NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. KEKACAUAN

Perjalanan ke kantor berlangsung dalam keheningan yang aneh.

Raven sudah menunggu di lobi depan perusahaan, sedikit gelisah. Dan begitu Elias masuk, Raven langsung menyerahkan tablet berisi laporan.

"Media sudah mulai memutarbalikkan fakta," kata Raven cepat. "Edward Adams tampil sebagai korban. Ia bilang kau menuduh tanpa bukti."

Elias menatap layar tanpa ekspresi. "Seperti biasa, dia memainkan peran dengan baik. Dan rapat pemegang saham?"

"Menunggu di ruang konferensi lantai dua belas. Mereka tampak gelisah," jawab Raven.

Mobil berhenti di depan gedung tinggi bergaya modern di pusat Boston.

Begitu Elias turun, beberapa wartawan sudah menunggu di luar, kamera mereka berkedip tanpa henti.

"Mr. Spencer! Apa benar Anda menuduh Edward Adams tanpa dasar?"

"Bagaimana tanggapan Anda tentang laporan pencemaran nama baik ini?"

"Apakah benar hubungan pribadi Anda dengan keluarga Adams menjadi penyebab konflik ini?"

Elias berjalan melewati mereka tanpa menjawab satu pun.

Tatapannya lurus, langkahnya mantap, auranya tajam seperti bilah baja. Raven mengikutinya di belakang, mendorong wartawan agar tidak mendekat terlalu jauh.

Begitu pintu kaca besar gedung menutup, kebisingan di luar teredam sepenuhnya. Lift membawanya naik cepat ke lantai dua belas.

Ruang rapat dipenuhi ketegangan.

Beberapa pemegang saham utama sudah duduk di kursi masing-masing, sebagian menatap layar berita yang menampilkan wajah Edward Adams dengan ekspresi 'korban yang teraniaya'.

Begitu Elias masuk, semua mata beralih padanya.

"Elias," salah satu pria tua di ujung meja membuka suara. "Kami sangat khawatir dengan pemberitaan ini. Reputasi perusahaan bisa jatuh jika tidak ditangani segera."

Elias meletakkan jasnya perlahan di sandaran kursi dan duduk tenang. "Saya tahu," katanya singkat.

"Edward Adams menuduh Anda mencemarkan nama baiknya di hadapan publik," lanjut yang lain. "Dan sayangnya, ia memiliki pengacara top yang siap menuntut."

Elias menatap layar sebentar, lalu memutar kursinya menghadap mereka. "Tentu saja dia siap menuntut. Dia tahu satu-satunya cara untuk menutupi kebusukannya adalah dengan berteriak paling keras agar tampak seperti korban."

Salah satu wanita paruh baya di sisi kanan menatapnya tajam. "Tapi, Elias, kita berbicara tentang bukti. Anda tidak pernah menunjukkan bukti konkret atas tuduhan itu."

Elias bersandar, tangan kirinya menaut di depan dada. Tatapannya dingin tapi tidak kehilangan kendali.

"Bukti akan muncul pada waktunya. Saat ini, yang harus kalian tahu adalah: Edward Adams bukan hanya pengusaha bersih. Ia bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar," kata Elias.

Beberapa orang saling berpandangan bingung.

"Elias, ini bukan waktunya untuk teori," kata pria lain yang berkumis tebal. "Kita bicara bisnis, bukan konspirasi."

Elias mencondongkan tubuh ke depan, suaranya rendah namun penuh tekanan.

"Justru karena ini bisnis, aku tidak akan membiarkan perusahaan ini dipermainkan oleh orang seperti dia. Aku tidak membuat tuduhan kosong. Aku tahu apa yang kulakukan," jawab Elias tegas.

Raven menatap Elias dari sisi ruangan, ia tahu Elias tengah menahan amarahnya.

Udara di ruangan terasa semakin berat.

