NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. BELUM DIKASIH ANAK

Cahaya lampu tidur meredup di kamar mereka, hanya menyisakan bias hangat yang menari di dinding. Renzo tengkurap di atas ranjang, wajah menempel bantal, sementara aroma minyak zaitun mulai menyusup di udara.

Sentuhan Nadhifa terasa ringan di awal, tapi segera menjadi mantap dan dalam. Jari-jarinya menekan lembut otot betis Renzo, memijat pelan dengan gerakan melingkar.

“Enak?” bisik Nadhifa.

Renzo hanya menggumam pelan, matanya tetap terpejam. Ia merasakan setiap tekanan jemari istrinya yang cekatan. “Kamu jago banget mijat. Jangan-jangan dulu punya usaha pijat rahasia?”

Tawa kecil Nadhifa terdengar dari belakangnya, membuatnya tersenyum meski matanya masih terpejam. Jemari itu berpindah ke betis sebelah, meluruhkan lelah dari seharian menahan pikiran-pikiran berat tentang pekerjaan dan harapan yang belum juga datang.

Setelah beberapa menit, pijatan itu berhenti. Renzo menarik nafas dalam-dalam, menikmati sisa hangat dari sentuhan Nadhifa.

“Sekarang … gantian,” ucapnya, menoleh setengah ke arahnya.

Nadhifa gelagapan. “Nggak usah. Kamu kan yang capek.”

“Justru karena kamu juga capek,” kata Renzo sambil membalikkan tubuh dan duduk. “Kamu kerja, ngurus rumah, Yuda, cek kehamilan pagi tadi … dan masih sempat pijat aku. Gantian, ya?”

Ia menggeleng cepat, pipinya memerah. “Nggak perlu…”

Renzo tersenyum, menyusup ke arahnya, menarik pergelangan tangannya dengan lembut. “Nadhifa…”

“Mas…” Ia memperingatkan.

“Terlalu sering nolak suami bisa jadi dosa, lho,” bisiknya, menggoda dengan nada meniru ustadz yang pernah mereka tonton bersama.

Nadhifa mendengus geli, akhirnya menyerah dan tengkurap.

Tangannya mengambil botol kecil minyak zaitun dari meja samping ranjang, menuang sedikit ke telapak, menghangatkannya sebentar, lalu mulai menyentuh betis mungil Nadhifa.

Nadhifa refleks menahan napas. “Dingin…”

“Nanti hangat,” ujarnya pelan, mulai mengusap perlahan. 

Kulit Nadhifa halus, otot-ototnya kecil tapi terasa tegang. Mungkin akibat heels seharian. Renzo memijatnya dengan hati-hati, mendengarkan tarikan nafasnya yang semakin tenang.

Tidak ada yang lebih membuat Renzo merasa utuh sebagai laki-laki selain bisa merawat istrinya seperti ini. Dengan cara paling sederhana. Membuatnya merasa dilindungi, dimanja, dihormati. Termasuk di saat ia mencoba menolak, tapi Renzo membalasnya dengan kesungguhan.

“Giliran siapa sekarang yang punya tangan ajaib?” bisiknya dekat telinga Nadhifa, membuatnya mencubit perutnya dan tertawa lirih.

Suara tawa itu—ah, sungguh, obat paling mujarab dari semua lelah Renzo.

Pijatan Renzo masih terasa hangat di kulit Nadhifa, meski kini tangan pria itu hanya diam menyentuh pergelangan kakinya. 

Mereka sudah kembali berbaring di ranjang, saling menghadap, saling menatap tanpa kata.

Lampu tidur telah padam sepenuhnya. Hanya cahaya dari luar jendela yang menyusup melalui tirai, membentuk garis samar di pipi Renzo. Pria itu menyisir rambut Nadhifa ke belakang telinga dengan lembut, gerakannya lambat, seolah takut mengganggu pikiran yang sedang melayang.

“Kamu lagi mikirin apa?” tanya Renzo.

Senyum kecil sempat muncul di wajah Nadhifa sebelum cepat memudar. “Kamu percaya nggak … kalau suatu hari nanti kita akan punya anak?”

Tatapan Renzo berubah. Matanya menelusuri wajah Nadhifa, menunggu kelanjutan ucapannya.

“Kadang aku takut …,” lanjutnya nyaris berbisik. “Takut kamu merasa … Yuda bukan bagian dari kamu.”

Renzo langsung menggeleng. “Jangan bilang gitu.”

“Tapi dia bukan darah dagingmu.” Suara Nadhifa pecah, meski ia berusaha menahannya agar tidak terdengar sedih. “Aku bawa dia masuk ke dalam hidupmu. Bukan kamu yang minta. Bahkan sebelum kita menikah.”

“Nadhifa…”

Ia menunduk, merasa ada ganjalan di dada yang tak bisa disembunyikan malam itu. “Aku cuma pengen suatu hari nanti, kamu bisa melihat mata anak kita dan bilang, ‘itu anakku.’ Bukan hanya karena menikah denganku … tapi karena memang … dia benar-benar bagian dari dirimu.”

Hening.

Renzo tak langsung menjawab. Ia menarik Nadhifa lebih dekat ke dalam dekapannya, dagunya menyentuh keningnya. Detak jantungnya menjadi irama yang menenangkan.

