Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kecurigaan Pangeran Kedua
“Kau tidak menjawab pertanyaanku? Jika kau temanku, aku akan membantumu. Tapi jika kau musuhku, aku tidak segan-segan membunuhmu. Kalau kau tidak menjawab, aku akan menyelidikimu,” kata Edwin hendak berdiri dari tempat duduknya.
"Mencintainya! Aku mencintainya," kata Erika dengan cepat, membuat Edwin terkejut. Erika khawatir kebohongannya akan terungkap, tetapi menurutnya, ini adalah jalan terbaik baginya.
"Apa?? Cinta? WHAHAHAHA," Edwin tertawa terbahak-bahak mendengar alasan konyol Erika hingga sedikit mengeluarkan air matanya.
"Sungguh, kau percaya cinta?" tanya Edwin yang kembali duduk di kursinya.
Erika bingung menjawab, karena sebenarnya dia sendiri juga tidak percaya adanya cinta. Di kehidupan sebelumnya, dia bahkan belum pernah merasakan kasih sayang seorang keluarga maupun kekasih. Namun, yang dia yakini sekarang adalah dia tidak ingin kehilangan keluarganya saat ini.
"Ekh.." Erika bergumam bingung dengan alasan atau jawaban yang akan ia berikan kepada Edwin.
"Lihat ini. Bagaimana ada orang yang mudah mengatakan cinta padahal tidak mengerti apa itu," kata Edwin yang berdiri dari tempat duduknya. "Baiklah kalau begitu."
"Kalau kau tidak memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri. Sampai saat itu, persiapkan dirimu," kata Edwin sambil tersenyum menakutkan ke Erika sebelum dia berjalan meninggalkan Erika.
***
Di Istana Kekaisaran Pero
Kaisar mendapatkan laporan tentang para pangeran di pesta Lady Erika Serriot. Tanpa sepengetahuan ketiga pangeran, Kaisar meletakkan beberapa mata-mata di sekitar mereka.
"Benar, hasil yang memuaskan," kata Kaisar sambil tersenyum licik.
Ratu Liera yang berada di sebelah Kaisar hanya menggelengkan kepalanya melihat rencana terselubung suaminya itu.
"Baginda, apakah sebaiknya Baginda juga harus menemui Lady Serriot? Bagaimanapun juga permasalahan ini melibatkan dirinya. Menjadi Ratu bukan tugas yang mudah," saran Liera yang duduk di podium Ratu bersebelahan dengan Kaisar.
"Benar juga," kata Kaisar yang mengangguk memahami saran Liera. Kaisar terdiam dan berfikir bagaimana cara untuk memanggil Erika.
"hmm… Berikan undangan minum teh resmi dariku untuk Lady Erika Serriot," perintah Kaisar ke ajudannya.
***
Di Ruang Kerja Robert di Kediaman Keluarga Serriot
Robert sedang membaca surat yang ia pegang. Ia terkejut surat yang dia pegang tertuju kepada Erika. Robert membuka surat itu dan membacanya sekilas. "Di mana Erika?" tanyanya kepada Sir Mill tanpa mengalihkan pandangannya.
"Saya mendengar kabar bahwa Nona Erika berada di Lapangan latihan sejak pagi hari," kata Sir Mill. Robert menatap pengawalnya dan mengerutkan kening, mencoba mengingat jadwal Erika hari ini.
"Bukannya hari ini tidak ada latihan dengan Kak Andreas karena dia sedang ke istana?" tanya Robert yang duduk di kursi dan masih memegang surat resmi dari Kaisar.
"Itu.. dia latihan sendiri dengan pengawasan Sir Richard," jelas Sir Mill.
Di Lapangan latihan Kediaman Serriot,
"NONA ERIKAAA. NONA SUDAH CUKUP LARINYAA," teriak Asha di pinggir lapangan latihan.
"Lakukan sesuatu, Sir. Ini sudah berapa lama Nona berkeliling," kata Rasha kepada Richard yang berdiri di sampingnya. Wajah Richard murung melihat Erika yang terus berkeliling lapangan hingga siang hari. Entah berapa putaran yang sudah dilakukan Erika.
"Saya tidak bisa menghentikannya. Saya diancam tidak akan jadi pengawal pribadinya lagi dan Nona tidak ingin berbicara dengan saya seumur hidupnya," kata Richard sambil menatap Rasha yang kesal dengannya.
"Lalu, kalau Tuan Muda Robert mendengar keinginan Nona Erika seperti itu, Tuan akan mengabulkannya dengan senang hati," jelas Sir Richard yang mengingat kejadian tuannya ingin membunuhnya saat Erika berkata ingin bersama Sir Richard di pesta ulang tahunnya.
Tak lama kemudian, Robert datang dari gerbang lapangan menghampiri Erika yang berlari. Robert yang menarik tangan Erika membuat dirinya terpaksa berhenti.
"Ekh.. huh.. huh.. Kak Robert?" gumam Erika kesakitan karena genggaman kuat Robert dan nafas terengah-engah kelelahan.
