Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Tuan Zhang, saya adalah Ryan Shen. Terima kasih karena telah membantu kami," ucap Ryan sambil mengulurkan tangannya dengan penuh hormat.
Maximilian menerima salam itu dengan tenang, ekspresinya tetap datar dan terkendali. "Senang bekerja sama dengan Anda," jawabnya singkat, tapi matanya sempat melirik ke arah Cat yang berdiri di samping Ryan.
"Ryan adalah seorang dokter, dan telah banyak membantu para korban. Rela meninggalkan rumah sakit demi menjadi pekerja sukarela," jelas Luo Jin dengan nada bangga.
Lalu pandangannya beralih, "Dan ini adalah Cat Liu, seorang tabib muda yang hebat."
Maximilian menatap gadis itu lama, seolah ingin menembus pikirannya. Ia mengulurkan tangannya dengan tenang, bibirnya melengkung samar. "Senang bekerja sama dengan Anda, Nona."
Cat menahan napas sesaat sebelum menyambut uluran tangannya. Jemarinya menyentuh tangan Maximilian—dingin, tapi tegas. "Terima kasih, Tuan Zhang," ucapnya dengan suara yang terdengar santai, lalu cepat melepaskan genggamannya.
Selina yang sedari tadi mengamati mencondongkan tubuh sedikit, matanya berbinar penasaran. "Nona Liu, saya mendengar informasi bahwa seorang tabib terkenal telah menyelamatkan banyak korban. Awalnya saya mengira Anda seorang yang sudah tua… ternyata masih muda. Luar biasa."
"Nona Chen adalah tunangan Tuan Zhang," sahut Luo Jin, seakan sengaja mempertegas status itu.
Cat tersenyum kecil, "Nona Chen terlalu memuji. Ini hanya bagian dari kewajiban saya sebagai tabib," jawabnya ramah.
Ryan segera menepuk ringan bahu Cat, lalu berpaling pada Luo Jin. "Tuan Zhang, Pengurus Luo, kami harus ke rumah sakit untuk menjenguk para korban. Jadi, kami pamit dulu." Gerakannya seolah refleks, tapi cukup untuk menarik perhatian seseorang.
Pandangan Maximilian yang sejak tadi terpaku pada Cat, kini langsung beralih ke tangan Ryan yang merangkul pundaknya. Rahangnya mengeras, jemari tangannya mengepal di bawah meja.
Sesaat kemudian, Ryan dan Cat meninggalkan ruangan itu dengan tenang, seakan tanpa beban.
"Pengurus Luo, sepertinya mereka sangat kompak," komentar Selina dengan senyum
"Benar," jawab Luo Jin sambil tertawa kecil. "Dengan adanya mereka, kami benar-benar terbantu."
"Apakah mereka pasangan?" tanya Maximilian tiba-tiba, suaranya terdengar rendah, namun sarat tekanan.
"Banyak yang mengira begitu," jawab Luo Jin santai. "Tapi mereka tidak pernah mengakuinya. Meski begitu, saya sebagai atasan bisa melihat… mereka seperti pasangan sejati."
Tanpa disadari Luo Jin maupun Selina, Maximilian menahan emosinya kuat-kuat. Tangannya terkepal rapat di bawah meja, hingga buku-buku jarinya memutih.
Charles yang berdiri di sampingnya hanya melirik sekilas, tapi ia tahu betul apa yang terjadi di dalam hati bosnya. "Mencari Nona Liu selama empat tahun, dan setelah berhasil malah menemukan kalau nona sudah ada pasangan lain," batinnya getir.
Sementara itu, di toilet wanita, Cat sedang mencuci tangannya. Air dingin membasahi kulitnya, namun tidak mampu menenangkan guncangan hatinya. Ia menatap bayangan dirinya di cermin—mata yang lelah, wajah yang berusaha tenang.
