Heavenhell Athanasia Caventry pernah percaya bahwa cinta akan menyelamatkan hidupnya. Namun, lima tahun pernikahan hanya memberinya luka: suami yang mengkhianati, ibu yang menusuk dari belakang, dan kehilangan terbesar, bayi yang tak sempat ia peluk. Saat ia memilih mengakhiri segalanya, dunia ikut runtuh bersamanya.
Namun takdir memberinya kejutan. Heavenhell terbangun kembali di masa remajanya, sebelum semua penderitaan dimulai. Dengan ingatan masa depan yang penuh darah dan air mata, ia bertekad tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain. Ia akan menjauh dari Jazlan, menantang Loreynzza ibu yang seharusnya melindungi, dan membangun kehidupannya sendiri.
Tapi kesempatan kedua ini bukan sekadar tentang mengubah masa lalu. Rahasia demi rahasia yang terkuak justru menggiring Heavenhell pada jalan yang lebih gelap… sebuah kebenaran yang dapat membalikkan segalanya.
Kesempatan kedua, apakah ini jalan menuju kebebasan, atau justru jebakan takdir yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keharusan yang Berbeda
Heavenhell refleks memalingkan pandangannya ke arah sumber suara tadi. Ia sangat menghafal suara ini. Suara yang menjadi salah satu mimpi terburuknya. Terlihat Aretha yang tidak sengaja menabrak seorang senior yang merupakan angkatan diatas Heavenhell. Kalau tidak salah, senior wanita itu akan marah dan mulai membully Aretha. Seperti di cerita Roman Picisan remaja yang lalu setelahnya si Jaz-lan-jaz-lan ini akan membantunya karena hatinya seluas jalanan tol. Bikin muak.
Heavenhell memilih mengacuhkannya dan fokus untuk makan saja. Lebih baik ia menanggapi kerandoman Renan yang sedang cek khodam di aplikasi tiktok, pria itu tampak bersemangat mengirimkan banyak gift agar ia cepat ternotice.
"Biasain kalau jalan mata juga dipake, jangan lirik sana lirik sini." Suara bentakan senior yang Heavenhell tidak tahu siapa namanya mulai menggema di seantero kantin. Membuat semua penghuni disana terdiam termasuk para pemilik stand makanan. Bagi mereka, itu adalah hal yang biasa. Jadi mereka cukup diam, berdagang, dan memalingkan wajah.
"Maaf, kak. Tali sepatu aku tadi tiba-tiba lepas jadi nggak sengaja keinjek. Maaf banget," kata Aretha menundukkan kepalanya.
"Lepas yah?" tanya senior itu dengan sinis. Ia melirik kearah gengnya dan memberikan kode kepada mereka untuk memberikan pelajaran pada junior di depannya ini.
Aretha berseru panik ketika beberapa senior berjalan kearahnya dengan seringai sinis mereka. Sontak saja gadis itu berjalan mundur dengan raut wajah ketakutan. Salah satu dari mereka hendak meraih rambut Aretha namun kalah cepat dengan sebuah tangan kekar menghalanginya.
"Enough."
Heavenhell membulatkan matanya ketika mendengarkan suara itu. Refleks, ia menengok kearah Aretha yang sedang berada dipelukan seseorang yang sangat tidak disangka Heavenhell muncul secepat ini. Tidak, dia bukan Jazlan. Tapi Alvarez. Pria itu yang akan menjadi suami pertama Aretha di masa depan namun tidak berumur panjang.
Terlihat Alvarez terlihat membela Aretha yang hendak dibully oleh para senior tadi. Kebetulan, ia juga senior sih sehingga tidak sulit baginya untuk mengusir mereka. Tapi pertanyaannya, trus Jazlan dimana kalau tidak ada disana?
Sontak, Heavenhell menoleh ke samping dan mendapati Jazlan yang cekikikan dengan Renan dan Sagara. Ketiganya kompak melakukan cek khodam di tiktok. Mana ketawanya heboh banget.
"Jazlan Elgan Chalondra, singa jantan," ucap kreator dilayar ponsel Renan membuat ketiga lelaki itu bersorak.
"Woyy... Anjay, keren banget. Kasih gift cuy, gift singa. Tunjukin kejantanan elo, Lan," sorak Renan heboh yang membuat Jazlan menepuk dadanya bangga dan segera mengirimkan sebuah gift singa kepada sang kreator.
"Eh, jangan lupa diganti duit gue."
"Gampang itu mah, entar gue ganti 2x lipat," balas Jazlan dengan senyum bangganya dan membuat Renan memberikan dua jempol kearahnya.
"Sagara Gavin Leiara, kosong." Sagara memutar bola matanya kesal.
"Udah lah, males gue. Nggak seru. Kreatornya namanya siapa? Pengen gue block, kontennya nggak faedah. Asw," rajuk Sagara sambil kembali memakan baksonya dengan kasar dan menyebabkan ia hampir keselek.
"Renan Rexander Altair, burung cucok rowo." Seketika tawa Renan pudar.
"Goblok," sungut Renan.
"Gue rasa kreatornya emang ahli baca khodam deh. Tau aja dia kalo khodam lo itu burung cucok rowo," kata Jazlan dengan senyum geli membuat Renan mendengus kesal. Ia kemudian mengambil ponselnya dan menutup aplikasi tadi. Dunia memang sangat adil untuk orang tampan seperti Jazlan. Untung saja yang dibawah bukan burung cucok rowo tapi burung elang.
"Jangan ketawa," kata Renan pada Heavenhell yang seperti menahan tawanya.
