"Cium gue, terus semua masalah selesai."
"You're crazy!?"
"Kenapa gak? Sebentar lagi lo bakal jadi istri gue, jadi wajar dong kalau gue nyicil manisnya dari sekarang."
Kesya Anggraini Viorletta, gadis cantik, pintar, kalem, dan setia. Sayangnya, dia sudah punya pacar Kevin, ketua geng motor sekolah sebelah.
Menikah sama sekali gak pernah ada di pikirannya. Tapi wasiat almarhum papanya memaksanya menikah muda. Dan yang bikin kaget, calon suaminya adalah kakak kelasnya sendiri, Angga William Danendra cowok ganteng, atletis, populer, tapi badboy sejati. Hobi balapan, tawuran, keluyuran malam, dan susah diatur.
Bagi Angga, apa yang sudah jadi miliknya enggak boleh disentuh orang lain. Dia posesif, pencemburu, dan otoriter. Masalahnya, pacar Kesya ternyata musuh bebuyutannya. Dua ketua geng motor yang tak pernah akur, entah kenapa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 08 Ini Toilet Cewek Kak
Pukul 01.00. ketika sebagian besar orang sudah terlelap di alam mimpi, lain halnya dengan Angga. Pria itu masih membelah sepinya malam di jalanan luas yang tampak lengang, dihiasi pepohonan besar menjulang tinggi hampir di sepanjang sisi jalan. Entah kebetulan atau memang takdir, malam ini benar-benar hening tanpa satu pun pengendara lain yang melintas.
Brummn! Ckiitt!
Sejak beberapa hari lalu, kaca spion motornya memang sengaja ia copot, membuatnya tidak sadar jika dari belakang ada seseorang yang ternyata sudah mengikutinya entah sejak kapan. Hingga akhirnya, tepat di depannya, sebuah motor sport berwarna merah tiba-tiba menyalip dan menghentikan lajunya tanpa aba-aba sedikit pun.
“Shit!” Angga refleks mengumpat. Beruntung meski kepalanya pening setengah sadar, ia masih sempat menarik rem hingga motornya berhenti tepat waktu, tidak sampai menabrak motor yang mendadak menghadang itu. Padahal ia sudah ingin cepat-cepat rebahan di kasur, tapi Tuhan seakan menahannya untuk tidak pulang lebih cepat. Nyatanya, malah ada manusia entah dari mana datang, menghadang jalannya di jam-jam rawan makhluk halus bergentayangan begini.
Kevin, sosok pengendara motor itu, langsung turun dari atas tunggangannya. Setelah melepas helm full face, ia melangkah mendekat dengan ekspresi penuh amarah.
Angga berdecak sinis saat mengenali siapa orangnya. Begitu santai Kevin melepaskan helm, lalu menyingkap rambutnya ke belakang dengan gaya seolah dunia miliknya.
Set!
“Maksud lo apa deketin cewek gue hah?!” Kevin langsung menarik kasar kerah baju Angga begitu jarak mereka terhapus. Napasnya memburu, matanya pun memerah tak jauh berbeda dari Angga yang jelas-jelas sama-sama habis menenggak alkohol.
“Heh,” Angga mendengus meremehkan.
“Kalau ternyata gue udah selangkah lebih maju dari lo gimana?” tantangnya, angkuh dan sama sekali tak menunjukkan takut.
Bruk!
“Gue bunuh lo berani-beraninya rebut milik gue!” teriak Kevin, mendorong tubuh Angga keras hingga menabrak motor di belakangnya.
Syut! Bughl! Bugh!
Dan setelah itu, perkelahian pun pecah, tak bisa dihindari lagi. Di tengah malam gelap dengan penerangan rembulan, hanya suara serangga malam yang menjadi saksi adu jotos mereka berdua.
Bugh! Gyut!
“Aargh!” Angga meringis menahan sakit. Beberapa pukulan telak mendarat di wajahnya, sementara tangannya terpelintir ke belakang oleh Kevin. Namun dengan tenaga tersisa, Angga berhasil membalik keadaan sebuah tinju keras ia arahkan ke perut lawannya hingga Kevin mengumpat, refleks melepaskan cekalannya.
Bugh! Bugh!
“Uhuk! Uhuk!”
Dua pukulan beruntun dari Angga menghantam wajah dan perut Kevin tanpa ampun. Tubuh lawannya ambruk menghantam aspal.
Angga menyeringai, langkahnya gontai terhuyung akibat alkohol yang menguasai tubuhnya. Ia berjongkok di samping Kevin yang terkapar.
“Lo harus tau, gue bisa dapetin apa pun yang gue mau termasuk Kanaya,” bisiknya serak, menepuk pipi Kevin dengan congkak.
Kevin menggertakkan gigi, menahan sakit sekaligus marah. Dengan tenaga terakhir, ia mengangkat tangannya lalu…
Bugh! Duk!
“Shit!”
Tinju di sudut bibir dan tendangan keras ke perut sukses mendarat ke tubuh Angga. Seketika Kevin bangkit, meski tubuhnya limbung, dan kembali menerjang Angga yang terjatuh.
“Kanaya cuma punya gue bangsat!” pekik Kevin sambil melayangkan pukulan lain yang masih bisa dihindari Angga.
Set!