"Semoga saja dia tidak mengejarku seperti dulu. Seharusnya tidak… Dia telah bertunangan. Lagi pula, dia tidak pernah mencintaiku. Sejak aku kabur, dia pasti sangat membenciku. Lebih baik dia membenciku… daripada memanfaatkan aku," batin Cat.
Maximilian melangkah masuk tiba-tiba dan mengunci pintu dari dalam.
"Tuan Zhang?" suara Cat bergetar, terkejut sekaligus waspada.
"Luar biasa, Nona Liu. Lama tidak bertemu. Mengapa tidak bertanya kabarku?" ucap Maximilian, langkahnya berat, matanya menajam saat mendekat.
Cat menegakkan tubuhnya, meski jantungnya berdegup kencang. "Walaupun aku tidak bertanya, terlihat jelas Anda baik-baik saja. Tuan Zhang… Anda tahu ini toilet wanita. Anda tidak seharusnya di sini." Ia mencoba melangkah ke pintu, namun geraknya tertahan oleh tubuh Maximilian yang mendekat.
"Apa hubunganmu dengan Ryan Shen?" suaranya tajam, jemarinya menahan bahu Cat agar tidak pergi.
"Dia rekanku. Cepat lepaskan aku," jawab Cat tegas.
Maximilian menunduk sedikit, wajahnya mendekat, nadanya rendah tapi penuh tekanan. "Rekan? Kenapa aku merasa kalian seperti pasangan?"
Cat menatapnya lurus, berusaha tetap tenang. "Tuan Zhang, apakah aku perlu izin darimu untuk bergaul dengan siapa pun?"
Sorot mata Maximilian meredup, lalu bergemuruh. "Cat Liu yang kukenal sudah berubah. Kau pergi dari hadapan pertunangan kita, meninggalkanku begitu saja. Kau berhutang padaku."
Cat menggertakkan giginya. "Berhutang? Tuan Zhang, Anda sudah bertunangan dengan Nona Chen. Kita harus menjaga jarak. Aku tidak ingin dianggap sebagai pihak ketiga."
Tiba-tiba terdengar suara Ryan dari luar. "Cat, apakah kau masih di dalam? Kau sudah lama di sana!"
"Aku baik-baik saja, sebentar lagi keluar!" seru Cat, suaranya sedikit terburu-buru.
Maximilian menatapnya lekat-lekat, jarak mereka hanya sejengkal. "Bagaimana reaksi Ryan kalau melihat kita berdua di sini… berdekatan begini?" bisiknya.
Cat menahan napas, lalu membalas lirih tapi tegas. "Anda adalah atasan kami. Apa yang Anda lakukan hanya akan mempermalukan diri sendiri. Saat ini… Anda dianggap pahlawan. Jangan membuat mereka merendahkanmu!"
Maximilian terdiam sejenak. Lalu senyum tipis muncul di bibirnya, samar tapi berbahaya. "Jawaban yang cerdas. Gadis remaja 18 tahun itu kini sudah dewasa."
Cat menegakkan kepala, tatapannya kokoh meski tubuhnya gemetar. "Semua orang akan dewasa pada waktunya. Terutama seseorang yang harus melewati jalan hidup penuh liku."
Maximilian mencondongkan wajahnya sedikit lebih dekat, hingga nafasnya terasa di wajah Cat. "Aku penasaran…" suaranya pelan, tajam, "apakah hatimu sudah benar-benar dimiliki pria lain?"
Cat menahan tatapannya, lalu berbisik dengan dingin, "Itu bukan urusanmu."
Mata Maximilian berkilat, namun sebelum jarak di antara mereka semakin menyempit, Cat berhasil menepis tangannya dengan cepat dan melangkah pergi, meninggalkan Maximilian yang berdiri kaku dengan rahang terkatup keras.
"Aku adalah atasanmu," suara Maximilian terdengar rendah namun penuh tekanan, menembus kesunyian. "Kali ini aku ingin lihat bagaimana kau bisa lari dariku."
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni