Kehidupan seorang gadis cantik bernama Calista Angela berubah setelah kepergian Ibunya dia tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Ayahnya menikah dengan Ibu dari sahabatnya, dan semenjak itu, Calista selalu hidup menderita dan sang Ayah tidak lagi menyayanginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Pertemuan
Bagas sudah bersiap untuk bertemu dengan salah satu pengusaha Muda sukses. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Tidak banyak yang bisa bertemu langsung dengannya tapi, sebuah keberuntungan karena dirinya diundang secara khusus untuk bertemu.
"Pagi Pa, Ma." Sapa Talita tersenyum yang sudah menunggu dimeja makan.
"Pagi sayang.."
Tidak lama Calista datang, dia langsung duduk dan meneguk susu cokelatnya.
"Papa tumben pagi-pagi sudah bersiap, memangnya mau kemana Pa?"
Silvia tersenyum sembari mengambil sarapan untuk suaminya.
"Hari ini Papa akan bertemu dengan orang pentin. Kamu doakan ya sayang supaya papa bisa bekerjasama dengannya."
"Orang penting siapa Pa?"Ucap Calista yang juga penasaran.
"Dia seorang pengusaha muda, sukses dan perusahaannya sudah banyak diberbagai negara."
"Waw,, Masih muda Pa?"
"Memangnya kenapa sayang, kamu mau dikenalin sama dia?" Lanjut Silvia tersenyum.
Talita tersenyum malu dan menyuapkan nasi goreng. Sementara Calista hanya mengangkat bahunya dan tidak lama berdiri.
"Aku berangkat dulu." Ucapnya namun Silvia segera mencegah.
"Tunggu Calista, Ada yang mau Mama bicarakan dan mumpung kita semua kumpul."
"Aku masih harus bertemu dosen. Aku sibuk."
"Calista, duduk.!" Tegas Bagas membuat Calista kembali duduk.
"Makasih Nak, Mama cuma sebentar kok." Ucap Silvia membuat Calista memutar bola matanya malas.
"Mas, bukankah Talita juga sudah dewasa bahkan umurnya juga hanya berbeda dua bulan dengan Calista. Jadi, menurut aku kalau sebaiknya Talita kita belikan mobil sama seperti Calista. Biar dia bisa kemana-mana sendiri tanpa diantar supir. Gimana menurut Papa."
Bagas terdiam seakan berpikir, sedangkan Cantika hanya menggeleng.
"Ya kalau memang Talita mau bisa Papa belikan."
"Aku mau Pa."
"Nanti Papa minta orang untuk mencarikan mobil yang cocok buat kamu. Sekarang Papa harus berangkat."
"Papa tunggu." Cegah Talita membuat Bagas menoleh.
"Ya Talita kenapa.?"
"Em boleh gak Pa kalau aku mau mobil sama seperti Kak Calista."
"Engga Engga, gue gak mau ya Samaan sama Lo."
"Apa sih Kak, gapapa dong kan kita kakak adik. Boleh ya Pa."
"Iya sayang, nanti Papa minta buat cari mobil seperti kakak kamu ya."
"Makasih Pa."
Bagas mengangguk dan berjalan keluar. Sedangkan Calista kembali menggeleng dan menatap dua wanita yang seperti benalu dalam keluarganya.
"Kemarin Credit Card dan sekarang mobil, besok mau apa lagi Hem? Kalian mau porotin Papa gue?"
"Jaga mulut kamu Calista, sekarang sudah jadi hak kami buat menikmati harta Papa kamu." Ucap Silvia menatap Calista.
"Papa Lo Papa gue juga kalau Lo lupa."
"Terserah kalian, tapi ingat gue gak bakal biarkan kalian menguasai harta keluarga gue."
Calista mengambil tasnya dan beranjak bangun.
"Calista, apa maksud Lo Hah.!"Teriak Talita kesal.
"Sayang udah, percuma kamu teriak."
"Tapi Ma, dia udah keterlaluan."
"Biar dia mau bicara apa sayang, yang penting sekarang Papa berpihak dengan kita."
Talita tersenyum dan mengangguk. "Mama benar, dan aku seneng banget akhirnya aku bisa punya mobil sendiri Ma."
Silvia tersenyum dan memeluk putrinya.
Sedangkan Bik Iyem hanya menggeleng dengan kelakuan mereka.
Astaga mereka begitu serakah. Kasihan non Caca..
*******
Bagas sudah berada disebuah tempat dimana akan bertemu dengan Leonal. Dia sudah sangat percaya diri karena pasti mereka akan bekerjasama.
