NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Boneka yang Hidup

Suara teriakan Alsid menggema memenuhi kamar kos mereka. Tubuhnya jatuh terduduk di lantai, bersandar pada dinding dengan napas terengah. Kakinya terangkat ke atas, gemetaran tak terkendali. Pandangannya tak lepas dari sosok cantik di depannya—boneka itu. Boneka yang sebelumnya ia beli dengan iseng, kini berdiri tegap, menatapnya dengan kepala miring dan senyum menyeringai yang begitu menyeramkan.

"A-apa... apaan ini...!" Alsid tergagap, matanya membelalak.

Refleks, matanya menoleh ke bawah, dan ia melihat sandal yang masih menempel di kakinya. Dengan panik, ia menendang lepas sandal itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi, hendak menggeplak si boneka. Namun tangan yang gemetar tak mampu menurunkannya.

Ia hanya mengambil ancang-ancang dengan wajah yang membiru dan mata terbelalak, tapi sungguh tubuhnya tak bisa bergerak. Hanya mematung di tempat.

"Jangan...!" suara kecil tapi jelas terdengar dari arah boneka.

Alsid membeku. Tangannya yang hampir melayang pun tertahan di udara. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Dan ia tak henti-hentinya gemetaran. Mana bisa boneka hidup? Memangnya masuk akal yang seperti itu??

"Jangan takut... aku tidak ingin menyakitimu. Aku hanya... minta tolong," lanjut si boneka dengan suara yang nyaris terdengar seperti suara gadis yang merdu, namun kosong dan dingin.

Alsid masih membeku. Matanya menatap boneka itu seolah mencoba memahami apakah ini mimpi atau kenyataan. Tubuhnya tak bisa digerakkan. Ketakutan telah melumpuhkannya.

Di belakangnya, Demian yang masih terduduk lemas, berusaha merangkak mendekat. Ia tak sekuat tadi, tenaganya terkuras habis saat menarik tali gaib dari tubuh Alsid. Namun mendengar suara boneka, ia tahu ini bukan hal biasa.

"Dia... bicara?" tanya Demian pelan.

"Iya, lu pikir itu suara gue jadi Lucinta Luna?? Kagak!! ITU SUARA DIA!! SUARA BONEKA GILA!!" jawab Alsid tanpa menoleh, suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam napas yang memburu. Ia sungguh ketakutan.

Boneka itu menunduk sedikit, lalu perlahan duduk di lantai dengan posisi kaki yang ditekuk kebelakang seperti manusia. Tangannya terlipat rapi di pangkuan.

"Maaf... aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini, tapi aku benar-benar tidak ingin menakutimu," katanya.

"Nggak!! Dari awal juga ini gak bisa di jelasin!! Boneka ngomong?? Boneka gerak? Hantu dan kesurupan? Anj*ng!! Apa gue udah gila sekarang? Apa gue udah di dunia lain, dan elu.. sama elu.. halusinasi doang?!" ia menunjuk Demian dan si Boneka cantik.

Demian hanya menyipitkan matanya, kesal. "Ya aku juga kaget oon!! Tapi ini bukan mimpi juga kali!! Dia itu.. boneka itu betulan bergerak kan? Dia berisi hantu, dia kesurupan!!" pekik Demian, menambah adrenalin Alsid yang sudah membuncah sejak tadi. "Kan udah ku bilang gak boleh melihara boneka atau patung, entar jadi sarang jin!!"

Alsid mengernyit. "Kapan lu ngomong begitu ke gue?"

Demian terkejut. "Hah? Emangnya gak ada ya? Perasaan ada deh ku bilang."

Alsid masih menggenggam sandal di tangan kanannya, tapi kini perlahan-lahan ia menurunkannya sambil menatap si boneka.

Mau bagaimana pun, mau dia hantu pun, tapi dia tak terlihat menyeramkan, malah cantik. Dan seperti AI, manusia AI.

