NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.23 Rahasia Mutiara Teratai Ilahi

Mutiara kristal bercorak bunga teratai berdenyut lembut.

Cahaya putihnya lembut, namun entah mengapa setiap denyutan terasa seperti napas kehidupan yang purba, sangat tua… dan berat.

Xio Lun menatap benda itu yang kini terapung di depan dadanya, seolah menatap balik kepadanya.

“Mutiara… ini…” gumamnya perlahan.

“Xin Shi… Kata yang tertahan dari mukut xio lun...”

Namun saat kata terakhir keluar dari bibirnya, cahaya mutiara itu berdenyut keras, memancarkan cahaya menyilaukan yang menelan seluruh pandangan.

Udara di sekitar Xio Lun bergetar, dan dalam sekejap dunia di sekelilingnya mengabur—

hingga ia tak lagi berdiri di antara reruntuhan, melainkan di tengah ruang kosong berwarna hitam dan emas, penuh simbol-simbol aneh yang berputar mengelilinginya.

Suara berat dan dalam menggema dari segala arah.

“Jadi… akhirnya, serpihan kesadaranku bertemu dengan wadah utamaku.”

Suara itu menggema seperti dentuman guntur purba, membawa getaran yang membuat jiwa Xio Lun bergetar.

Dari pusaran emas di hadapannya, muncul sosok bayangan—tinggi, berotot, berpakaian seperti jendral perang kuno, dengan rambut panjang terurai ke belakang dan mata emas menyala bagaikan dua matahari kecil.

Aura yang keluar darinya tak bisa dijelaskan.

Itu bukan hanya kekuatan. Itu keberadaan yang menolak tunduk pada langit.

“Kau…”

Xio Lun menelan ludah...

Bayangan itu tersenyum samar.

“Aku…adalah bagian jiwa yang kau temui di jurang iblis hutan terlarang waktu itu,.”

“Di dunia ini, mereka mengenalku dengan satu nama—Dewa Perang, Xian Wu.”

Nama itu bergema keras di ruang kosong, menembus kesadaran Xio Lun.

“Dewa Perang… Xian Wu?” ulang Xio Lun perlahan.

“Nama itu… aku pernah mendengarnya dalam legenda kuno.”

Bayangan itu—Dewa Perang—mengangguk lambat.

“Ya. Ribuan tahun yang lalu, aku adalah penguasa medan perang antara langit dan bumi. Tapi kesetiaan… hanyalah racun yang lambat.”

Suaranya berubah berat, mengandung amarah yang nyaris tak tertahan.

“Klan para Dewa dan Iblis, yang dulu bersumpah bersamaku menjaga keseimbangan alam, berkhianat. Mereka iri pada kekuatan ‘Pedang Kegelapan’ yang kutempa dari esensi jiwa naga purba. Mereka takut pada apa yang tak bisa mereka kendalikan.”

Bayangan itu menatap jauh ke kegelapan, matanya memancarkan kilat.

“Mereka menyerangku bersama, dengan tipu daya dan pengkhianatan. Tapi sebelum aku jatuh… aku memecah kesadaranku menjadi sembilan bagian, dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.”

Ia menunjuk ke arah Xio Lun.

“Mutiara Teratai Ilahi yang kau miliki sekarang… adalah salah satu dari sembilan bagian kesadaranku itu. Ia lahir kembali melalui garis keturunan klan Bunga Persik, menjadi penjaga bagian kecil kedaranku, mereka menunggu pewaris kehendakku lahir,,,

Xio Lun menatap mutiara di dadanya yang kini berdenyut dalam irama jantungnya sendiri.

“Jadi… Xin Shi… selama ini dia membawa bagian dari dirimu?”

Dewa Perang mengangguk.

“Ya. Dan kini, pecahan itu telah menyatu kembali padaku, melalui tubuhmu, pewarisku.”

Aura hangat menyelimuti tubuh Xio Lun, namun juga tekanan besar yang nyaris tak bisa ia tahan.

“Kenapa aku?” tanyanya lirih.

“Mengapa aku yang terpilih?”

Dewa Perang menatapnya tajam, lalu menjawab pelan namun mantap.

“Karena darahmu… karena jiwamu… adalah satu-satunya yang mampu menahan kekuatan Pedang Kegelapan itu.”

“Dan karena nasibmu terikat pada klanmu sendiri, Lembah Seribu Pedang.”

Xio Lun menegakkan tubuhnya.

“Klan-ku?”

Dewa Perang melangkah maju, dan di belakangnya muncul bayangan lembah yang diselimuti kabut hitam dan ribuan pedang yang tertancap di tanah.

“Di tempat itulah artefakku terkubur. Pedang Kegelapan—artefak sejati milikku—bersemayam di jantung Lembah Seribu Pedang. Tapi pintunya terkunci. Tak seorang pun bisa membukanya… kecuali mereka yang membawa serpihan pedang hitam yang diwariskan dari darah Xio Wu.”

Xio Lun tersentak mendengar nama ayahnya.

“Ayahku…?”

“Ya,” jawab Dewa Perang pelan. “Pedang kecil peninggalan ayahmu adalah kunci pembuka makam artefakku.”

Suasana hening beberapa saat. Lalu suara Dewa Perang menjadi dalam dan berat.