Beberapa menit menunggu akhirnya dua orang laki-laki dengan setelan jas berwarna hitam berdiri dihadapannya.
"Selamat pagi Tuan Bagas."
Bagas mendongak dan tersenyum. Dia segera bangun.
"Selamat pagi."
"Maaf kami sedikit terlambat."
"Tidak masalah, silahkan duduk."
Zidan menunduk dan terlihat Leon duduk di kursinya diikuti Zidan Asistennya.
"Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu langsung dengan Anda Tuan Leonal. Saya benar-benar beruntung."
"Ini hanya kebetulan." Jawab Leonal singkat.
"Baiklah, ini proposal yang saya ajukan untuk kerjasama kita nantinya. Anda bisa lebih dulu melihatnya."
Zidan menerimanya dan memberikan kepada Leon. Bagas terus tersenyum percaya diri.
"Asisten saya akan menginformasikan lebih lanjut bagaimana nantinya."
"Baik Tuan, saya berharap kita bisa bekerjasama. Bahkan perusahaan saya sudah banyak bekerjasama dengan perusahaan lain."
"Ya saya sudah mendengarnya."
Bagas mengangguk.
Sementara Leon, dia terus menatap Bagas. Bayangan bagaimana Bagas memperlakukan Calista. Semua itu membuatnya harus menahan emosi. Dia tidak bisa langsung menghancurkannya.
"Jika Tuan Leon tidak sibuk bagaimana jika kita mengobrol. Maksud saya kita minum teh dan membicarakan soal Perusahaan atau-
"Saya tidak terlalu sibuk hari ini, jadi baiklah kita bisa minum teh atau kopi."
"Terimakasih Tuan Leon."
Zidan mengangguk dan tidak lama seorang pramuniaga langsung menyiapkan sesuatu yang memang Bagas sudah pesan sebelumnya.
Leon terus menatap Bagas yang duduk dihadapannya. Tatapan yang begitu tegas namun tetap tenang.
Zidan yang berada disampingnya pun hanya diam dan mengambil ponselnya saat bergetar.
"Maaf Saya angkat telpon dulu." Pamitnya berjalan menjauh.
Dan kini hanya tersisa Bagas bersama Leon, bahkan teh pesanan mereka pun sudah datang.
"Maaf Tuan Leon apa saya boleh bertanya sesuatu. Tapi ini soal kehidupan anda."
"Silahkan."
"Banyak yang begitu penasaran dengan Anda, apalagi Anda yang sangat jarang bertemu dengan orang lain. Apa Anda sudah memiliki istri? Maaf jika pertanyaan saya lancang."
Leon mengangguk dan masih diam membuat Bagas menelan ludahnya kasar. Tatapan Leon sangat tajam bahkan Bagas sendiri merutuki dirinya sendiri kenapa bisa bertanya soal privasi Leon.
"Saya belum menikah. Tapi saya sudah memiliki seseorang dalam hati saya."
"Oh Anda sudah tunangan?"
"Belum."
"Jadi seorang kekasih?"
"Maaf Tuan Leon." Potong Zidan dengan memberikan ponselnya.
Leon terlihat membacanya dan mengangguk.
Zidan yang sudah mengerti pun langsung membalas pesan di ponselnya.
"Baiklah, Saya masih ada urusan."
"Silahkan Tuan, terimakasih atas waktunya. Dan saya sangat berharap jika bisa bekerjasama dengan Anda."
Leon beranjak bangun dan berjalan diikuti Zidan dibelakang. Bagas menghela napasnya dan kembali duduk.
Saya sudah banyak bertemu dengan berbagai orang dalam kalangan bisnis. Tapi kenapa bertemu dengan Leonal Harits seakan mempertaruhkan hidup.
Bagas mengusap wajahnya. Tapi setidaknya proposal yang sudah dia buat dengan begitu detail sudah berada ditangan mereka.
Setidaknya proposal sudah berada di tangan mereka dan aku harus sering menghubungi mereka. Tapi soal kehidupan pribadi Leon, dia belum menikah dan menjaga perasaan seseorang.? Jadi dia sudah memiliki kekasih ternyata.
Bagas terdiam, dia lantas beranjak bangun dan meninggalkan restoran untuk kembali ke Perusahaan.
Didalam mobil, Leon terdiam menatap keluar jendela.
"Maaf Tuan apa mereka juga harus mengikuti Nona Calista sampai didalam kampus?"Ucap Zidan menatap Leon lewat spion dalam mobil.
"Ya, Pastikan tidak ada yang mengganggunya."
"Baik Tuan."
Akan aku pastikan tidak ada satu orang pun akan akan berani mengganggumu -My Little Girls-
karya ka encha emang best bgd