"Untuk sementara," lanjut Elias, "aku akan menonaktifkan semua komunikasi publik sampai timku selesai memverifikasi data internal. Aku ingin tidak ada satu pun dari kalian yang memberi pernyataan ke media. Aku yang akan bicara."

"Dan apa yang akan Anda katakan kepada media?" tanya seseorang dari ujung meja.

Elias berdiri perlahan, menatap semua orang satu per satu. Bahunya tegak, suaranya tegas namun tenang.

"Aku akan katakan satu hal," ucap Elias pelan. "Bahwa kebenaran tidak butuh pembelaan keras. Ia hanya butuh waktu."

Sunyi menyelimuti ruangan.

Para pemegang saham saling berpandangan, antara ragu dan terpesona oleh keyakinan yang terpancar dari pria itu.

Raven tahu, pertempuran baru saja dimulai.

Dan di balik ketenangan wajah Elias, ada badai yang siap meledak kapan saja.

Walau ketegangan dan pertanyaan mengenai situasi terus terlontar dari para pemegang saham. Membuat kepala Elias berdenyut sakit, karena mereka sulit mendengarkan.

Sampai setelah dua jam berdebat, Elias menghentikan pertemuan, dan sisa suara pertemuan itu masih menggantung di udara seperti gema amarah yang belum sempat padam. Suara dentingan gelas kopi dan bunyi klik pena yang dipukul-pukul di meja seolah masih menertawakan sisa perdebatan tadi.

"... Kau sadar apa yang kau lakukan, Elias?"

" ... Melaporkan pengusaha besar seperti Edward Adams itu bukan langkah bijak."

" ... Sekarang kau jadi bahan berita, bukan dia!"

" ... Saham kita turun tiga persen hanya dalam dua hari, dan kau masih bilang kau tenang?"

Semua suara itu berputar dalam kepala Elias, menyisakan hanya dengung samar. Elias bersandar di kursinya, menatap langit abu-abu di luar jendela. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, mencoba menahan berat tekanan di dadanya.

Pintu ruangannya terbuka pelan. Raven masuk tanpa suara, membawa dua cangkir kopi hitam di tangannya.

"Aku rasa kau butuh ini," ujar Raven meletakkan satu di meja, lalu duduk di kursi seberang. Ia mengenakan kemeja abu tua dengan lengan tergulung, ekspresinya tenang seperti biasa, tapi dari sorot matanya tampak ia juga muak dengan situasi yang sama.

Elias hanya mengangguk, menatap permukaan kopi yang berputar pelan ketika uapnya naik ke udara.

"Aku tidak menyesal melaporkan pria brengsek itu, Raven," kata Elias pelan. "Tapi aku juga tidak akan pura-pura tidak tahu bahwa semuanya sekarang sedang berbalik menyerangku."

Raven mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Aku tahu. Dan kau tidak salah, Elias. Tapi Edward Adams bukan orang yang bisa diserang tanpa perlawanan. Dia punya koneksi di semua tempat diam-diam, dari ruang redaksi sampai meja pengadilan."

Elias tersenyum miring. "Dan aku punya nurani. Sayangnya, itu tidak dijual di pasar saham."

Raven mendesah pelan, lalu mengeluarkan tablet dari tasnya. Ia menggeser layar, memperlihatkan laporan berita yang baru saja diperbarui pagi ini.

"Media nasional sudah memutarbalikkan ceritanya. Mereka menyebutmu menyebarkan fitnah dan mencemarkan nama baik. Polisi sedang 'menyelidiki' laporan balik dari Edward. Dan para investor luar negeri mulai menahan dana mereka. Mereka menunggu situasi ini reda sebelum melanjutkan kontrak," beritahu Raven.

Elias hanya mengamati, tidak langsung menjawab. Ada garis halus di antara alisnya, seperti seseorang yang sedang menahan kemarahan agar tetap rasional.

"Edward benar-benar cepat. Seolah dia sudah menyiapkan semua ini sejak lama. Aku tahu dia akan melawan, tapi tidak secepat ini. Melakukan hal ini pada menantunya sendiri, walau dia tidak tahu kalau pernikahan itu sudah tidak berlaku lagi secara hukum," cibir Elias.