"Ihh.. Kenapa? Biarin," balas Heavenhell memalingkan wajahnya dan secara tidak sengaja ia mendapati Alvarez tengah mengikatkan tali sepatu Aretha. Romantis sekali sebenarnya. Namun ini menyimpang dari apa yang diingat oleh Heavenhell. Karena seharusnya Jazlan yang berada disana dan membantu Aretha dan adegan ikat sepatu itu tidak ada. Tapi ini malah Jazlan sibuk ngakak bersama
Sagara di sampingnya.
Pernahkah ia berkata jika tawa Jazlan adalah tawa terindah yang pernah ia dengar. Mendengarnya membuat Heavenhell merasa jika semuanya akan baik-baik saja. Matanya yang akan terlihat bersinar ketika tertawa terasa menawan Heavenhell agar terus menatapnya. Tawa itu meluncur dengan sopannya pada bibir seksi Jazlan. Tidak salah jika dulunya Heavenhell terpikat setengah mati.
Waktu terasa berhenti ketika Jazlan menatapnya. Suara para penghuni kantin terasa tidak terdengar lagi. Hanya ada Jazlan di matanya.
Hanya pria itu. Apakah kali ini semuanya akan berbeda atau tetap sama saja? Akankah ia tetap akan berakhir dengan Jazlan namun dengan ending yang berbeda? Apakah kali ini ia bisa bahagia seperti yang selalu ia inginkan? Apakah ia sudah selangkah lebih dekat atau ia mesti melangkah lagi?
Kringgg....
Suara bel masuk menyentak lamunan Heavenhell.
Terlebih saat Kaneeisha meraih lengannya untuk segera beranjak. Walaupun tubuhnya mengikuti pergerakan Kaneeisha namun matanya tetap tertuju pada Jazlan yang tidak memalingkan pandangannya darinya. Kedua mata yang ia tatap saat ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tidak ada yang berubah. Mata itu berwarna segelap malam yang selalu mencekik Heavenhell ketika ia harus menghabiskan waktu sendirian disaat Jazlan sedang menikmati hidupnya dengan Aretha. Malam-malam sepi yang ia habiskan untuk memohon ampun kepada Tuhan akan segala dosanya yang telah membuat hidup Jazlan tersiksa. Nafas Heavenhell terasa tersengal karena rasa sesak yang menghantam relung hatinya. Sekali ini saja ia akan hidup dengan lebih baik dan bahagia. Sehingga dengan gerakan pasti Heavenhell memutuskan kontak matanya dengan Jazlan dan fokus untuk berjalan ke kelas dengan Kaneeisha. Pokoknya Fuck Jazlan dan Aretha atau siapapun yang menyusahkannya.
......................
Hari pertama sekolah sekaligus hari yang dimana Heavenhell memulai semuanya dari awal. Ia banyak berinteraksi dengan teman kelasnya hari ini. Tidak seperti dulu yang dimana ia terlalu fokus dengan Jazlan. Ternyata memang benar terlalu bucin sama lelaki itu tidak baik. Kenapa Heavenhell baru sadarnya sekarang sih. Kan ia tidak perlu repot-repot menjebak Jazlan dulunya dan berakhir dengan pernikahan yang sedihnya berkepanjangan lalu ditutup dengan ia yang bunuh diri. Bodoh memang.
Heavenhell melamunkan hal itu sambil menunggu supir yang disewa Valdrin untuk menjemputnya. Katanya sudah dekat tinggal belok dikit. Setelah sampai di apartemennya nanti, ia akan sangat sibuk menyalin buku catatan milik Kaneeisha yang ia pinjam tadi. Jadi jadwalnya sangat padat.
Brumm...
Brumm...
Brumm..
"Woy!!"
Heavenhell mengangkat pandangannya dan mendapati Jazlan berhenti didepannya dengan motor kebanggaannya. Gadis itu berdecak pelan karena kehadiran si Jaz-lan-jaz-lan ini. Sehingga ia memilih membuang muka dan pura-pura budek saja.
"Lo Heavenhell kan? Kita dulu satu daycare loh pas bocil," kata Jazlan membuat Heavenhell mencibir dalam hati. Memang sih mereka dulunya satu tempat daycare saat Loreynzza belum menikah dengan Valdrin. Ia sering dititipkan di Daycare jika Loreynzza bekerja makanya ia bisa bertemu dengan Si Jaz-lan-jaz-lan ini.
"Bukan," elak Heavenhell.
"Dihh... Boong banget. Tuh tai lalat lo masih sama, ada dibawah mata sebelah kiri," tunjuk Jazlan pada letak tahi lalat Heavenhell. Sang empu langsung menampar tangan Jazlan yang menyentuh kulit wajahnya.
"Jangan pegang-pegang, tangan lo kotor," ucap Heavenhell galak sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. Jazlan hanya bisa mengusap tangannya yang ditampar dengan ganas oleh Heavenhell, orang cuman nanya doang juga.
"Mau pulang bareng nggak? Daripada lo berdiri disini kayak lampu jalan," tawar Jazlan.
"Nggak mau, nggak usah, nggak perlu," serobot Heavenhell lagi membuat Jazlan ternganga karena gadis itu seolah mengatakannya dalam satu tarikan nafas.
Baru juga Jazlan ingin membuka mulut tapi mobil jemputan Heavenhell sudah lebih mengklakson dan membuat gadis segera beranjak setelah memberikannya jari tengah tepat didepan wajah tampan Jazlan.
"Jauh-jauh lo dari gue," kata Heavenhell jutek lalu masuk kedalam mobil. Dan melaju meninggalkan Jazlan yang berada di tempat yang sama.
"Never."