“Gak ada dua raja dalam satu singgasana. Lo cowok lo harus pilih salah satu, kalau gak siap tanggung risikonya!” sahut Angga penuh amarah. Dengan sisa tenaga, ia menendang perut Kevin hingga lawannya kembali terpelanting ke aspal.
“Woi! Siapa di sana! Lagi apa kalian!”
Suara teriakan orang-orang disertai sorot lampu senter membuat keduanya terpaksa menghentikan pertarungan. Angga buru-buru berdiri, menghampiri motornya, lalu kabur.
“Shit! Awas aja lo Angga!” maki Kevin sambil menyeka darah di bibirnya, kemudian dengan susah payah bangkit menuju motornya.
Drap! Drap! Drap!
...****************...
Pukul 06.30 Kanaya melangkah cepat menuruni tangga. Seragam sekolahnya sudah rapi, tas ransel tersampir di bahu. Naomi yang sibuk di dapur menoleh, heran melihat putrinya tumben pagi-pagi sudah siap.
“Loh Naya. Kamu udah mau berangkat?”
Kanaya berhenti sejenak. “Eh ma iya. Aku gak sarapan ya buru-buru soalnya ada piket. Jadi berangkat lebih awal biar gak telat.” Ucapnya sambil mencium punggung tangan sang mama.
“Oh iya aku juga gak bawa mobil. Dijemput temen, sekalian mau mampir ke toko buku dulu katanya.”
“Temen siapa? Cowok apa cewek? Kenapa gak ajak mampir sekalian sarapan dulu. Masa ke sekolah kosong perut gitu bisa sakit kamu,” tegur Naomi penuh curiga.
“Gapapa nanti aku sarapan di sekolah. Kan mama juga masih masak gak keburu kalau nunggu. Aku berangkat dulu ya. Bye ma…”
Naomi menghela napas, hanya bisa menggeleng gemas ketika putrinya nyelonong keluar.
Kanaya pun berjalan sampai pertigaan dekat rumah. “Ck baru jalan dikit aja udah ngos-ngosan. Gara-gara Kevin sih jadi harus diem-diem begini,” gumamnya. Ia mengeluarkan ponsel, lalu menelpon.
“Halo sayang. Udah jalan belum? Aku tunggu di pertigaan buruan.”
“Kenapa gak tunggu di rumah aja? Kan aku bisa jemput.”
“Ya hitung-hitung olahraga aja biar sehat. Lagian bosen juga kalau kelamaan nunggu.” Jawabnya, jelas bohong. Tujuan sebenarnya tentu untuk menghindari mamanya yang mungkin marah kalau tau Kevin datang menjemput. Apalagi semalam dirinya resmi bertunangan dengan Angga.
“Baru jam segini Naya. Yaudah tunggu aja aku bentar lagi sampai, tadi cuma mampir beli rokok.”
“Oke jangan lama-lama panas nih.”
Tak lama suara motor sport menggelegar. Kevin berhenti di sampingnya, masih berhelm.
“Nunggu lama ya? Harusnya kamu di rumah aja, jadi gak kepanasan.” Katanya sambil mengusap kepala Kanaya lalu menyodorkan helm.
“Baru juga lima menit. Kok cepet banget?”
“Ngebut dong,” Kevin terkekeh.
Kanaya mengenakan helm lalu naik ke motor. Tangannya spontan melingkar di pinggang Kevin. Mereka pun melaju. Sepanjang jalan Kanaya terus bercerita tertawa kecil, bahkan sesekali menepuk pundak Kevin. Untungnya Kevin tidak menyinggung lagi insiden menabrak Angga semalam.
Ckiitt!
Kurang dari 20 menit, motor berhenti di depan SMA Pelita Bangsa. Kehadiran Kevin jelas menarik perhatian murid-murid. Ketua geng motor Antares itu dikenal sebagai rival geng Black Venom, yang tak lain diketuai Angga.
“Pulang jam berapa?” tanya Kevin, membuka kaca helm.
“Belum tau mungkin sore. Kenapa?”
“Aku jemput di sini. Kalau pulang lebih awal kabarin.”
“Repot amat aku bisa naik tak...”
“Aku jemput. No debat.” Potong Kevin tegas.
“Belajar yang rajin. Jangan sampai deket-deket cowok lain lagi!” lanjutnya, menatap tajam.
“Yang ada juga aku yang harus ngomong gitu. Jangan godain cewek lain ya!” balas Kanaya.
Kevin tertawa kecil, mencubit hidungnya. “Kalau kamu setia, aku juga gak mendua. Aman.”
Setelah itu ia menutup kaca helm dan melaju pergi.
Kanaya pun berbalik, melangkah masuk sekolah dengan senyum tipis. Namun tanpa ia ketahui, Angga sudah lebih dulu ada di parkiran motor. Tatapannya penuh amarah saat melihat Kanaya begitu bahagia bersama Kevin.
Rafa di sampingnya berdecak. “Kampret Kevin baru juga deket udah bucin banget. Belum apa-apa kita kalah langkah Ga!”
Angga tak menggubris. Ia turun dari motor, melangkah mantap mengikuti Kanaya hingga tanpa sadar masuk ke toilet cewek bersamanya.
Klik!
Kanaya terkejut mendengar pintu terkunci. Saat menoleh, ia melotot kaget melihat Angga melangkah mendekat dengan wajah menyeramkan.
“K-kak Angga ngapain masuk sini?! I-ini toilet cewek kak!”