"Lu... lu siapa? Dan elu ini, apa?" tanya Alsid.

Boneka itu terdiam sejenak. "Aku tidak tahu apa aku. Aku lupa. Aku hanya ingat... namaku Celia. Dan terakhir aku berada di sekitar rumah sakit. Lalu, aku melihat banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana."

"Aku berlari, memanggil mereka, namun tak ada yang mendengar. Lalu aku berusaha menyentuh mereka, tapi ternyata..." boneka itu terlihat sedih hingga mulutnya tertekuk. "Ternyata aku hanya bisa menembus mereka, aku tak bisa menyentuh mereka. Dari situ aku berpikir, berarti aku bukan manusia lagi. Aku sudah mati." wajah Alsid dan Demian terbelalak, dan seketika mereka merasa iba mendengarnya.

"Aku menangis kencang, berhari-hari. Tidak lapar, hanya lelah. Dan aku merasa kesepian, sendirian. Meski banyak orang, aku tak dihiraukan. Akhirnya aku keluar dari tempat itu, berjalan disekitaran halaman rumah sakit. Dan saat itu, aku melihat hal yang berbeda. Kamu..." Ia menatap Demian dengan matanya yang bulat kosong. "Kamu bercahaya... tapi bukan cahaya biasa. Bukan lampu atau lilin. Saat itu aku sadar, kamu berbeda dari manusia lainnya."

Demian menelan ludah, mencoba mengatur pikirannya yang berantakan. "Bercahaya? Maksudmu... apa?"

Boneka yang bernama Celia tersebut menggigit bibir bawahnya. "Kamu memiliki warna yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Hanya beberapa orang yang memilikinya, dan mereka bisa melihat... kami. Itu adalah, cahaya Indigo."

Deg!!

Demian tercekat.

Alsid menoleh ke Demian dengan mata setengah melotot. "Lu... lu beneran bisa liat hantu? Jadi... selama ini semua yang lu bilang itu bukan akting, ya? Lu beneran bisa lihat hantu dan sejenisnya?"

Demian mengangguk ragu. "Aku enggak tahu kenapa, tapi dari kecil aku bisa ngerasain dan kadang ngelihat sesuatu yang gak bisa diliat orang lain. Tapi... aku sendiri pun bingung, karena sering ngeliat sesuatu yang serem, aku... aku selalu ketakutan sama beberapa hal yang seharusnya gak perlu."

"Dan itu hanya terjadi di waktu-waktu tertentu, gak yang langsung bisa aku liat semauku. Dia terlihat sendirinya, dan kadang aku sendiri juga gak sadar itu hantu atau manusia. Itu benda gaib atau kasat mata. Semuanya aneh, dan aku benci semua itu."

Alsid menutup mulutnya sendiri. "Gila... jadi ini alasan elu penakut banget jadi laki-laki, padahal rajin shalat juga tapi masih penakut. Gue juga baru kali ini liat manusia sepenakut elu, serius... mana laki-laki lagi! Kayak boty!"

Demian menyipitkan matanya, sebal. "T*ik kamu!!"

Boneka itu kembali menarik perhatian mereka. "Aku hanya ingin kembali. Kalau aku mati, tidak semestinya aku didunia ini lagi. Aku terjebak di antara dunia dan gaib... entah sampai kapan. Tapi sejak melihatmu, Demian, aku merasa... mungkin kamu bisa menolongku."

Demian duduk bersila di lantai. Napasnya mulai stabil meski tubuhnya masih basah oleh keringat dingin. "Oke... tenang dulu. Aku gak tau bisa atau enggak menolongmu. Tapi, kita coba pecahkan ini pelan-pelan. Kamu bilang kamu dari rumah sakit?"

Boneka itu mengangguk. "Aku sering berada di lorong-lorong rumah sakit. Tapi tak ada yang bisa melihatku. Sampai kamu datang. Kamu berlari masuk ke dalam peti, lalu aura itu membuncah. Aku mengikutimu... dan aku masuk ke dalam boneka ini, hanya saja... aku terjebak di dalam sini dan tak bisa keluar lagi."

