NovelToon NovelToon
Regresi Sang Raja Animasi

Regresi Sang Raja Animasi

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Bepergian untuk menjadi kaya / Time Travel / Mengubah Takdir / Romantis / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chal30

Kael Ardhana, animator berusia 36 tahun yang hidupnya hancur karena kegagalan industri, tiba-tiba terbangun di tubuhnya saat berusia 18 tahun… di tahun 1991. Dengan seluruh pengetahuan masa depan di tangannya, Kael bertekad membangun industri animasi lokal dari nol, dimulai dari sebuah garasi sempit, selembar kertas sketsa, dan mimpi gila.

Tapi jalan menuju puncak bukan sekadar soal kreativitas. Ia harus menghadapi dunia yang belum siap, persaingan asing, politik industri, dan masa lalunya sendiri.
Bisakah seorang pria dari masa depan benar-benar mengubah sejarah… atau justru tenggelam untuk kedua kalinya?

Yuk ikutin perjalanan Kael bersama-sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

Hari keempat adalah hari bebas seperti yang mereka rencanakan. Kael dan Rani memutuskan menjelajahi Tiong Bahru dengan rencana perjalanan yang santai, tanpa target atau agenda tertentu. Mereka hanya ingin berjalan, menikmati waktu, dan membiarkan hari membawa mereka ke mana pun.

Mereka memulai pagi dengan sarapan di sebuah kafe independen yang estetik. Interiornya memadukan gaya vintage dan modern, dinding bata ekspos berpadu dengan lampu gantung dari kaca buram. Kael memesan kopi spesialti yang aromanya begitu tajam, sementara Rani menikmati croissant yang renyah dan hangat, menteganya meleleh lembut di lidah.

“Aku masih memproses percakapan semalam,” ucap Rani sambil meniup permukaan kopinya yang mengepul. Matanya menatap Kael dengan rasa ingin tahu yang tulus. “Ada banyak yang ingin aku tanyakan, tapi aku nggak mau bikin kamu kewalahan. Aku juga nggak mau kesannya seperti interogasi.”

“Tanya saja apa pun,” jawab Kael, nadanya tenang tapi jujur. “Setelah aku memutuskan untuk cerita semuanya, nggak ada gunanya lagi sembunyi-sembunyi. Aku lebih milih keterbukaan penuh.”

Rani mengangguk pelan. “Oke. Di garis waktu sebelumnya, kamu bilang Studio Garasi gagal dan kamu penuh penyesalan. Sebenarnya apa yang terjadi?”

Kael menarik napas dalam. Kenangan itu masih menyakitkan, meski datang dari dunia yang berbeda. “Studio berkembang terlalu cepat. Aku mabuk oleh kesuksesan. Kami mulai menerima proyek yang bertentangan dengan nilai awal kami, mendorong tim kerja sampai ke batas yang nggak sehat. Aku lebih mementingkan tenggat dan keuntungan daripada orang-orang di baliknya.”

Ia menatap jauh, seperti melihat masa lalu di balik uap kopi. “Pelan-pelan, satu per satu pergi. Ada yang kelelahan, ada yang nggak setuju sama arah yang aku ambil, ada yang dapat tawaran lebih baik. Aku sudah membakar terlalu banyak jembatan. Studio itu akhirnya runtuh, bukan secara finansial, tapi secara jiwa. Ia jadi kosong. Karya kami masih ‘bagus’, tapi tanpa jiwa. Dan aku berakhir sendirian.”

Rani menggenggam tangannya di atas meja, memberi kehangatan yang sederhana tapi berarti. “Tapi sekarang kamu udah beda. Aku lihat cara kamu pimpin Studio Garasi. Kamu lebih menghargai orang, menjaga keseimbangan, dan nggak lagi mengorbankan nilai demi keuntungan cepat. Itu bukti kalau kamu belajar.”

“Ya,” Kael tersenyum kecil. “Setiap keputusan yang aku buat sekarang adalah hasil dari kesalahan di masa lalu. Setiap kali ada godaan buat kompromi, aku ingat ke mana jalan itu dulu membawaku. Dan aku pilih jalan lain.”

Rani ragu sejenak sebelum bertanya lagi. “Kalau tentang… kita? Di garis waktu sebelumnya, apa kita…”

Ia tak melanjutkan kalimatnya, takut mendengar jawabannya.

