NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah

Ara terlihat tegang, tentu saja hal ini di sadari Calvin dengan cepat. Ara menggeleng, dia ingin menyampaikan secara diam-diam kejadian yang hampir saja menimpa Jani di Gudang.

“Kau sakit? Kenapa wajahmu tegang begitu? Kebelet kau yah?” Ara mencoba tersenyum dan mencoba bersikap tenang.

Ara menahan semua yang dirinya ingin sampaikan sampai meeting siang ini selesai. Calvin akan sulit mencari jadwal lagi karena dua minggu ke depan jadwalnya penuh dengan meeting dan kunjungan kerja di luar kantor.

Akkhhhh….

Teriak kecil Calvin meregangkan tubuhnya setelah selesai meeting dengan kliennya dan bersiap untuk kembali ke kantor.

“Ayo Ra, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jani ku.” Ara menahan lengan Calvin. “Kenapa? Apa ada jadwal lagi? Bukannya Cuma satu meeting saja hari ini?”

Ara memperlihatkan rekaman video yang ada di ponselnya pada Calvin. Matanya membola melihat besi-besi besar berjatuhan dan salah satunya mengenai Axel dan Jani.

“Kapan ini Ra? Ini sudah satu jam yang lalu Ra, kenapa kau baru kasih tau Ra!”

“Maaf Bos, tapi kondisi sudah aman. Aku takut menganggu meeting jadi menunda nya.” Calvin berusaha tenang. Jantungnya berdegub tidak beraturan takut Jani dan Axel terluka parah.

“Mereka baik-baik saja Bos, Axel sudah di obati. Nona Jani tidak terluka karena tubuhnya di lindungi Axel.” Calvin sedikit lega mendengarnya.

“Sesampainya di kantor bawa mereka berdua ke ruangan ku. Aku ingin memastikan sendiri kondisi mereka. Hal seperti ini kok bisa terjadi sih Ra.” Kesal sambil memasuki mobilnya.

Brukkkkk….

Pintu mobil di banting cukup keras. Ara buru-buru masuk dan meminta supir segera melajukan mobilnya.

“Aku akan minta perbaikan system agar tidak ada lagi bahaya seperti ini.”

“Lain kali jangan tunggu ada kejadian seperti ini baru diperbaiki dong Ra.” Ara mengangguk paham, tugasnya sangat banyak sampai belum sempat lagi melakukan tindakan disiplin pada kantor-kantor cabang dan Gudang yang seharusnya dirinya awasi jika melakukan keteledoran.

“Baik Bos.”

***

“Gak mau ke rumah sakit Xel, yakin gak papa kepalanya?” Tanya Bu Sasa sudah lebih dari sepuluh kali. “Takut lukanya nanti infeksi Xel.” Pinta nya lagi yang masih di tolak baik oleh Axel.

“Axel ok kok Bu, gak perlu ke rumah sakit.” Tatapan matanya terus tertuju pada Jani yang diam-diam masih menitikan air matanya ketakutan. Sesekali tangannya menyeka sudut matanya yang basah. Axel ingin sekali meraih tangannya dan menenangkan tapi tidak mungkin.

Ruangan mereka ramai sekali silih berganti para karyawan ingin melihat kondisi dirinya yang cukup menggemparkan.

“Nay, boleh tidak periksa kondisi Jani. Aku takut dia terluka.” Bisiknya pada Naya yang sejak tadi duduk di sebelah Axel dengan wajah tegang.

“Dasar kau ini, kau yang terluka tapi masih saja memperhatikan pacarmu.” Ledek Naya yang ikut gemas, dengan cepat Naya menghampiri Jani yang melamun sambil menatap Axel dari kejauhan.

“Hey….” Menggenggam tangan Jani erat. “Apa kau terluka?” Jani menggeleng, sama seperti tadi jawabanya.

Dia hanya menggeleng dan tidak fokus dengan orang-orang di sekelilingnya. Matanya terus tertuju pada Axel.

“Axel bilang dia baik-baik saja Jan, kau tidak perlu khawatir.”

Mendengar Nama Axel Jani tersadar, dirinya di kelilingi banyak orang saat ini. “Iya Nay, aku hanya merasa bersalah karena Axel terluka karena menolongku.”

