Seorang pria bernama Lorenzo Irsyadul, umur 25 tahun hidup seorang diri setelah ibunya hilang tanpa jejak dan dianggap tiada. Tak mempunyai ayah, tak mempunyai adik laki-laki, tak mempunyai adik perempuan, tak mempunyai kakak perempuan, tak mempunyai kakak laki-laki, tak mempunyai kerabat, dan hanya mempunyai sosok ibu pekerja keras yang melupakan segalanya dan hanya fokus merawat dirinya saja.
Apa yang terjadi kepadanya setelah ibunya hilang dan dianggap tiada?
Apa yang terjadi kepada kehidupannya yang sendiri tanpa sosok ibu yang selalu bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A Giraldin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21: Work
Sepuluh rumah dengan nama yang berbeda-beda. Empat di kanan, empat di kiri, 1 di depan, dan 1 lagi di belakang. Taman bermain, kebun binatang, akuarium, restoran, hotel, penjara, stasiun kereta, pantai, ladang bunga, dan labirin... bukan fokus ke nama tempat, tapi jumlah bangunan dan... lambang setiap bangunan.
Bagian depan adalah Playground. Belakangnya adalah kebun binatang. Kanan depan ke belakang adalah akuarium, restoran, hotel, dan penjara. Empat kiri depan ke belakang adalah stasiun kereta, pantai, ladang bunga, dan labirin.
Kebetulan... mungkin lebih tepatnya... kebenaran akan segera terlihat begitu memasuki ruangan-ruangan tersebut. Apa sebenarnya inti misi ini? Apakah Lorenzo, bisa mendapatkan jawabannya dan kembali ke tempat D.A.E atau teman-temannya berada?
“Sekarang... tujuanku sudah pasti tempat ini,” ucapnya sambil tersenyum lebar di depan tempat berlambang kebun binatang.
Bagian luar sama. “Langsung masuk saja kali ya!”
Tanpa memikirkan hal yang lain, ia berjalan masuk menuju ke dalam bangunan yang ada di depannya. Bagian dalamnya... berbeda. Terlihat hanya ada satu patung yang menjulang tinggi ke atas. Semakin ke atas, semakin membuat pusing untuk dilihat.
Spiral... kurang lebih seperti itu apa yang terlihat.
Ada banyak sekali orang yang berdiri di sini. Tapi, ada keanehan. Tak ada seorangpun yang bergerak, semuanya diam seperti patung tak bernyawa.
Tap, tap, tap...
“Aaaa__” kaget akan apa yang ia lihat. “Kenapa matanya berbentuk spiral?” tanyanya dengan penuh rasa penasaran dan bingung.
Berjalan lagi sampai memutari semua orang yang ada di dalam sini dan... semuanya sama saja. Lorenzo yang berdiri di tengah-tengah di dalam patung besar, hanya bisa menatap semua orang dengan sangat serius.
Apa yang ia lihat, ia katakan di dalam hatinya. “Mata spiral, semua sosok patung, dan pandangan... ke atas. Untung saja, aku melihat ke bawah. Sepertinya, kalau aku melihat ke atas, aku akan sama seperti mereka. Bawah... sepertinya adalah jawaban.”
“Lalu... sekarang apa yang harus ku lakukan?” pikirnya dengan mata tertutup dan seketika ingat akan apa yang ia lihat di bawah dan refleks langsung membuka mata lebar-lebar.
Bayangan spiral... bayangan saat di dalam patung dan saat di luar patung... sama. seperti tangga menuju ke tempat lebih atas. “Tak ada tangga di sekitar sini, tapi... bayangannya ada di belakang sisi kiriku.” Ia membalikkan badannya ke belakang sisi kiri dan langsung berjalan.
Harusnya menabrak tembok, dirinya... mengapung di atas. “Woahh,” pukaunya. “Hebat sekali. sepertinya... aku tidak boleh melihat ke atas sebelum sampai di atas. Oke, waktunya mengikuti bayangan hitam.”
