cover diganti NT yah.
Kecelakaan membuat pasangan kekasih bernama Amanda Rabila dan Raka Adhitama berpisah dalam sekejap. Kehadiran ibunda Raka pada saat itu, membuat hubungan mereka pun menjadi bertambah rumit.
"Lima milyar!"
"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."
-Hilda-
Amanda pun terpaksa memilih pergi jauh meninggalkan Raka yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukan mereka kembali dalam kondisi yang berbeda. Amanda datang bukan lagi sebagai Amanda Rabila, melainkan sebagai Mandasari Celestine, bersama seorang anak lelaki tampan berusia 5 tahun.
Apakah Raka mengenali kekasihnya yang telah lama hilang?
Mampukah Raka mengungkap anak yang selama ini dirahasiakan darinya?
Temukan jawabannya di cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Siapa itu?
Keesokan harinya di kantor Adhitama Group
"Tuan, ini data yang anda minta. Data pribadi milik sekretaris Mandasari Calestine," ucap Dito seraya menyerahkan map berisi berkas kepada Raka.
"Ada yang ingin kau jelaskan?" tanya Raka sambil membuka isi map tersebut.
"Biodatanya tidak begitu detail Tuan."
Raka mengernyit. Ia mulai membaca tulisan di map itu satu persatu.
"Mengapa tidak ada nama suami Manda?" tanya Raka.
"Maaf Tuan, menurut informasi yang saya temukan, Manda belum pernah menikah."
"Apa?? Lalu anak kecil yang tinggal bersamanya itu siapa?"
"Itu anaknya Tuan. Tetapi Manda tidak pernah menikah," sahut Dito menjelaskan.
Raka pun tercekat. Ia melempar map itu ke atas meja dengan keras.
"Wanita ini....beraninya dia membohongi aku?!"
Dito pun terperangah melihatnya, mengapa Tuannya bisa semarah ini?
"Pergilah," perintah Raka.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi," pamit Dito kemudian pergi meninggalkan ruangan Raka.
Raka mengeratkan rahangnya seraya mengepalkan salah satu tangannya di atas meja.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, Manda? Mengapa untuk hal seperti ini saja kau sampai harus berbohong kepadaku?"
...----------------...
Manda datang dengan wajah yang berseri. Setelah semalam mengalami kejadian tak mengenakkan bersama Raka, tapi pagi ini Boss nya itu tidak ada di kantor.
Karena Raka hari ini memiliki agenda kunjungan tander proyek dari pagi hingga menjelang sore hari. Jadi, kemungkinan bertemu dengan pria itu sangat kecil.
Manda berhenti di meja kerjanya, ia meletakkan bunga Lily yang ia bawa ke dalam vas bunga dan menaruh di sudut meja kerjanya. Setelah itu, ia pun melangkah, hendak duduk di kursi, namun tiba-tiba seseorang mengejutkan dirinya.
"Sepertinya suasana hatimu sedang bagus ya?" tanya Raka.
Pria itu ternyata sudah berdiri di belakang tubuh Manda.
Seketika Manda pun tercekat, lalu segera memutar tubuhnya.
"Tu—Tuan Raka?"
"Kenapa?" tanya Raka.
"Bukankah anda ada agenda kunjungan tander pagi ini?"
"Dito telah mewakili ku, apa kau keberatan?"
Manda pun tercekat dan membeku sejenak. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya tersenyum kikuk. Raka hanya tersenyum tipis melihatnya, lalu matanya menangkap bunga Lily yang berada di sudut meja Manda.
"Bunga Lily lagi? Ku rasa kau memang sangat menyukai bunga itu kan Manda?"
Manda pun menelan saliva nya dengan perlahan.
"I—iya, aku memang menyukainya karena harganya tidak begitu mahal."
Raka menaikkan sebelah alisnya. Ia menyentuh pergelangan tangan Manda dan menariknya lebih dekat.
"Kau—" ucapan Raka terputus karena tiba-tiba ponsel Manda berbunyi.
Pria itu pun menahan rasa kesalnya. Ia pun melepaskan tangan Manda dengan sedikit kasar.
"Angkatlah, ponselmu berisik sekali!"
Manda pun menurut. Ia mengambil ponsel di meja dan dengan cepat mengangkat teleponnya.
"Mba Inah, kenapa mba?"
"Apa? Rayyan memaksa ingin mendatangiku?"
"Baik, baik, aku akan kesana," sahut Manda terlihat panik.
Raka pun terkejut melihatnya. Wanita itu nampak sangat panik dan gugup. Ia bahkan salah mengambil tasnya.
"Manda.."
"Tuan, maaf saya izin ke lobi sebentar."
"Ada apa?"
"Maaf Tuan, saya harus pergi," ucap Manda panik dan hendak pergi.
Namun Raka menahan pergelangan tangannya.
"Aku tanya ada apa? Jawab pertanyaan atasan adalah kewajiban pegawai, Manda!"
"Anak saya datang Tuan. Maafkan saya sepertinya saya harus menemuinya dahulu," sahut Manda berusaha melepaskan tangan Raka.
Pria itu pun melepaskan cengkeramannya dan membiarkan Manda pergi meninggalkan ruang kerjanya.
Raka pun terdiam. Lagi-lagi kenyataan Manda telah memiliki anak membuatnya tak suka.
"Brengsek!"
...----------------...
"Rayyan kenapa kamu di sini sayang?" tanya Sarah yang tanpa sengaja melihat Rayyan di pusat informasi lobi kantornya.
"Aku mau ketemu mama, aku takut mama pulang malam lagi seperti tadi malam," sahut Rayyan.
Apa? Manda pulang malam? Acara hotel bukannya selesai jam 10 malam?
"Memangnya semalam mama pulang jam berapa sayang?" tanya Sarah.
"Mama—"
"Nona pulang jam 1 malam non," sahut Mba Inah.
Sarah terhenyak.
Jam satu malam? Dimana Manda dari jam 10 hingga jam 1?"
"Ehmm Rayyan, nanti Tante coba panggil mama ya, tapi Rayyan tunggu di sini dulu, oke?"
"Tapi nanti mama nggak datang gimana? Tadi malam saja mama lama sekali pulangnya walaupun sudah aku telepon, Tante."
"Emm, enggak kok sebentar ya."
Kehadiran Rayyan pun menarik perhatian beberapa karyawan yang lewat. Hingga hal itu tak luput dari Adelina. Wanita itu baru saja tiba di lobi dan melihat seorang anak lelaki berdiri di dekat pusat informasi.
"Anak siapa itu? Kenapa wajahnya terlihat familiar?"
"Rayyan," panggil Manda yang baru saja keluar dari lift.
Adelina langsung menoleh dan terkejut melihat Manda tengah berlari ke arah anak lelaki tersebut.
"Manda?"
"Jadi anak lelaki itu adalah anaknya?"