Kael menggeleng lembut. “Kita nggak pernah dekat. Aku dulu terlalu sibuk mengejar ambisi sendiri sampai nggak benar-benar melihat siapa pun. Itu salah satu penyesalanku yang paling besar. Sekarang aku ingin benar-benar mengenal orang-orang di sekitarku, membangun hubungan yang tulus. Dan kamu… hubungan kita ini sesuatu yang baru. Bukan sisa masa lalu, tapi sesuatu yang lahir dari kesempatan baru.”

Rani tersenyum lega. “Aku senang dengarnya. Berarti yang kita punya ini murni milik kita.”

Sisa pagi mereka habiskan di toko buku indie kecil yang dipenuhi aroma kertas tua. Rani membeli buku seni tentang ilustrasi Asia Tenggara, sementara Kael memilih kumpulan cerita pendek karya penulis Singapura. Mereka lalu makan siang di pusat jajanan, menikmati nasi ayam Hainan yang lembut dengan sambal yang pedasnya pas.

“Besok upacara. Kamu siap?” tanya Kael sambil memotong ayamnya.

“Siap sebisanya. Menang tentu luar biasa, tapi kalau pun nggak, aku tetap bangga,” jawab Rani. “Kita sudah sejauh ini. Itu saja sudah lebih dari cukup.”

Kael mengangguk. “Tetap saja, aku berharap menang. Bukan karena ego, tapi untuk membuktikan bahwa karya berakar budaya juga bisa dihargai dunia.”

Rani tersenyum. “Yang penting kita terus jalan di jalur yang benar. Nggak buru-buru, nggak kompromi.”

Kael mengangkat gelas air putihnya. “Setuju.”

Sore itu mereka duduk di taman kecil, menonton orang-orang berlalu-lalang.

“Pernah kepikiran kenapa kamu dapat kesempatan kedua?” tanya Rani tiba-tiba.

“Sering,” jawab Kael. “Awalnya aku cari makna besar di baliknya. Tapi akhirnya aku sadar, mungkin nggak ada rencana kosmik. Mungkin aku cuma beruntung. Tujuannya bukan ditemukan, tapi diciptakan lewat pilihan-pilihan yang kita buat.”

Rani menatapnya dengan kagum. “Aku suka itu. Makna bukan sesuatu yang ditemukan, tapi diciptakan.”

Malamnya mereka makan bersama tim lain di restoran Jepang kecil. Semua tampak lebih tenang, tapi mata mereka penuh harapan. Besok adalah hari besar.

Cahaya pagi menembus tirai kamar hotel, menyinari wajah Kael yang baru bangun. Hari ini hari upacara penghargaan. Hari yang akan menentukan apakah Sang Penjaga membawa pulang kemenangan atau tidak.

Ia duduk sejenak di tepi ranjang, memandangi Dimas yang masih tidur dengan dengkuran pelan. Sebuah senyum muncul di wajahnya. Tak peduli hasilnya nanti malam, perjalanan ini sudah menjadi kemenangan tersendiri.

Sarapan pagi itu terasa lebih hening. Semua larut dalam pikiran masing-masing. Kael hanya berkata singkat, “Kita kumpul di lobi jam lima sore, siap-siap untuk upacara.”

Siangnya mereka menghabiskan waktu dengan kegiatan ringan. Ada yang tidur siang, ada yang membaca, ada yang hanya duduk termenung di balkon. Kael dan Rani pergi ke kafe dekat hotel, menikmati teh sambil berbicara tentang hal-hal kecil.

“Apapun yang terjadi nanti, aku mau kamu tahu satu hal,” kata Rani sambil menggenggam tangannya. “Perjalanan ini bikin aku jadi orang yang lebih baik. Kamu juga.”

Kael menatapnya lembut. “Kita saling membuat satu sama lain lebih baik. Itu yang paling penting.”

Menjelang sore, mereka semua berkumpul di lobi hotel. Dimas dengan kemeja hitam, Rani dengan gaun biru tua yang elegan, Budi dengan batik, Arman dengan jas pinjaman, dan Kael dengan kemeja putih yang disetrika sempurna.

Mereka berfoto bersama, tawa bercampur gugup. Lima anak muda Indonesia yang bersiap menghadapi momen terbesar dalam hidup mereka.