Langkah demi langkah ia tapaki sampai akhirnya ia sampai di tempat paling atas bangunan ini. Baru saja sampai, tatapannya tiba-tiba dipaksa ke atas. Ia berusaha untuk menahan kepalanya yang gerak sendiri, tapi... itu semua sia-sia.
“Aaaa__” kaget sekali akan apa yang ia lihat di atasnya. Matanya terbuka lebar dan tiba-tiba... tersenyum lebar.
“Apa-apaan ini?” tanyanya bingung akan apa yang ia lihat.
Wajah-wajah dari semua manusia yang ada di bawah, tergambar jelas di atas. Semua orang terlihat berbeda-beda ekspresi dan anehnya... tak ada satupun kepala yang diam.
Semua kepala menggerakkan mata, mulut, dan semua yang ada di kepala masing-masing. Teriak, diam saja, tidur, senang, sedih, marah, dan lain sebagainya... tergambar dengan jelas.
“Kalau seperti ini... apa yang harus ku lakukan?” pikirnya dengan dirinya yang hanya bisa menggerakkan kepalanya dan tubuhnya tak bisa ia gerakkan.
Bisik-bisik pelan. “58 kepala kulihat kembali. Rambut panjang, rambut pendek, kulit putih, hitam, dan lain sebagainya... sama persis dan... mereka sepertinya tak bisa melihatku. Jadi, apa yang harus ku lakukan sekarang?” tanyanya kepada dirinya sendiri sambil berpikir dalam kondisinya sekarang.
“Hanya kepala... mungkin... imajinasiku harus seperti kepala kali ya.” Ia mencoba berpikir bahwa kepalanya itu bisa membuatnya terbang. Telinganya menjadi sayap.
Ia tertawa kecil. “Fufufu, mana mungkin akan terjadi.” Tiba-tiba... “Eehh__” kaget dan... “EeeeeHHhh!!!” teriak cukup kencang akan apa yang terjadi kepadanya.
Telinganya menjadi sayap dan terus terbang ke atas. “Oyy!! Tunggu... TUNGGUU...” sedikit lagi menabrak kepala seorang wanita yang sedang menangis. “AKU AKAN MENABRAKNYAAA!!!”
“TIDAAKKK...”
Brukk...
Terjadi benturan akan kepala yang cukup keras. Kedua mata saling tertutup. Satu kesakitan dan satu menangis. “Chloee...”
Dilanjutkan dengan: “Aduduh, aku menabrak apa?.” Perlahan Lorenzo dan wanita yang ada di bawahnya mulai membuka mata mereka secara bersamaan.
Tatapan saling kebingungan terjadi dan.. “AAAA!!!” teriak kencang masing-masing dan langsung memisahkan diri dengan keduanya berdiri tegak menghadap masing-masing.
“Ka-kau siapa?” tanyanya sambil menunjuk ke Lorenzo.
Lorenzo sedikit kesal. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu.”
Wanita itu langsung berhenti menangis dan karena ia merasa ada sedikit tangisan tersisa di kedua matanya, ia memutuskan untuk menghapus air matanya dulu dengan cepat sebelum Lorenzo bisa melihatnya.
Wajahnya memerah sedikit dan langsung menutup rapat kedua matanya serta kedua telapak tangan langsung menutup wajahnya. “Ka-kau melihatku me-menangis kah?”
Pertanyaannya yang agak terbata-bata saat diucapkan dengan wajah memerah yang kedua tangannya menutup wajahnya, membuatnya tersenyum kecil. “Hehehe,” tawanya kecil dengan aura jahat di dalam dirinya terpancar jelas. “Tentu saja dan... kekeke, Chloe mendengarnya, hahaha.”
Apa yang ia ucapkan membuat dirinya langsung membuka wajahnya dan keseluruhan tubuhnya langsung memutih hebat. Dirinya pun langsung bisik-bisik aneh dan langsung Lorenzo hanya bisa tertawa kecil. “Fufufu, aku hanya bercanda.”
