Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXIV: Mata Buta
Kereta bergerak perlahan, membelah wilayah pinggiran Jawa Barat. Cahaya fajar mulai menyentuh kaca jendela, menampakkan kelelahan di wajah Arion dan ketegangan yang konstan di antara Luna dan Kyra.
Arion duduk tegak, berfungsi sebagai Jangkar sekaligus penyangga fisik bagi Luna, yang memeluk lengannya erat-erat. Kehangatan Luna terasa nyaman, tetapi ia sadar bahwa kehangatan itu adalah penjara. Di seberang mereka, Kyra duduk, mata emas terbukanya memindai setiap pergerakan.
"Kak Arion tidak tidur?" tanya Luna, suaranya mengandung rasa memiliki.
"Aku tidak bisa tidur. Aku harus memastikan kita aman," jawab Arion, nadanya tenang, tetapi ia merasakan tusukan dingin dari tatapan Kyra.
Kyra tahu Arion sedang mencari kesempatan untuk bergerak.
"Kakak harus tidur. Luna akan menjaga kita," ujar Luna, cengkeramannya mengencang.
Arion memejamkan mata sejenak, memberikan ilusi ketenangan. Namun, otaknya bekerja cepat. Ia harus menghubungi Mata Buta yang disebutkan Elara.
Ia menunggu Luna benar-benar terlelap, setelah kelelahan emosional semalam akhirnya menaklukkannya. Begitu napas Luna teratur, Arion dengan sangat hati-hati melepaskan lengannya dari pelukan Luna—gerakan sekecil apa pun bisa memicu alarm.
"Aku akan ke toilet," bisik Arion pada Kyra.
Kyra hanya mengangguk, matanya tajam. "Jangan lama-lama, Jangkar. Aku sedang mengawasi."
Arion mengunci diri di bilik toilet kereta yang sempit dan berbau. Ia menyalakan ponselnya (yang kini terhubung ke VPN aman) dan membuka alamat surel yang ditinggalkan Elara.
Surel itu dikirim kepada pengguna anonim dengan alamat surel yang tidak mencurigakan, tetapi Arion tahu ini adalah risiko terbesar. Ini bisa menjadi umpan Danu.
Arion mengetik pesan singkat:
Subjek: Kunci Telah Berpindah Tangan.
Pesan: Saya adalah Jangkar baru yang ditunjuk Elara. Kami memegang Bukti dan Peta Keterikatan. Kami sedang menuju Sanctuary, menggunakan jalur barat daya. Kami tahu Danu Pranata adalah Pengawas Senior. Kami butuh bantuanmu untuk meyakinkan Penguasa Ikatan Mata bahwa ini adalah upaya pengembalian, bukan pelarian.
Jika kau benar-benar Mata Buta, berikan aku kode akses. Bukti ada di tangan kami. Aku akan menunggumu di Stasiun Terakhir.
Arion menekan kirim. Dunia kini terasa seperti permainan catur berisiko tinggi.
Ia kembali ke kursinya. Luna belum bangun. Kyra segera menoleh ke arahnya, ekspresinya dipenuhi kecurigaan.
"Kau melakukan sesuatu, Kak Arion," tuduh Kyra.
"Aku hanya mencuci wajahku. Aku adalah Jangkar yang baru terikat, Kyra. Aku harus tampil segar," Arion membalas, senyumnya dingin dan meyakinkan.
Kyra tidak percaya, tetapi ia tidak bisa membuktikan apa-apa. Ia hanya kembali ke tugasnya sebagai Pengawas, memelototi Arion.
Tujuh jam kemudian, saat kereta melambat mendekati kota di Provinsi S, ponsel Arion bergetar. Sebuah surel balasan.
Arion segera membukanya. Itu adalah balasan dari Mata Buta.
Subjek: Bukti Keterikatan.