Di venue, suasananya meriah. Karpet merah terbentang, lampu kamera berkilat di sekeliling mereka. Wartawan memanggil, “Studio Garasi dari Indonesia! Sini foto!”

Mereka tersenyum kikuk tapi tulus.

Begitu masuk auditorium, musik lembut menyambut. Mereka duduk di barisan kelima. Kael menatap panggung besar dengan layar raksasa, jantungnya berdebar.

Upacara dimulai. Satu per satu penghargaan diumumkan.

Kemudian tiba giliran kategori Best Sound Design. Klip Sang Penjaga diputar di layar. Kael bisa mendengar degup jantungnya sendiri.

“Dan pemenangnya adalah… Sang Penjaga dari Studio Garasi, Indonesia! Untuk Budi Santoso dan Arman Wijaya!”

Rani menjerit kecil, memeluk Kael. Dimas melonjak dari kursinya. Budi dan Arman berdiri dengan wajah tak percaya sebelum akhirnya berjalan ke panggung.

Sorak sorai menggema. Seluruh ruangan berdiri memberi tepuk tangan.

“Terima kasih,” suara Budi bergetar saat menerima mikrofon. “Kami cuma dua orang yang suka bereksperimen dengan suara. Kami ingin menangkap esensi rumah kami, budaya kami. Terima kasih sudah mendengarkan.”

Arman menambahkan singkat, “Musik tradisional Indonesia adalah harta yang harus dijaga dan dibagikan.”

Mereka turun dari panggung dengan wajah berseri-seri. Kael menyambut mereka dengan pelukan erat. “Kalian luar biasa.”

Namun satu kategori terakhir masih menunggu: Best Short Animation.

“Dan pemenangnya adalah…”

Hening menelan ruangan.

“Sang Penjaga dari Studio Garasi, Indonesia! Untuk Kael Ardhana!”

Ledakan sorak memenuhi auditorium. Rani memeluk Kael dengan air mata, Dimas ikut tertawa dan berteriak.

Kael berjalan ke panggung dengan langkah gemetar. Trofi di tangannya terasa dingin dan berat, tapi juga penuh makna.

“Terima kasih,” katanya lirih ke mikrofon. “Sang Penjaga adalah film tentang ingatan. Tentang tidak melupakan apa yang penting. Tentang akar, budaya, dan orang-orang yang membentuk kita. Ini bukan hanya kemenangan kami, tapi kemenangan untuk Indonesia.”

Ia berhenti sejenak, suaranya serak oleh emosi. “Dan untuk kesempatan kedua yang entah bagaimana aku dapatkan dalam hidup ini. Aku berjanji nggak akan menyia-nyiakannya.”

Sorak membahana lagi. Ia turun dari panggung, langsung disambut pelukan hangat dari timnya.

“Kita menang. Kita benar-benar menang,” bisik Rani dengan air mata mengalir di pipinya.

Kael tersenyum, memeluk mereka semua. “Kita menang,” ucapnya pelan.

Malam itu bintang terasa lebih terang di langit Singapura. Atau mungkin hanya terlihat begitu bagi lima anak muda Indonesia yang baru saja membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi nyata—asal dijalani dengan hati yang jujur, kerja keras, dan cinta terhadap tempat mereka berasal.

1
Syahrian
🙏
Syahrian
😍🙏
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍🙏
Revan
💪💪
Syahrian
Lanjut thor
Kila~: siap mang💪
total 1 replies
pembaca gabut
thorr lagi Thor asik ini 😭
±ηιтσ: Baca karyaku juga kak
judulnya "Kebangkitan Sima Yi"/Hey/
total 2 replies
pembaca gabut
asli gue baca ni novel campur aduk perasaan gue antara kagum dan takut kalo kael dan tim gagal atau ada permasalahan internal
Syahrian
Lanjut thor👍👍
Revan
💪💪💪
Revan
💪💪
Syahrian
Tanggung thor updatenya🙏💪👍
Kila~: udah up 3 chapter tadi bang/Hey/
total 1 replies
Syahrian
🙏👍👍
Kila~: makasii~/Smile/
total 1 replies
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍
Syahrian
Lanjut 👍😍
Kila~: sudah up 2 chapter nih
total 1 replies
Syahrian
Lanjuut🙏
Kila~: besok up 3 chapter 😁
total 1 replies
Syahrian
Mantap💪🙏
Kila~: terimakasih bang/Rose/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!