“Kamu tahu?” bisiknya. “Setiap lihat kamu … aku nggak pernah mikir soal kekurangan. Nggak pernah hitung-hitungan soal siapa bawa siapa. Aku nikahin kamu, berarti semua bagian hidupmu adalah bagianku juga. Termasuk Yuda.”

Nadhifa menarik napas dalam-dalam. Udara di dadanya sesak karena lega.

“Tapi,” lanjut Renzo, kali ini dengan suara lebih lembut, “kalau suatu hari nanti Tuhan kasih kita anak … anak dari kamu dan aku … aku akan sangat bersyukur. Tapi kalau pun nggak … aku akan mencintaimu lebih banyak dari hari ini.”

Nadhifa menutup mata. Meski tidak ada janji besar, tidak ada keputusan instan, ia merasa tenang. Karena cinta yang membuat seseorang tinggal bukan karena harapan akan masa depan tapi karena dia menghargai apa yang sudah ada hari ini.

Nadhifa tidak tahu kapan tepatnya tangannya menemukan tangan Renzo di bawah selimut. Tapi begitu jari-jari pria itu meremas lembut jemarinya, ia otomatis membalas tanpa pikir panjang. 

Genggaman Renzo selalu hangat. Selalu menenangkan.

Mereka berbaring saling menghadap. Ujung hidung Renzo hampir menyentuh wajahnya, dan nafas pria itu begitu dekat, menari-nari di kulit pipinya yang perlahan memanas.

Renzo menatapnya dalam. Tidak ada kata-kata. Hanya bahasa mata yang sudah ia terjemahkan perlahan sejak mereka menikah bahwa Renzo mencintainya. 

Sepenuhnya.

Lalu, tanpa aba-aba, Renzo menunduk, dan menyatukan bibir mereka dalam ciuman pelan. Lembut. Tidak menuntut. Tidak tergesa.

Nadhifa masih sedikit gugup, tapi kali ini ia tidak membeku. Tangannya yang bebas naik menyentuh pipi Renzo, dan perlahan, ia mulai membalas ciuman itu. Tak sedalam ciumannya. Tapi cukup. Cukup untuk mengatakan bahwa ia juga belajar mencintainya, dengan cara yang Renzo pahami.

Ketika akhirnya keduanya saling melepaskan, napas mereka sudah agak tidak teratur. Renzo mengusap sisi wajah Nadhifa, lalu mengecup keningnya seperti biasa.

“Terima kasih,” gumam Renzo.

Nadhifa tidak tahu apa yang ia maksud. Tapi ia hanya tersenyum kecil, lalu mengeratkan genggaman tangannya di antara jemarinya.

Mereka saling memejamkan mata. Masih bergenggaman, masih saling berbagi nafas. Nadhifa tidak canggung lagi saat berada dalam pelukannya.

Ia mulai terbiasa.

Dan mungkin, ia memang ingin terbiasa begini. Selamanya.

...***...

Nadhifa merasakan perutnya ditarik pelan. Nyeri itu datang seperti gelombang kecil, bergantian menyusupi setiap napasnya. Ia terbangun, meringis sambil memegangi perut bagian bawah. Rasanya terlalu familiar untuk diabaikan.

Dengan hati-hati, ia bangkit dari ranjang, berusaha tidak membangunkan Renzo yang masih tertidur miring menghadapnya. Nafas Renzo terdengar dalam dan teratur. Nadhifa menatap wajahnya sebentar sebelum beranjak ke kamar mandi.

Dan benar saja, ia duduk di kloset sambil menarik napas panjang. Ada rasa sedikit kecewa yang muncul, meski ia tahu tidak seharusnya terlalu berharap. Namun tetap saja, melihat bercak merah itu membuat sesuatu dalam dirinya runtuh perlahan.

Setelah mandi sebentar, Nadhifa mengenakan pembalut dan kembali ke kamar dengan langkah ringan, walau hati tetap terasa berat. Ia menyelinap ke sisi Renzo, menyesuaikan selimut, dan mengecup pelipisnya perlahan.

“Mas,” bisiknya di dekat telinga Renzo. “Subuh, ya…”

Renzo hanya mengangguk kecil, bergumam tak jelas. Nadhifa tahu sebentar lagi Renzo akan bangun. Ia pun bangkit lagi dan berjalan ke kamar Yuda, mengetuk pintunya pelan.

“Yuda …,” panggilnya lembut. “Ayo, Subuh.”

Tak lama, pintu kamar terbuka dan wajah kantuk anak lelaki itu terlihat. Begitu menyadari Nadhifa yang memanggil, ia langsung mengangguk dan berjalan ke kamar mandi.

Nadhifa berdiri di ruang tengah, menata sarung dan sajadah untuk Renzo dan Yuda. Mereka keluar satu per satu, wajah masing-masing tampak segar dan siap.

Nadhifa tersenyum kecil, mengamati mereka berdiri sejajar untuk salat.

“Nadhifa?” tanya Renzo sambil membetulkan lengan baju koko.

Ia hanya menggeleng pelan. “Aku nggak ikut dulu pagi ini,” jawabnya.

Renzo mengangguk, memahami tanpa banyak kata. Renzo sempat menatapnya sejenak, seakan ada pertanyaan tak terucap di matanya, namun ia memilih diam dan berdiri di samping Yuda.

Nadhifa duduk kembali di sofa. Hatinya bergumam pelan, mungkin belum saatnya, tapi semoga nanti akan tiba juga.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!