Perempuan yang sangat menyukai anak kecil yang dibesarkan di panti asuhan lalu mendapat pekerjaan sebagai pengasuh dan guru les untuk anak laki-laki berumur 5 tahun. Namun tidak disangka, ia menemukan jodohnya yang tidak lain om dari anak tersebut. Berawal dari rasa jengkel lalu menjadi cinta .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fega Meilyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raka ingin ikut lomba
"Hanna, bisa kan kamu ajarin Cathy masak?"
"kok sama dia tan?" Cathy mengernyitkan alisnya, "kan aku mau belajar masak sama tante", sambung Cathy.
"loh yang masak pas kamu kesini kan Hanna bukan tante"
"gila males banget gue belajar sama dia! eh tapi kok ada yang aneh ya..." Batin Cathy.
"bukannya tante bilang kalau yang masak kemarin itu calon istrinya kak Adit ya?"
"betul, ya ini dia Hanna"
wajah Cathy tampak kesal, "kenapa si dia selalu jadi saingan gue! dulu papa sekarang keluarga Narendra".
Bu Ratna beranjak pergi meninggalkan mereka berdua di dapur.
Hanna tampak tak enak hati harus berurusan lagi dengan Cathy, masih ingat betul bagaimana kalau papanya hanya menganggap Cathy sebagai anak satu-satunya mereka.
"yaudah kamu mau belajar masak apa?"
"terserah lo!"
****
Arka begitu penasaran tentang masa lalu Hanna, sampai ia menyuruh orang suruhannya mencari semua informasi tentang Hanna. Mulai dari masa lalau, keluarganya atau segala problematik kehidupannya.
Beberapa saat kemudian, Arka mendapat telpon dari anak buahnya.
[ Halo bos! Saya berhasil mendapatkan informasinya ]
[ katakan! ]
[ Nama lengkapnya Clarisha Hanna Wijaya bos anaknya Adnan Wijaya dan Hanindita. Tinggal di panti asuhan bersama ibunya sejak ia berumur 12 tahun. Hanna dan ibunya diusir dari rumah 7 tahun yang lalu dan ia tinggal bersama kakak dari ibunya]
[ apa kamu tau alasannya kenapa mereka diusir? ]
[ saya kurang tau bos, tidak ada informasi lagi soal itu. Sepertinya sudah ditutupi bos agar keluarga Wijaya tidak tercoreng nama baiknya]
[baiklah, kerjaan kamu bagus. Nanti saya akan transfer ke kamu]
[baik bos terimakasih]
Setelah menutup ponselnya, Arka berpikir sejenak.. Kepada siapa ia akan meminta penjelasan atas semua ini? Apakah ke eyang? Eyang tidak mungkin tau. Atau ke Hanna sendiri? Sudah pasti Hanna tidak akan menceritakan kisah keluarganya, apalagi itu membuat luka lama terbuka kembali.
Hanna bukan tipe perempuan yang menceritakan kesedihannya. Ia selalu menyembunyikan rasa sedih dan sakitnya.
Arka teringat sesuatu bahwa Hanna berbicara dengan supir Cathy. Arka yakin pasti akan mendapat kejelasan dari supir Cathy tersebut.
"aku harus cari tau dari supirnya, tapi apa ia akan memberi tau semuanya? nanti saja lah aku pikirkan lagi".
Hanna menjemput Raka pulang sekolah, di sepanjang perjalanan Raka terlihat murung sedang memikirkan sesuatu.
"Raka kenapa nak? ada yang Raka pikirkan? boleh kak Hanna tau?"
"nanti aja ya kak jika sudah dirumah"
"oh oke ganteng hehe"
Sesampainya dirumah, Raka langsung mengganti seragamnya dan lalu makan siang. Raka yang terbiasa lahap namun sekarang benar-benar tidak berselera makan.
Hanna menyuapi Raka dengan telaten, ia tau saat ini bukan saat yang tepat untuk meminta Raka bercerita, mungkin nanti malam.
Sudah selesai makan malam dan papanya Raka pun menghampiri Raka menanyakan kabar dan bagaimana kesehariannya ini. Adit meninggalkan kamar Raka. Hanna menghampiri Adit yang sedang melamun itu.
"Raka kenapa? Apa Raka ada masalah?" ayo cerita ke kakak" Hanna mengusap puncak kepala Raka.
Raka menyerahkan sebuah brosur kepada Hanna. Melihat brosur tersebut membuat Hanna kaget. Brosur yang berisi perlombaan melukis. Ia tau betul bagaimana Raka menyukai seni lukis. Ia juga paham bahwa Raka pasti ingin ikut.
"Raka mau ikut lomba ini?". Raka hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan, "Raka kan tau itu sudah pasti tidak diijinkan papa". Hanna menatap mata Raka dan sudah terlihat matanya berkaca-kaca.
"aku tau kak makanya aku sedih, aku kecewa sama diri Raka sendiri"
"Sudah ya, Raka kan sudah janji. Jangan diingkari ya. Suatu saat papa pasti izinkan kok tapi mungkin tidak sekarang".
"Iya kak terimakasih ya"
Hanna hanya mengangguk pelan, ia tau tidak ada yang perlu dibahas lagi, Hanna pun bingung harus bagaimana... satu sisi melihat bakat Arka harus ditunjukkan namun sisi lain ada janji kepada papanya yang tidak boleh ia ingkari.