Alsid mendengus. "Masuk ke dalam boneka? Berarti kamu kayak jin gitu?"

Celia menggeleng. "Aku tidak merasa seperti jin. Aku... lebih seperti... arwah yang belum selesai. Aku merasa ada sesuatu yang harus aku lakukan. Tapi aku lupa apa itu. Aku hanya tahu... aku tidak seharusnya ada di sini."

Demian memejamkan mata sejenak. Kepalanya berdenyut. Semua ini terlalu cepat. Tapi setelah kejadian malam ini, ia tak bisa lagi menyangkal bahwa kemampuannya lebih dari sekadar "bisa merasa". Ia benar-benar bisa berinteraksi.

"Kalau kamu masuk ke boneka setelah liat aku, artinya kamu ngerasa aku bisa membantumu keluar dari boneka juga?" tanya Demian.

Boneka itu diam sesaat, lalu mengangguk pelan. "Ya... aku tidak tahu caranya. Tapi aku percaya kamu tau dan bisa."

Alsid mengangkat satu alis. "Dan kalau lo udah keluar, lo bakal... hilang? Ke alam lo?"

"Itulah yang kuharap," jawab Celia. "Aku ingin istirahat. Aku lelah. Dunia ini... terasa benar-benar sepi."

Suasana mendadak sunyi. Ketiganya hanya terdiam, masing-masing larut dalam pikiran mereka. Di luar, angin malam masih bersiul lembut melalui celah jendela yang tak tertutup rapat.

"Apa kamu punya ingatan lain?" tanya Demian.

Boneka itu menggeleng. "Hanya sekelebat. Ruangan putih. Bau obat. Suara tangisan... dan... seseorang yang berkata padaku untuk tidak tidur. Tapi aku tetap tidur... dan setelah itu aku berada di sini."

Alsid menghela napas panjang. Ia menurunkan kedua kakinya perlahan ke lantai, tapi tetap menjauh dari boneka. "Gue enggak tahu ini nyata atau mimpi... tapi kalau lo emang cuma minta tolong, kita bakal bantu. Tapi, tolong... jangan munculin diri lo tiba-tiba kayak tadi. Gue hampir jantungan."

Boneka mengangguk. "Maaf. Aku akan berusaha lebih hati-hati. Aku juga belum terbiasa memakai tubuh ini, jadi aku kesulitan bicara dan berjalan waktu itu."

"Nah!! Waktu itu juga lu nakutin gue tuh perihal itu!!" sambar Alsid.

"Aku juga takut!! Kamu juga kenapa pakai hp Alsid buat ngefoto kami berdua? Itu nyeremin tau!!" tambah Demian.

"Itu... aku penasaran, cuma salah pencet aja, dan bingung bagaimana cara menghapusnya." terang Celia si boneka.

Demian berdiri perlahan. "Oke. Kita bakal cari tau cara buat ngebantu kamu. Tapi mulai besok pagi. Malam ini... kita semua butuh tidur."

Alsid mengangguk cepat. "Setuju. Sangat setuju."

Boneka itu pun duduk diam di pojokan kamar, tak lagi bergerak. Entah karena memang tak bisa, atau karena ia ingin menghormati ketenangan mereka.

Demian kembali ke tempat tidurnya dan menarik selimut sampai ke dagu.

"Demi apapun, besok pagi.. kayaknya kita harus bakar boneka berhantu itu." bisik Alsid, membuat Demian terkejut.

"Apa katamu?" sergahnya.

Bersambung...

1
a_
/Smile/
Nurindah
/Heart/
Nana Colen
aduuuuh alsid kho usil banget siiiih... itu kaya nyakeluarganya alsid deeeh
Rizka Yuli
bagus ceritanyaa,bikin penasaran
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!