Irhaf, seorang pemuda pemain sepakbola berusia 21 tahun yang bermain di liga 2 Indonesia. Dulu ia pernah dilirik oleh klub-klub besar karena memiliki bakat cemerlang tapi semuanya berubah sejak ia menderita cidera lutut yang parah.
Di suatu malam Irhaf mendapatkan email yang menawarkan kesempatan untuk melakukan uji coba di klub dengan nama yang asing bagi irhaf dan mengaku berlaga di liga 1.
Dan suatu keanehan pun terjadi....
Like dan Komentar jika kalian suka cerita ini...
Setelah sekitar 4 tahun sejak novel terakhir saya di akun lain saya yang udh ilang. akhirnya saya coba bikin lagi.
Masukan dan saran saya terima 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhaf01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecepatan Yang Mengejutkan
Rata-rata pemain timnas berada di peringkat Emas menurut ASA. yang tertinggi Adalah Levi Jansen yang tepat berada di 84.
Levi saat ini bermain di klub Varena yang berlaga di Lega d'Oro Romalia. Bahkan dia adalah salah satu gelandang utama andalan pelatih.
Lalu ada Kelvin Van Bosch yang bermain di Erste Division Gerain yang berada di memiliki nilai rata-rata 83,33.
Sisa pemain lainnya berada di 80 kebawah dan yang terbawah adalah Dimas Groni yang nyaris berada di tingkat Silver, rata-ratanya adalah 75.
Dimas berasal dari klub Barong FC dan salah satu dari sedikit pemain Liga lokal yang dipanggil Pieter.
Karena level liga yang belum begitu baik membuat Pieter Kesulitan untuk mencari pemain bagus dari liga lokal.
Pemain liga lokal yang dipanggil Pieter diantaranya hanya Irhaf, Dimas, Niken, dan Ricko. Sedangkan 18 pemain lainnya berasal dari luar liga Lokal. Beberapa Pemain bermain di liga-liga Eumma dan beberapa masih berada di Athelgardia.
Namun sebagian dari mereka hanya bisa menjadi pemain pengganti di klubnya. Irhaf sebagai salah satu dari sedikit pemain lokal, merupakan pemain dengan rata-rata tertinggi di tim.
Pada saat ini Irhaf sudah berada di lapangan bersama pemain lainnya. Setelah pemanasan dan briefing, tim segera di bagi menjadi 2 tim untuk pertandingan internal seperti rencana yang kemarin disampaikan Pieter.
Irhaf dikelompokkan bersama tim putih yang bersebrangan dengan Verbeek sang kapten yang berada di tim merah.
Susunan pemain Tim merah adalah
Kiper : Ermilo D
Bek : Arsami M, Rozy, Joris I, Ruben V
Gelandang : T Verbeek, Marselo D, L Jansen
Penyerang : Regy V, Rafa T, Niken S
Sedangkan susunan tim putih adalah
Kiper : Markus S
Bek : Andika U, Dandy D, Hurner J
Gelandang : Kelvin VB, Ricko F, Jacobs J
Penyerang : Dimas G, S Irhaf, R Danang.
Para pemain pun sudah siap diposisi masing-masing yang sudah ditentukan pieter.
Dengan Pieter meniup peluit, tim merah pun melakukan kick off.
Pada awal pertandingan, laju permainan tidak begitu intens. Para pemain masih menyesuaikan tubuh mereka dengan kondisi cuaca yang terik.
Kedua tim masih melakukan umpan-umpan pendek untuk menguasai bola tanpa terburu-buru untuk menyerang.
Sampai pada menit ke-7 tim merah segera meluncurkan serangan mereka. Dimulai dari Jansen yang menggiring bola dengan lihai dan kemudian mengoper bola ke Niken, tapi sayangnya Kelvin mengantisipasi umpan tersebut dan berhasil memotong jalur umpan.
Kelvin yang menguasai bola segers melakukan umpan pendek ke Jacobs yang segera berlari membawa bola.
Namun Verbeek dengan pintar memposisikan dirinya untuk menghadang di depannya sekaligus menutup ruang terobosan yang memaksa Kelvin untuk mengumpan ke belakang.