"Dia tidak sekadar melawan," Raven menimpali. "Dia ingin menghancurkan reputasimu. Dan sayangnya, reputasi adalah mata uang yang paling mudah dibakar di dunia bisnis."

Keheningan merayap di antara mereka beberapa detik. Di luar, suara deru kendaraan di jalan utama terdengar samar, seperti dunia terus berjalan tanpa peduli siapa yang sedang tersungkur di dalamnya.

Raven menatap Elias lekat-lekat. "Kau yakin masih ingin melanjutkan kasus ini?" tanyanya akhirnya. "Karena jika kau terus menekan Edward, dia akan membalas dengan cara yang lebih kotor. Dan kali ini, bukan hanya media, bisa saja pengadilan, investor, bahkan dewan direksi."

Elias memutar cangkir di tangannya, lalu berkata lirih, "Aku tidak bisa menariknya kembali, Raven. Tidak setelah melihat apa yang pria itu lakukan pada Ruby."

Raven bisa mendengar nada suara Elias berubah, dingin, tapi juga mengandung sesuatu yang tidak bisa disembunyikan: marah, terluka, dan melindungi.

"Kalau aku diam, itu berarti aku membiarkan orang sepertinya terus berbuat hal yang sama pada orang lain. Dan dia akan menjadi ancaman untuk Ruby ke depannya," kata Elias.

Raven menunduk sejenak, menatap meja kayu mahoni yang halus di hadapannya. "Kau tahu, itu hal paling gila sekaligus paling benar yang pernah kau katakan."

Elias tersenyum kecil, tapi matanya tetap tajam. "Kau tidak sedang menyanjungku, kan?"

"Tidak," jawab Raven datar. "Aku sedang mengingatkan diriku sendiri kenapa aku tetap bekerja padamu."

Mereka tertawa tipis, tapi hanya sebentar. Setelahnya, hening lagi, kali ini lebih berat dari sebelumnya.

Beberapa jam berlalu. Suara langkah kaki para staf terdengar di luar koridor, beberapa mengetuk pintu hanya untuk menyerahkan dokumen yang harus ditandatangani Elias. Tapi setelah itu, ruangan kembali tenggelam dalam kesunyian yang nyaris tak bergerak.

Raven sedang memantau berita di tiga layar berbeda di mejanya, sementara Elias berdiri di depan jendela, menatap kota yang tampak semakin suram. Dari kejauhan, papan digital di gedung lain menampilkan breaking news tentang dirinya, foto Elias dengan headline yang mencolok:

'CEO Spencer Dynamic Diduga Menyebarkan Fitnah terhadap Pengusaha Senior.'

Kepalanya terasa berat. Ia menatap tulisan itu lama-lama, seolah mencoba menelan kenyataan bahwa kebenaran bisa terlihat seperti kebohongan hanya karena yang berbohong punya uang lebih banyak.

"Raven?" panggilnya pelan tanpa menoleh. "Kau tahu apa yang paling menjijikkan dari dunia ini?"

"Aku punya tebakan," jawab Raven, masih sibuk dengan monitornya.

"Bukan kebohongan," lanjut Elias, suaranya dalam. "Tapi kenyataan bahwa kebohongan bisa dibungkus seindah kebenaran, dan orang-orang akan lebih memilih percaya pada bungkusnya."

Raven berhenti mengetik, menatap punggung Elias. Ada sesuatu yang menegang di udara. Ia bisa merasakan kemarahan itu, meski Elias tampak tenang.

"Lalu apa rencanamu sekarang?" tanya Raven akhirnya.

Elias menoleh, matanya tajam tapi tenang. "Bertahan. Dan kalau perlu, bertarung di medan mereka."

Namun ketika krisis nama baik Elias merajalela, justru sesuatu yanh tidak pernah diduga terjadi.

Hal yang membuat keduanya melongo kebingungan.

