Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kingdom of Ranox : Gumikaishi
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, melewati pertempuran yang intens, Indra dan rombongannya akhirnya tiba di pintu gerbang Kerajaan Ranox. Namun, alih-alih menemukan gerbang yang ramai dan dijaga ketat, suasana di sana justru sangat sepi dan mencekam.
Shin turun dari kudanya, memandang berkeliling dengan keheranan. "Kenapa Kerajaan Gumi sepi sekali?" gumamnya. "Aku ingat ini adalah tempat yang hidup. Apakah ada festival atau sesuatu?"
Lyra mengabaikan pertanyaan Shin. Matanya yang tajam mengamati jalanan yang lengang, namun ia berhasil menangkap pergerakan. "Tidak," kata Lyra. "Lihat, ada dua orang di sana. Kita tidak punya waktu untuk menebak-nebak. Kita tanyakan saja kepada mereka."
Mereka berempat bergerak cepat menuju tiga sosok yang sedang berbicara pelan di dekat pasar yang ditinggalkan. Salah satunya adalah seorang wanita tua, seorang Nenek, yang terlihat sangat khawatir.
Lyra, tanpa basa-basi, mendekati Nenek itu. "Permisi, Nenek. Kami sedang mencari seseorang. Kenapa kota ini sepi sekali?"
Nenek itu menoleh, matanya yang tua memandang mereka dengan waspada. "Anak-anak muda," ujar Nenek itu dengan suara serak. "Kalian harus waspada kepada kejahatan di sekitar sini. Jangan sampai kalian menjadi korban berikutnya."
Sabre mengerutkan dahi, kebingungan. "Kejahatan? Maksud Nenek, apa?" tanyanya. "Kami hanya melihat orang-orang pergi."
Nenek itu menghela napas, gestur yang menunjukkan kelelahan warga Ranox. "Ada berita, sudah dua hari ini, seorang perempuan hilang di sekitar sini. Dia bukan dari keluarga kerajaan, tapi dia adalah warga desa yang baik. Semua warga, kecuali yang sakit, sedang membantu mencarinya. Itu sebabnya kota ini kosong."
Mendengar kata 'perempuan hilang', seluruh kelompok tegang, meskipun mereka tahu Nenek itu tidak merujuk pada Evelia. Indra hanya terdiam, wajahnya kaku dan matanya menatap tajam ke kejauhan. Baginya, setiap berita kehilangan di sini hanya memperparah kegelisahannya akan Evelia.
Lyra menyadari bahwa mereka membuang waktu. "Sudah cukup," potong Lyra. "Ini masalah lokal, bukan urusan kita. Mari kita segera temui Gumi dan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Ranox."
Saat mereka bersiap untuk pergi, seorang Kakek tua yang mengenakan pakaian sederhana dari sutra Ranox mendekati mereka. Ia tampak mengenali kelompok itu sebagai orang asing dengan aura penting.
"Permisi," kata Kakek itu dengan suara yang lembut. "Apakah kalian sedang mencari Yang Mulia Gumi? Saya lihat kalian adalah orang-orang penting."
Mereka semua mengangguk serempak, rasa lega terlihat di wajah mereka karena akhirnya menemukan penunjuk arah.
"Jika begitu," kata Kakek itu sambil menunjuk ke sebuah jalur yang sedikit tersembunyi di balik sebuah gerbang batu. "Ikuti jalan itu. Kalian akan langsung menuju bagian inti istana. Semoga Yang Mulia bisa membantu kalian."
Shin membungkuk sedikit. "Terima kasih banyak, Kakek. Kami sangat terbantu."
Setelah menerima petunjuk, mereka segera melanjutkan perjalanan, meninggalkan Kakek dan Nenek itu yang kembali larut dalam kekhawatiran mereka.
Mereka memasuki Istana Ranox. Lorong-lorong istana terasa sepi dan hening, tidak ada pengawal atau pelayan yang terlihat. Keheningan ini terasa aneh untuk salah satu pusat kekuatan Semesta Animers.
Akhirnya, di aula utama yang megah namun remang-remang, mereka melihat sosok yang mereka cari. Mereka akhirnya bertemu dengan Gumi, yang duduk di singgasananya, wajahnya tampak lelah dan muram.
.
.
.
.
.
.
Di aula yang sepi, Gumi, Ratu dari Ranox, tampak sedang sibuk. Ia memegang alat komunikasi kristal di tangannya, berbicara dengan nada khawatir.
"...Tolong tingkatkan pencarian di sektor barat. Ya, semua warga sedang membantu mencari Evelia dan warga yang hilang lainnya. Informasikan aku segera..." Gumi menutup komunikasi itu, terlihat sangat frustrasi.
Melihat fokus Gumi yang sepenuhnya tertuju pada layar, Indra maju selangkah. Ia berbicara dengan nada yang sedikit lebih lembut.
"Gumi," panggil Indra. "Sebenarnya, Evelia baik-baik saja. Dia hanya..." Indra menghela napas, "Dia hanya reuni dengan temannya."