Ricko menerima umpan tersebut dan kemudian meneruskan bola ke Irhaf di tengah yang berada di ruang terbuka.
Irhaf menerima bola dengan nyaman dan berbalik berusaha untuk membawa bola ke area penalti.
Marselo dengan cepat menghampiri Irhaf dan menggunakan tubuhnya untuk mendorong Irhaf.
Walaupun dia bukan pemain yang dikenal dengan kekuatannya, dia bermain di liga 2 Inggers yang dikenal dengan konfrontasi fisik yang intens.
Tapi kemudian mata Marselo melebar seakan tak percaya dengan apa yang ia rasakan. Ia merasa jika ia tidak menabrak manusia melainkan sebuah tembok besi.
Ia tidak tahu bagaimana Irhaf mendominasi liga 1 Insana. Dia hanya melihat postur tubuh Irhaf yang nampak tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Perbedaan kekuatan membuat Marselo terpental dan terjatuh usai membenturkan tubuhnya ke Irhaf.
Meninggalkan Marselo yang tersungkur, Irhaf melanjutkan aksinya membawa bola.
Saat ia semakin dekat dengan kotak penalti, Joris datang bersama Rozy berusaha untuk merebut bola.
Tanpa memperlambat lajunya, Irhaf melirik Danang yang berlari di sayap kiri.
Tanpa basa-basi Irhaf langsung mengoper bola ke Danang.
Lalu dia terus berlari menghindari tubuh Joris dan Rozy.
kemudian ia meminta bola kembali dari Danang yang kemudian segera ia tanggapi.
Namun, kualitas umpan Danang begitu buruk sehingga bola melebar dan malah lebih dekat dengan kiper.
Sesuai mengoper bola, Danang langsung sadar akan kesalahannya dan memegang kepalanya dengan kedua tangan karena menyesali itu.
Namun Irhaf tidak menyerah, Dalam pertandingan simulasi terutama saat mengintegrasikan exp Jake dia sering menerima umpan seperti ini.
Walaupun pada awalnya ia kesulitan, tapi berkat kecepatannya yang meningkat. Ia beberapa kali berhasil mengejar bola.
Melihat bola ini suatu pikiran muncul dibenaknya yang mengatakan
"Ini adalah kesempatan"
Dan sepersekian detik kemudian Irhaf segera tancap gas dengan kecepatan maksimal untuk mengejar bola itu.
Pandangan dan pikirannya hanya tertuju kepada bola.
Ermilo yang melihat bola datang segera berlari kedepan untuk menyambut bola.
Saat dia hampir memegang bola, Siluet manusia muncul dan mencuri bola dari pandangannya.
Tentu saja itu adalah Irhaf. Dengan akselerasi dan ledakan kecepatannya yang cepat, Ia berhasil sampai pada bola lebih dahulu dibanding Ermilo.
Ia menyenggol bola dengan kaki kirinya ke kanan. Kemudian tanpa ba-bi-bu dia menggunakan kaki kanannya untuk mengirim bola ke gawang yang sudah tidak terjaga.
Semua ini dia lakukan sambil menghindari tabrakan dengan Ermilo yang tentunya sulit dilakukan saat kecepatan tinggi.
Ia memiringkan tubuhnya kekiri dengan cepat sambil berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya agar bola yang ia lepaskan tidak meleset.
Setelah hening sejenak, pieter meniup peluit dan mengesahkan gol ini.
Priiiiitttttt*
Gol Irhaf lagi-lagi membuat mata yang melihat duel antara Irhaf dan Ermilo menjadi melotot tak percaya.
Danang yang tadinya memiliki tatapan menyesal kini melongo tak percaya dengan kedua tangan yang masih di kepalanya.
Kecepatan ini bukanlah kecepatan yang yang seharusnya dimiliki oleh pemain lokal.
Dan pieter juga belum pernah melihat Irhaf menunjukkan kecepatan ini dari semua pertandingan liga yang ia tonton.