“Dia nya ketakutan kau terluka Jan, dia sampai memintaku mengencek kondisimu.” Jani menunduk, dia sadar tatapan matanya sejak tadi pasti membuat Axel tidak nyaman.

Tok…tok…tok….

Calvin tersenyum dengan lembut memasuki ruangan yang penuh dengan karyawannya.

“Kecuali Axel dan Jani, kalian boleh tolong keluar dulu sebentar yah.” Pinta Ara.

Dengan tertib satu persatu meninggalkan ruangan. Calvin dengan ramah menyapa satu persatu karyawan yang keluar dari ruangan.

Sebisa mungkin menyembunyikan kekhawatirannya agar tidak menimbulkan kecurigaan tentang hubungan dirinya dengan Jani.

“Jan….” Langkahnya terkesan buru-buru, Calvin meraih tangan Jani yang sedikit gemetar. “Apa mereka sudah memeriksa kondisi Jani?”

Ara mendekat ke arah Calvin, matanya saling bertatapan dengan Axel yang kebingungan dengan sikap Calvin.

Jelas sekali ini bukan hubungan antara Bos dan Karyawan, Axel melotot sambil tersenyum bingung. Di benaknya sedang menerka nerka apa yang sebenarnya terjadi, otak nya tidak mau menerima jika Calvin adalah suami Jani.

Mana mungkin mereka ini punya hubungan seperti itu! Jani anak rumahan yang pasti tidak mungkin pernah bertemu dengan Calvin sebelum mereka ada di sini.

Terus saja penolakan coba Axel runtut kan demi memenuhi jawaban dari ketidak puasannya.

“Kau tidak apa-apa?” Axel tersadar, sudah berdiri Pak Ara di depannya. Spontan Axel berdiri dan menundukkan kepala dengan sopan. “Kau pasti terkejut yah, Pak Calvin memang suka berlebihan jika karyawannya terluka.”

Yang terluka saya pak! Bukan Jani!

Teriaknya dalam hati merasa kesal dengan sikap Calvin yang membuatnya terbakar api cemburu.

“Aku tidak papa Pak, sudah di obati lukanya.” Calvin masih saja memeluk Jani tanpa memperdulikan dirinya.

“Tolong jangan ceritakan tingkah laku Pak Calvin pada yang lainnya.” Axel menatap dengan sinis. “Aku tau kau sahabat baik Jani, tidak mungkin kau menceritakan kejadian ini pada orang lain kan.” Imbuh Ara ingin memastikan Axel orang yang bisa di percaya.

Ada tawa mengejek terlihat di bibir Axel saking kesalnya. Axel belum pernah merasa semuak ini diminta tutup mulut terus menerus.

Ara meraih tangan Axel menepuknya pelan. “Tolong yah….”

“Jani dan aku sudah menikah El…..”

Ara melotot, Axel mematung tetap terkejut meski otaknya sejak tadi sudah menerka nerka jika hubungan mereka lebih dari Bos dan anak PKL.

“Maaf aku tidak menanyakan kondisi mu dan hanya menatap Istriku. Aku harap kau memaklumi sikap ku El.”

“Tidak masalah Pak.” Jani hanya menunduk, lagian Axel juga sudah tahu jika dirinya bersuami. Kak Axel Jani yakini tidak akan pernah membeberkan pernikahnnya pada orang lain.

“Aku sudah kirim hadiah ke rekening mu El, pulang dari sini tolong periksakan kondisimu secara menyeluruh. Berikan hasil pemeriksannya padaku besok ya El. Aku tidak mau kau mengabaikan pemeriksaan karena merasa kondisimu baik-baik saja. Biar hasil pemeriksaan yang memberikan jawaban.” Axel mengangguk paham.

Calvin bicara dengan tegas membuat Axel terpesona dengan kharismanya.

“Satu lagi, terimakasih sudah menjaga Istriku dengan baik. Kau sahabat yang tidak pernah aku miliki di kehidupan nyata El.” Axel lagi-lagi terpana, kata-kata Calvin sangat keren.

Calvin mengusap air mata yang masih saja membasahi ujung mata Jani.