Pesan: Hanya satu hal yang akan meyakinkan 'Penguasa' di Sanctuary. Bukan Bukti kejahatan mereka—mereka sudah tahu itu. Tapi Bukti Keterikatanmu pada Luna. Elara pernah memberiku satu barang. Kau akan menemukannya di Kotak Perkakas Ayahmu. Carilah Kunci Pematian.
Jika kau menemukannya, kirimkan aku foto. Dan segera hancurkan benda itu.
Arion merasakan getaran panik. Kotak Perkakas Ayahnya! Ia tidak membawanya! Kunci Pematian?
"Ada apa, Kak?" tanya Kyra, menyadari ketegasan Arion.
"Kita punya masalah," kata Arion, menunjukkan surel itu pada Kyra. "Mata Buta ini nyata, tapi dia meminta sesuatu yang tidak kita bawa. Kunci Pematian dari kotak perkakas Ayah. Benda itu ada di rumah."
"Kunci Pematian?" Kyra berbisik. "Itu adalah kunci yang digunakan Ayahmu untuk menonaktifkan fungsi Pelacak Gelang Luna secara permanen! Ibu bilang itu benda terlarang! Ayahmu tidak pernah mau menyentuhnya!"
Luna, yang kini terbangun karena nada panik Kyra, menatap Arion dengan mata lebar.
"Kunci Pematian? Kakak mau menonaktifkan Gelangku? Kakak mau meninggalkanku?" tanya Luna, suaranya penuh kepanikan yang terancam. Ia mencengkeram lengan Arion.
"Tidak, Luna, tidak! Itu untuk keamanan kita!" Arion memohon. "Itu adalah benda yang dicari Danu! Dia akan menggunakannya untuk menonaktifkan perlindunganmu! Kita harus menghancurkannya agar Danu tidak bisa memakainya!"
Arion menyadari kebohongan yang ia gunakan: ia membalikkan ancamannya, membuat Luna percaya bahwa Kunci Pematian itu adalah ancaman, padahal itu adalah tiket kebebasan Luna.
Luna menatap Arion, lalu ke Kyra. Kyra mengangguk. "Itu benar, Dear. Danu tidak boleh mendapatkannya. Kita harus menghancurkannya."
Luna, meskipun labil, memiliki ketakutan yang lebih besar terhadap Danu. "Baiklah. Kita harus kembali ke rumah."
"Tidak ada waktu, Luna. Kita tidak bisa kembali. Kita harus bergerak maju," Arion menegaskan. "Kyra, kita harus mempercayai Mata Buta. Kita harus memberinya Bukti Keterikatan kita yang lain. Bukti bahwa kita adalah Ikatan yang tidak bisa dihancurkan."
Arion menatap cincin 'K' di jari Kyra. "Danu tahu kau terpilih. Bukti Keterikatan kita adalah foto cincin ini."
Kyra mengangguk, ia mengerti. Arion mengambil ponselnya.
Kyra segera membalik tangan Arion. Ia menyandarkan cincinnya di atas tangan Arion.
"Ambil fotonya, Jangkar. Dan pastikan kau tidak melanggar Janjimu," kata Kyra, matanya penuh cemburu yang disalurkan dengan baik.
Arion mengambil foto cincin Kyra di atas tangannya, sebuah foto yang menyiratkan pernikahan. Bukti Keterikatan. Ia mengirimkannya ke Mata Buta.
Surel balasan datang seketika:
Subjek: Perubahan Rencana.
Pesan: Aku tahu kau tidak membawa Kunci Pematian. Rencana berubah. Danu akan tahu. Kalian tidak boleh mendekati Sanctuary. Danu telah memasukkan nama Luna sebagai Pengantin Ikatan berikutnya. Kau harus membatalkan perjanjian itu. Hanya satu orang yang dapat membatalkannya. Penguasa Utama Sanctuary. Dia kini ada di Jakarta.
Arion tersentak. Penguasa Utama Ikatan Mata ada di Jakarta.
Dan Arion tahu, ada satu tempat di Jakarta di mana Penguasa Utama itu pasti akan muncul: Rumah mereka.