Ledakan kecepatan ini mengingatkannya pada seseorang yang pernah menjadi lawannya. Orang itu sering dijuluki sebagai anak angin.
Setidaknya ia pernah menghadapinya 2 kali dalam karirnya.
Pertama kali saat final piala Eumma di tahun 2000, kala itu ia mewakili Hollaria melawan Inggers dan berhasil meraih kemenangan.
Lalu ia bertemu kedua kalinya saat semifinal Liga Eumma pada tahun 2001, Ia mewakili klub besar dari NO Liga yang berasal dari negara Pannish. Dan orang itu bermain untuk klub dari liga Inggers.
Sayangnya dipertemuan keduanya, ia kalah 1 : 0 yang membuat timnya gugur.
Tapi dari dua pertemuan itu, ledakan kecepatannya orang itu adalah hal yang paling membuatnya terkesan.
Dan kini Irhaf menampilkan kecepatan yang mirip dengan orang itu yang membuatnya kaget sekaligus bersemangat karena ini mungkin bisa menjadi senjata lain yang bisa ia gunakan.
Pertandingan pun dilanjutkan, setelah gol ini kedua tim mulai bersemangat dan saling menyerang satu sama lain.
Kedua kiper di masing-masing tim juga menunjukkan kemampuannya menjaga gawang.
Tendangan Rafa beberapa kali meleset dan beberapa kali berhasil digagalkan oleh Markus.
Tendangan Irhaf juga beberapa kali berhasil digagalkan oleh Ermilo.
Kemampuan Ermilo tidak diragukan lagi. Ia juga bermain di lega d'Oro dan menjadi kiper utama walaupun hanya bermain untuk klub papan bawah yang baru promosi.
Skor akhir dari pertandingan ini adalah 3 - 2 dalam 45 menit.
Irhaf dengan mencetak 2 gol dan satu assist berhasil membawa tim putih menjadi pemenang.
Disisi lain gol tim merah berasal dari pemain sayap Regy dan gelandang serang Marselo.
Regy saat ini bermain untuk klub di EreLiga Hollaria. Dan Marselo bermain di liga 2 Inggers.
Pieter cukup puas dengan performa yang ditampilkan pada pemain dalam latihan kali ini. Tapi ia lebih bersemangat untuk mengetahui kecepatan spesifik Irhaf.
Dia pun mendekati Irhaf dan bertanya dengan menggunakan bahasa Hollaria karena belum lancar berbahasa Insana.
"Hei nak, apa yang kau tunjukkan tadi sangat mengejutkanku, Terutama kecepatan. Berapa kecepatan maksimal mu. Kamu pasti pernah menguji itu di klub kan?" tanya Pieter
"Ah terima kasih pak, pada awal musim dalam jarak 30 m saya hanya mencapai 3,8 detik dan 11,2 detik pada jarak 100 m.
Tapi sejujurnya saya merasa kecepatan saya meningkat jauh dibandingkan dengan awal musim dan saya tidak tahu kecepatan spesifik saya." Irhaf menjawab dengan jujur.
Setelah integrasi Kartu Exp Jake, ia belum pernah menguji kecepatannya.
Pieter yang mendengar penjelasan Irhaf segera meminta Irhaf untuk menguji kecepatannya besok pagi.
Irhaf pun segera menyanggupi itu.
Karena matahari sudah bertengger di atas kepala, Pieter membubarkan pemain dan mengatur pemain untuk mandi air es dan melakukan pijat fisioterapi untuk segera memulihkan dan menyegarkan kondisi tubuh mereka usai berolahraga di bawah panas terik yang cukup ekstrim.
Setelah beberapa rangkaian pemulihan selesai, Irhaf kembali ke kamarnya dan mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
Tapi dia juga menantikan hari esok. Ia juga penasaran dengan kecepatan yang dia miliki saat ini.
Namun berapapun kecepatan yang ia miliki, Irhaf masih merasa belum cukup. Dia hanya baru maju beberapa langkah, masih ada jalan yang panjang baginya untuk menjadi pemain terbaik di dunia...
...
...
...
Bersambung....