“Dan kau harus tahu, Xio Lun… kebenaran yang selama ini disembunyikan darimu.”

Bayangan di belakang Dewa Perang berubah.

Tampak sosok pria gagah dengan wajah lembut — Xio Wu, ayahnya — berdiri menatap lembah yang dipenuhi kabut.

Namun dari arah lain muncul sosok berjubah merah dengan tatapan licik — Patriak Yumeng.

“Yumeng…” desis Xio Lun.

“Ya,” ujar Dewa Perang lirih. “Dialah pengkhianat itu. Penguasa sementara yang merebut tahta, menutupi dosa dengan kisah palsu. Ia berkata pada dunia bahwa patriak asli klanmu yang tak lain adalah kakekmu,tewas saat kultivasi di Lembah Suci. Padahal… patriak itu masih hidup, disegel olehnya di tempat yang sama—Lembah Seribu Pedang.”

Bayangan Yumeng berubah memperlihatkan dirinya berbicara di depan para tetua klan.

“Jangan dekati Lembah Suci!” katanya dengan nada pura-pura khawatir.

“Tempat itu terkutuk. Patriak kita tewas di sana, tubuhnya hancur bersama arwahnya!”

Lalu bayangan berganti.

Tampak Xio Wu, ayah Xio Lun, diam-diam masuk ke lembah itu dengan pedang hitam kecil di tangannya.

Ia menemukan segel Dewa yang menahan cahaya suci dari lembah dalam.

“Dia tahu kebenarannya,” lanjut Dewa Perang. “Ayahmu berusaha membebaskan patriak sejati yang tak lain adalah ayahnya sendiri, . Tapi Yumeng mengetahuinya.”

Bayangan berikutnya menampilkan pertempuran singkat di malam hari.

Xio Wu berdarah-darah, tapi tetap berdiri dengan pedangnya. Yumeng menatapnya dengan tatapan dingin.

“Kau tahu terlalu banyak, Xio Wu,” ucap Yumeng dalam bayangan itu. “Sayang sekali, aku harus membuatmu pahlawan yang mati di medan tugas.”

Satu tebasan cahaya merah.

Tubuh Xio Wu terjatuh.

Xio Lun terdiam. Tangannya bergetar.

Wajahnya menegang, urat-urat di lehernya menonjol.

“Jadi… ayahku dibunuh… oleh Yumeng…”

“Dan Ibu?”

Dewa Perang menatapnya dalam.

“Ibumu, Lunting, masih hidup. Tapi Yumeng memenjarakannya di balik dimensi tersembunyi lembah itu. Ia dijadikan penahan bagi segel Dewa agar tak ada yang bisa membukanya. Ibumu adalah kuncinya yang lain, Xio Lun.”

Tubuh Xio Lun gemetar hebat.

Matanya merah, napasnya berat, dan aura gelap keluar dari pori-porinya.

“Yumeng…”

“Aku akan membunuhmu…”

Dewa Perang menatapnya dengan tenang.

“Kemarahanmu adalah senjata, tapi juga racun. Gunakan itu dengan benar.”

Ia mengulurkan tangan, dan di antara mereka muncul proyeksi Lembah Seribu Pedang, dengan ribuan pedang yang tertancap seperti kuburan raksasa.

Di pusatnya tampak sebuah pintu hitam besar dengan ukiran naga dan teratai.

“Kau harus kembali ke sana. Temukan lembah itu, gunakan serpihan pedang kecil peninggalan ayahmu, dan bangkitkan kekuatan Pedang Kegelapan sejati. Hanya dengan itu kau bisa menghancurkan segel Dewa, membebaskan patriak asli, dan menemukan ibumu.”

Xio Lun mengangkat kepalanya, matanya membara dengan tekad yang baru.

“Aku akan pergi ke sana.”

“Akan kubongkar seluruh kebohongan yang Yumeng bangun.”

“Dan aku akan mengembalikan nama ayahku, Xio Wu, sebagai pahlawan sejati Lembah Seribu Pedang!”

Dewa Perang menatapnya puas, lalu perlahan cahaya di sekelilingnya mulai memudar.

“Bagus, pewarisku. Tapi ingat… kekuatan Pedang Kegelapan sejati bukanlah milik manusia, melainkan kehendak kegelapan itu sendiri.”

“Kau harus siap… untuk menanggung kutukannya.”

Suara itu semakin samar, sebelum akhirnya hanya tersisa gema pelan:

“Bangkitlah, Xio Lun… pewaris kegelapan sejati…”

Cahaya di sekelilingnya pecah. Dunia nyata kembali.

Xio Lun terengah, kini berdiri di antara reruntuhan lembah yang sunyi.

Di dadanya, Mutiara Teratai Ilahi berpendar perlahan sebelum menyatu ke dalam tubuhnya, menjadi satu dengan nadinya.

Ia menatap langit kelam di atas kepalanya.

“Ayah… Ibu…”

“Aku akan pulang.”

Angin malam berhembus lembut, membawa kabar kebangkitan seorang pewaris sejati.

Dan di kejauhan, langit di arah selatan bergetar—seolah menyambut kembalinya bayangan yang telah lama hilang:

Darah Dewa Perarang...

1
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!