kita segera keluar dari kamar mandi dan ke ruang makan, aku sudah lapar," ucap Norita sambil berdiri.

Namun, belum sempat Norita melangkah, Denis menarik tangannya dan memeluknya dari belakang.

"Kamu wangi Nori. Seperti bunga yang mengandung madu, aku adalah kumbang yang hendak menghisap nektarmu," bisik Denis dari dekat, bibirnya menempel pada daun telinga Norita.

Norita tersenyum, kemudian berbalik badan. Dan akhirnya, mereka melakukannya lagi.

Bersambung ___

1
Reksa Nanta
terima kasih banyak atas karyanya.

semoga karya ini hanya akan dipandang sebagai cerita semata. jujur saja saya pribadi agak khawatir karena mungkin bagi sebagian orang yang terganggu mentalnya dan membaca novel ini, akan ada kecenderungan untuk mengidolakan tokoh Bayu lalu membenarkan segala tindakannya.
Reksa Nanta
seharusnya Bayu bisa saja dicurigai karena dia tidak melapor mengenai kerusuhan di rumah itu. dan lagi dia bergerak sendiri tanpa surat perintah. sengaja menyimpan mayat korban dan tidak segera mengevakuasi orang yang ada di rumah itu setelah jatuh korban pertama.
Reksa Nanta
kalau sudah sampai desa sebaiknya telepon ke kantor dan minta bantuan.
Reksa Nanta
sebenarnya tidak ada rumah pembawa sial atau rumah terkutuk, yang bermasalah adalah penghuninya.
Reksa Nanta
akhirnya dikembalikan.
Reksa Nanta
Mella diselamatkan Mak Ijah dari kebakaran di rumah Zainul.
Reksa Nanta
terlalu gegabah kalau langsung menyimpulkan begitu.
Reksa Nanta
dua kali ditusuk Erwin, Inge masih hidup lalu ditemukan Ferry dan dieksekusi.
Reksa Nanta
kebenaran bahwa pembunuhnya adalah Ferry Lawanto ?
Reksa Nanta
bukan seperti keponakan. Erwin memang keponakan Bu Rofida.
Reksa Nanta
berarti Erwin adalah adik sepupu Ferry, bukan keponakan. Anaknya Erwin nanti yang jadi keponakannya Ferry.
Reksa Nanta
kurang tepat menggunakan kata menyingsing karena arti kata menyingsing adalah muncul ke permukaan.

lebih tepat menggunakan kata terbenam atau turun atau menghilang.

Matahari mulai terbenam ke arah barat daya.
Matahari mulai turun ke arah barat daya.
Matahari mulai menghilang ke arah barat daya.
Reksa Nanta
jadi dari ketiga temen perempuan Anggun, Andewilah yang suaminya baru naik pangkat ?
Reksa Nanta
secara prosedur seharusnya memang begini. karena perlu juga dilakukan autopsi terhadap korban dan keluarga korban harus diberi kabar.
Reksa Nanta
tidak berambisi bukan berarti tidak punya tujuan hidup. hanya saja orang seperti Adi mungkin lebih memilih hidup tenang .
Reksa Nanta
kenapa langsung bisa menyimpulkan kalau Ali tewas bunuh diri ?
Reksa Nanta
benang kawat itu seperti apa bentuknya ? 🤔
Reksa Nanta
apakah selama ini Anggun jarang dibelai oleh suaminya ?
Reksa Nanta
tampaknya kali ini Bayu yang membuat skenarionya.
Reksa Nanta
Mella. dia selamat dari kebakaran tapi cacat ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!