"Apa yang kau lakukan, Erika?" tanya Robert dengan tatapan tajam.
Erika yang sedang mengatur napasnya mencoba berbicara. Sebenarnya dia tidak tahu apa yang terjadi. Karena pesta bertemu ketiga pangeran bahkan sampai berinteraksi dengannya membuatnya menjadi cemas, apalagi di akhir pesta, Erika berbicara dengan Pangeran Edwin yang curiga terhadapnya bahkan diancam untuk membunuhnya.
"Aku.. hah," Erika terengah-engah karena lelah berlari. Tapi tak lama kemudian Erika kembali mengeluarkan darah dari hidungnya sangat banyak membuat dirinya mulai tak sadarkan diri.
"ERIKA! ERIKA??" panggil Robert berusaha menyadarkannya sambil menahan badan Erika yang hampir jatuh ke tanah. Asha, Rasha, dan Richard melihat dari kejauhan langsung berlari mendekati Robert dan Erika.
***
Di Alam Bawah Sadar Erika
Erika kecil berumur sepuluh tahun sedang bergandengan tangan dengan kakaknya, Robert. Mereka mengelilingi taman di istana. Tiba-tiba ada gadis kecil berlari ke arah mereka berdua sambil membawa sesuatu.
"Erika, Erika, mari kita berteman baik. Aku punya sesuatu untukmu," kata gadis itu sambil melirik Robert. Sepertinya gadis itu ingin juga mendapatkan perhatian Robert sehingga ia mendekati adiknya dengan baik untuk mendapatkannya. Tapi Erika tidak memedulikan itu, dia sangat senang mendapatkan teman barunya. Gadis itu memakaikan gelang yang sama dengannya ke tangan Erika.
"Jangan sampai hilang ya," kata gadis itu sambil tertawa. Erika tersenyum, begitu juga dengan Robert yang senang adiknya memiliki teman baru.
Di kamar Erika,
Robert yang kesal dengan pengawal dan pelayan pribadinya yang tidak menghentikan tindakan Erika langsung diusir keluar kamar. Kali ini hanya ada dokter, Robert, dan Erika.
"Nona Erika hanya kelelahan saja. Tidak perlu dikhawatirkan. Nona hanya butuh istirahat," kata dokter pribadi keluarga Serriot.
Robert yang merasa lega pun mulai tersenyum tenang. Setelah itu dokter pergi meninggalkan ruangan. Robert yang menggenggam tangan Erika berdoa pada dewa supaya adiknya segera bangun.
"Kau bebas melakukan apa saja, tapi jangan buat dirimu sakit. Sampai kapan kau bertindak di luar prediksi kami?" gumam Robert yang masih menggenggam tangan Erika. Tiba-tiba, 'Tok tok', suara pintu diketuk.
"Saya Sir Mill, Tuan," suara di balik pintu. Robert berdiri dan keluar dari kamarnya. Ia khawatir jika kedatangan Sir Mill mengganggu Erika istirahat.
"Bicaralah di sini," perintah Robert setelah menutup pintu kamar Erika.
"Ada tamu untuk Tuan dari istana. Katanya ini perintah langsung dari Kaisar," jelas Sir Mill yang membuat Robert mengerutkan keningnya.
Tiga jam kemudian, "Ekh.." gumam pelan Erika dalam tidurnya.
Tak lama kemudian Erika membuka matanya. Ia merasakan pusing di kepalanya. Erika duduk perlahan sambil memegang kepalanya. Kini dia mulai mengingat dirinya yang tadi berlari di lapangan dan jatuh pingsan karena mengingat ingatan di umur 10 tahun.
"Baru mencapai 10 tahun saja bikin kepala sakit. Jika perkiraanku benar, masih ada lima ingatan tersisa. Semoga aku tidak pingsan saat di depan orang lain. Aku jadi merasa bersalah membuat mereka khawatir," katanya pada dirinya sendiri.
Dia melihat arah jendela yang ternyata hari semakin gelap. Ia berdiri dari tempat tidurnya untuk meregangkan badannya. Erika yang berniat memanggil pelayan untuk menyiapkan air panas, tapi matanya teralihkan undangan yang ada di meja samping tempat tidurnya.
"Undangan?" gumamnya pelan sambil mengambil undangan tersebut.
"Ha?!! Undangan Kaisar sudah dataaang?? Bukannya 1 bulan lagi?? Kenapa ceritanya berubah terus menerus?!" Kesal Erika yang cepat-cepat membuka undangan tersebut dan membacanya dengan teliti untuk memastikan bahwa benar itu adalah undangan Kaisar.
"Tidak salah lagi. Undangan minum teh Minggu depan. Errkh aku harus segera menyusun kata untuk menegosiasikan hal yang harus dikatakan," katanya yang langsung segera berjalan ke meja tulis di kamarnya. Ia mencari kertas dan pena untuk mencatat poin penting yang harus diungkapkan ke Kaisar.
Bersambung...