1
Jelita S
akhirnya ketahuan jga,,,tpi GK PP lh
Deyuni12
hahaha
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
Mineaa
wuaaaahhh.... Ruby......hayo lho ketauan....
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
Archiemorarty: Hadiah nggak tuh /Facepalm/
total 1 replies
Miss Typo
sudah ku dugong, Ruby hanya di bohongin karna mau membongkar, kalau dia dah ketahuan seorang Chiper, dari bolak balik Revan dan Elies tlpn ke dua kontak Ruby, sebagai Ruby dan Chiper 😁.
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Miss Typo: eh setelah aku buka ig, ternyata udah follow 😁
total 5 replies
Ma Em
Akhirnya Elias dan Raven tau bahwa Ruby adalah Chiper yg selalu membantu Elias .
Pawon Ana
aku jadi ingat novel pertamamu Thor (Lily dan Rion) tapi yang paling menguras emosi tentang novel Rosetta ( chapter2 akhir tentang pembalasan Rion) 😍
Pawon Ana: iya aku bacanya juga lebih banyak nangisnya, tapi keren banget novelnya
dulu aku bacanya di apk noveltoon💪
total 2 replies
Miss Typo
akhirnya Elias tau kalau Ruby tuh Chiper orang yg selama ini membantunya
PengGeng EN SifHa
PECAH GENTONG juga akhirnya...ELIAS mengetahui siapa CHIPER...POINT PENTING yang q tunggu dr awal cerita.
Archiemorarty: Ehmm...gimana ya /Chuckle/
total 3 replies
Pawon Ana
wes selanjutnya kutunggu 😍💪
Archiemorarty: Update selanjutnya udah ready di jam 6 nanti ya kak 🥰
total 1 replies
Pawon Ana
narasi terakhir,apa mungkin Elias sudah curiga tentang Rubiana si chiper
Archiemorarty: Nah...bisa jadi itu /Slight/
total 1 replies
Deyuni12
huaaa
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Miss Typo
gmn ekspresi Elias dgn Raven dan apa yg akan mereka lakukan setelah tau Chiper itu ternyata Ruby
Miss Typo: waaah jadi penasaran 😁
total 4 replies
Deyuni12
haaa
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
Jelita S
dasar si adonan anak sendiri mau dihancurkan
Archiemorarty: Adonan itu siapa lagi? Edward? bisanya jadi adonan /Facepalm/
total 1 replies
Ir
kediaman Spencer kak Archie sayang dan Elias Spencer, move on dulu dari bapak Rion, dirimu mau di jadiin manusia geprek sama Rosetta
Archiemorarty: astaghfirullah ya Allah maapkan othor gagal move on ini dari bapak Rion, mana kalau ngetik pas ngantuk /Sob/
total 1 replies
Ir
seorang anak ga boleh durhaka sama orang tua, kaga bisa!! apalagi modelan ortu nya kaya Edward ini, rasanya pengen aku maki² bila perlu aku seret aku tenggelamkan ke laut Selatan biar di caplok sama nyi blorong sekalian
Archiemorarty: Bener, sampai iblis aja sungkem sama kelakuan manusia sekarang ini/Smug/
total 3 replies
Miss Typo
semoga Ruby,Elias,Raven gak akan ada yg terluka.
makin penasaran dgn lanjutannya
Archiemorarty: Sabar yah menunggu update othor /Slight/
total 1 replies
Ariany Sudjana
ruby, Ayo kamu jujur sama Elias dan raven, siapa kamu sebenarnya, sehingga kalian bisa kerja dalam satu tim. kasihan Elias dan raven tidak bisa fokus, karena harus menjaga kamu juga
Deyuni12
tolong jaga Rubi y Elias,jangan biarkan dia terluka untuk yg k sekian xnya
Deyuni12: waaah
terima kasih y bapak Elias gak pake Pical tapi y 🤭🤭🤭🤣
total 2 replies
Miss Typo
makin menegangkan tapi makin seru dan makin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!