“Sudah sayang, jangan menyalahkan dirimu. Aku akan pastikan sahabat mu baik-baik saja…hmmm….” Jani mengangguk.

Dirinya sedikit merasa lega karena Axel harus menuruti semua perintah Calvin sebagai atasannya.

Sekali lagi Calvin memeluk wanita yang sudah benar-benar menjadi tujuan hidupnya, rumahnya dan kenyamannya.

“Terimakasih kau tidak terluka Jan, aku bisa gila kalau kau sampai terluka sayang.” Calvin tidak lagi memikirkan hal lain selain Jani nya.

“Bos…Bos…tidak enak dengan yang lain kalau terlalu lama di sini.” Menegur dengan lirih.

“Ini tempat aku yang punya ya Ra! Jangan seenaknya bicara kau ini.” Kesal karena di ganggu Ara yang tidak tahu diri, padahal dirinya yang tidak tahu tempat.

“Bukan begitu Bos….ini masih jam kerja.” Ucapnya lagi masih dengan suara yang pelan.

“Iya…iya…kau ini bawel sekali. Baik-baik ya Jan, nanti sore aku tunggu di parkiran.” Jani mengangguk. Tangannya masih mengusap lembut kepala Jani.

“Tolong awasi Jani ya El, aku menaruh percaya padamu.” Axel mengangguk dengan sopan.

“Shittt……!!!!”

Jani menunduk saat Axel berjalan cepat ke arahanya. “Pantas saja kau menyembunyikan semua ini. Pak Calvin….Jan….kau gila!” Axel segera menutup mulutnya karena karyawan lain sudah mulai berdatangan memasuki ruangan.

“Pak Calvin bilang apa Xel?” Tanya Bu Sasa yang baru saja masuk, wajahnya khawatir. Tidak pernah-pernahnya Pak Calvin bersikap seintens ini pada karyawannya.

“Apa kalian di marahi?” Pasalnya wajah keduanya cukup tegang.

“Tidak Bu, Pak Calvin malah memberikan ku hadiah.” Bu Sasa menatap yang lainnya yang juga sedang mengerubuti Axel dan Jani.

“Hadiah?” Axel mengangguk. “Kok bisa Xel?” Penasaran sekali, Pak Calvin memang baik hati, tapi memberikan hadiah seperti sesuatu yang aneh.

“Bagus kalau begitu Xel, kalian beruntung karena semuanya baik-baik saja. Aku lega kalian baik-baik saja.” Bu Sasa juga merasa bersalah dengan insiden yang menimpa Jani dan Axel.

“Oh my god….!!!” Axel mengangat ponselnya menunjukkanya pada Bu Sasa.

Angkanya tidak main-main, Bu Sasa menutup layer ponsel Axel agar yang lainnya tidak melihat angka di ponsel Axel. “Apa ini tidak berlebihan?”

“Kalian kembali lah bekerja, masalah mereka sudah selesai.” Bu Sasa tidak enak jika membahas hadiah yang Axel terima pada karyawan lainnya. Mereka bubar meski masih merasa penasaran dengan besaran hadiah yang Axel terima.

“Rahasiakan Xel, ini jumlah yang cukup besar. Karyawan lain bisa saja iri padamu.” Axel mengangguk paham. “Apa yang Pak Calvin katakan sampai memberikan hadiah sebesar ini Xel?”

Aku menyelamatkan Istrinya.

“Tidak ada Bu, hanya bilang hadiah saja.” Axel sudah berjanji untuk tutup mulut.

“Apa Jani juga dapat hadiah?” Tanya Bu Sasa polos.

Dia yang memiliki seluruh harta kekayaan Pak Calvin, untuk apa Jani diberikan hadiah!

Teriak Axel dalam hati.

“Cuma kamu ya Xel? Jangan berkecil hati ya Jan. Mungkin ini karena kau sudah jadi penyelamat Xel, Pak Calvin juga pasti bangga padamu Jan.” Axel menggeleng gelengkan kepalanya, situasinya seperti lelucon.

Calvin tidak bisa dirinya saingi, mulai detik ini Axel harus benar-benar menyerah untuk mendapatkan Jani.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!