Seketika, tubuhnya kembali normal dan langsung kesal dengan mengangkat tangan kanan dikepal ke atas. “Kau ini__”
“Ahahaha, kau lucu juga. Yahh... aku tidak ingin terlalu lama bicara denganmu jadi, beritahu aku. Saat ini... kita ada di mana?” tanyanya kepadanya dengan senyum serius.
Dirinya langsung berpikir sebentar dan langsung ingat apa yang dikatakan seseorang kepadanya. “Kebun binatang, kata suara menakutkan.”
Ia memiringkan kepalanya ke kanan. “Kebun binatang! Sesuai lambang dan... kenapa tempat ini seisinya gelap? Lalu, di mana yang lainnya?” tanyanya lagi kepadanya.
Ia berpikir dengan wajah serius, lucu, agak kesal, dan diakhiri dengan tersenyum lebar. “Aku ingat. Semua orang selain aku dipindahkan ke tempat yang berbeda-beda. Aku dan Chloe harusnya ada di sini dan sisanya... kalau aku tidak salah... akuarium, restoran, hotel, penjara, stasiun kereta, pantai, ladang bunga, dan labirin... mereka terteleportasikan ke tempat-tempat itu.”
Apa yang dikatakannya membuatnya terkejut dan langsung menatapnya serius dengan wajah datar. “Apakah tempat ini akan menghubungkan antara tempat satu dengan yang lainnya?”
Pertanyaannya langsung ia jawab. “Ku-kurang lebih seperti itu. Oh iya, sekarang aku bisa bergerak... AAA__” terkejut dan langsung berjalan cepat ke arahnya.
Kedua tangannya ia letakkan di kedua bahunya. “Terimakasih!” tegasnya sambil teriak kecil.
Lorenzo hanya bisa memasang wajah kaget dengan mata mengecil dan wajahnya memerah sedikit. “Y-ya... sa-sama-sama.” wajahnya dipalingkan ke sisi kanan.
Wanita ini tersenyum lebar saat melihat wajahnya. “Oh iya, karena kau sudah menyelamatkanku, aku akan memperkenalkan diriku padamu. Namaku adalah Avery Barbara, umur 27 tahun.”
Kulit putih halus, rambut merah pendek, mata hitam,tinggi badan 169 cm, memakai gaun merah, dan sepatu hak tinggi. Sosoknya yang cukup cantik membuatnya refleks memperkenalkan diri kepadanya.
“Na-namaku adalah Lorenzo Irsyadul, umur 25 tahun, dan Chloe itu siapa?” tanyanya kepadanya dengan agak terbata-bata.
Ia menundukkan kepalanya dan berwajah datar. Ekspresinya agak kesal dan langsung mengangkat kepalanya ke atas sambil membuatnya kaget. Bukan karena marah, tapi karena... air mata keluar dari kedua matanya lagi.
“Eehh... aaa... sepertinya ia orang yang sangat penting dalam hidupmu ya!” serunya kepadanya.
“Ya, kau benar sekali, huhuhuhu,” tangisnya lebih keras. “Chloe itu adalah suamiku. Kami baru saja menikah 1 minggu yang lalu, Chloe menawarkan dirinya akan sek* denganku di tempat ini dan... ia salah masuk tempat. Harusnya taman bermain, tapi malah kesini dan otomatis... kami terpisah sekarang.”
Semua curhatannya membuat tatapannya menjadi serius dan langsung bertanya lebih lanjut kepadanya. “Bisakah kau menceritakan semua yang terjadi padaku?”
“Eehh__” menatapnya dengan wajah sedih. Menarik ingusnya dan kepalanya langsung mengangguk kecil. “Baiklah, akan kuceritakan.”
Bersambung...
Tulisanmu bagus, Loh... semoga sukses ya...
ayo, Beb @Vebi Gusriyeni @Latifa Andriani