Gumi, Shin, Sabre, dan Lyra semua menoleh ke arah Indra dengan ekspresi terkejut dan bingung.
"Reuni?" tanya Gumi, mengerutkan dahinya. "Tapi dia pergi tanpa pesan. Dan dia bersama seorang wanita asing saat terakhir kali terlihat. Siapa temannya?"
Lyra segera mengambil alih pertanyaan itu. "Yang Mulia Ratu Gumi, bisakah Anda ceritakan ciri-ciri teman Evelia itu? Mungkin kami mengenalnya."
Gumi memejamkan mata sejenak, mengingat. "Wanita itu, dia tinggi, dan yang paling kuingat adalah dia mengenakan pakaian gothic dress hitam yang sangat mencolok. Dia tidak terlihat seperti orang dari Semesta Animers."
Mendengar deskripsi itu, terutama "tinggi" dan "gothic dress hitam," wajah Indra yang tadinya tegang tiba-tiba berubah. Matanya melebar karena terkejut, dan ia menyadari keterkaitan yang mengerikan.
"Teman-teman..." gumam Indra, suaranya pelan dan penuh penyesalan.
Gumi, Shin, Sabre, dan Lyra semua menoleh ke Indra, menunggu penjelasan.
Indra menghela napas panjang, menutup matanya sejenak, dan ketika ia membukanya, ketenangan dingin kembali menguasai dirinya. Ia tersenyum, senyum yang tampak lelah namun penuh tekad.
"Aku tahu siapa temannya," kata Indra. "Dan aku tahu di mana Evelia. Ini adalah jebakan yang dibuat untukku. Maaf Gumi, Lyra, Shin, Sabre... Kalian sudah membantuku sejauh ini, dan aku sangat berterima kasih."
Indra memegang erat pedang sucinya. "Tapi mulai sekarang, aku harus melakukannya sendiri. Aku akan mencari Evelia sendiri."
Sabre, yang tadinya ditahan oleh Shin, meronta. Wajahnya merah karena kebingungan dan kemarahan. Ia berhasil melepaskan diri sebentar, menunjuk ke arah Indra dengan kesal.
"Apa maksudmu sendirian?!" seru Sabre dengan suara keras. "Kau pikir kami ini apa, Indra?! Apa kau hanya diantarkan sampai sini? Kami sudah bersamamu sejak awal! Kami mempertaruhkan nyawa untuk janji ini!"
Shin berhasil menarik Sabre kembali, memegang bahunya erat-erat.
Indra menatap mata Sabre, rasa bersalah terlihat di matanya, namun tekadnya lebih kuat. Ia berbicara dengan lugas, nada suaranya lembut tapi final. "Benar, maafkan aku. Aku sudah tahu ini adalah jebakan untukku. Jika kalian ikut, bahayanya akan berlipat ganda. Sudah merepotkan kalian semua."
Lyra tiba-tiba terkekeh, suara tawanya sinis dan penuh kasih sayang. "Dasar bodoh," katanya. "Sejak kapan kau memutuskan sendiri urusan sahabat? Apapun jebakannya, kita ini sahabat, jadi kita akan melaluinya bersama."
Gumi, Sang Ratu Ranox, tersenyum tipis, matanya menunjukkan kekuatan seorang pemimpin. "Lyra benar," kata Gumi. "Ranox adalah pusat dari semua ini. Kami tidak akan membiarkanmu menghadapi takdirmu sendirian. Jadi, kami akan ikut denganmu."
Mendengar penolakan bulat itu, Sabre mencapai batas kesabarannya. Ia mendorong Shin hingga terhuyung, lalu dengan raungan marah, ia mengulurkan tangannya ke arah Indra. Sabre melemparkan Flamethrower, mantra api skala besar, ke arah sahabatnya—sebuah tindakan putus asa untuk menghentikan Indra pergi atau memaksanya bereaksi.
Namun, Indra jauh lebih cepat.
Dengan satu jentikan jari yang dingin, Indra menggunakan sihir pelenyap (Dispel magic) untuk melenyapkan api yang mendekat. Tepat saat api itu menghilang, tubuh Indra diliputi oleh aura emas dan merah yang mematikan.
Indra berubah ke dalam Berserk Mode.
Gelombang kejut dari transformasi kekuatan suci itu meledak di aula. Lyra, Gumi, Shin, dan Sabre terpental ke dinding, jatuh dalam posisi yang menyakitkan, berjuang untuk bangkit.
"Maafkan aku," gumam Indra, suara Berserk Mode-nya terdengar dalam dan tanpa emosi.
Tanpa menoleh, tanpa memberikan kesempatan kepada sahabatnya untuk pulih, Indra berbalik. Ia segera meninggalkan aula kerajaan, menuju pintu keluar Ranox, dan mengarahkan dirinya ke tempat paling berbahaya: Shadow Forest Ranox (Hutan Bayangan Ranox).