Ketika kamu ikhlas menerima semua takdir di hidupmu,maka Allah akan membalas tuntas semua kepahitan mu dengan beribu kebaikan.
Percayalah bahwa segala sesuatu yang baik untuk mu tidak akan Allah izinkan pergi dari mu, kecuali akan di ganti dengan yang lebih baik lagi (Ali Bin Abi Thalib).
Nasehat itulah yang menjadi penguat seorang gadis bernama Hasya Nur Shafiyyah,saat hidupnya di penuhi ujian pahit dan sakit, setelah ia menikah dengan pria pilihan Kakak nya.
" Kau boleh meminta apapun dari ku Hasya, kecuali nyawa dan perceraian, karena hanya kematian yang akan memisahkan kita" Ezar Atharizz calief.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Tok
Tok
Tok
Setelah tiba di depan pintu berwarna coklat tua, viola mengetuk pintu beberapa kali, hingga akhirnya dari dalam terdengar perintah untuk masuk.
" Masuk" suara bariton seseorang terdengar memerintahkan mereka untuk masuk,suara yang terdengar lantang dan tegas.
" Mari nona" viola mempersilahkan Hasya untuk masuk setelah ia mendorong pintu ruangan bertuliskan CEO.
" Tuan nona Hasya sudah datang" lapor viola saat ia dan Hasya sudah berada di dalam ruangan itu.
Hasya melihat punggung tegap Ezar yang berdiri membelakangi pintu,pria tampan itu tengah menatap ke luar dari jendela kaca besar di belakang kursi kebesaran nya.
" Kamu boleh keluar" perintah Ezar pada sekretaris nya.
" Baik tuan " viola memundurkan langkahnya, mensejajarkan dengan Hasya,ia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan ruangan itu,namun saat belum benar-benar pergi,ia sedikit berbisik di samping Hasya.
" ga perlu terlalu tegang,cukup patuh saja dan jangan membantah apa yang bos perintahkan " bisik viola penuh dengan perhatian,ia merasa khawatir dengan Hasya yang menurutnya belum tau karakter bos mereka itu.
Hasya mengagguk seraya tersenyum tipis " Terimakasih mbak,mohon doanya aja" balas Hasya lirih.
Viola mengangguk seraya menepuk pelan bahu Hasya, memberikan dukungan dan kekuatan untuk gadis magang itu.
Setelah Hasya yakin viola so Sekretaris suaminya itu sudah benar-benar meninggalkan ruangan itu,ia mengangkat wajahnya menatap punggung sang suami yang belum berubah posisi sejak awal ia masuk.
" Ada apa tuan memanggil saya?" Hasya berusaha tetap profesional, karena itu adalah mau suaminya.
Mendengar suara Hasya yang bertanya dengan nada formal, Ezar mulai bergerak membalikkan badannya menatap lurus ke Hasya yang masih menunduk, namun ia tau Ezar sudah berbalik menatap ke arah nya,Hasya melihat dari pergerakan kaki pria itu.
" Apa ada peraturan yang mengatakan bahwa suami harus butuh alasan jika memanggil istrinya?" bukan nya menjawab,ezar justru memberikan pertanyaan pada yang bertanya.
Hasya menggeleng seraya melirik malas pada sang suami.
" Tidak salah kalau itu pasangan orang lain,tapi kita itu layaknya orang asing, lalu apakah anda ga takut akan ada orang lain yang melihatnya dan menjadi bahan perbincangan, khususnya para karyawan di perusahaan Anda sendiri, mungkin mereka akan mengatakan CEO mereka memiliki hubungan khusus dengan mahasiswa magang"
Ezar tak lagi menjawab ucapan Hasya,ia menatap tajam wajah Hasya yang terlihat datar,tak terlihat raut kelembutan di wajah cantik istrinya,dan entah mengapa Ezar merasa seakan melihat sisi lain dari sang istri, perbedaan istrinya yang sebelumnya belum pernah ia lihat.
Ezar melangkah mendekati Hasya yang terlihat berdiri tenang menatap nya, semakin lama langkah Ezar semakin mendekat dan jarak mereka hanya tinggal beberapa centimeter saja.
Dan yang tak Hasya duga,dengan gerakan cepat dan tak terbaca, Ezar telah menarik Hasya dan membalikkan badannya hingga kini Hasya terpojok di pinggiran meja kerja Ezar,dengan posisi Ezar yang mengukung nya, meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan Hasya.
Jantung Hasya berdetak kencang dengan mata terpejam,ia tak berani membuka matanya menatap wajah Ezar yang ia yakin berjarak begitu dekat dengan nya, karena Hasya bisa merasakan hembusan hangat nafas suaminya yang ber aroma mint.
Hidung bangir Hasya juga mencium aroma maskulin khas suaminya itu, walaupun mereka jarang bertemu dan berinteraksi,tapi Hasya masih bisa mengingat aroma khas suaminya dan ia tau Ezar menggunakan parfum limited edition.
" Berita itu tidak akan muncul, mengapa sepertinya kamu sedang marah pada ku Hem? Katakan alasan mu terlihat begitu tidak ramah padaku"
Ezar merasa tak suka saat Hasya bersikap tak ramah padanya,ia tak masalah jika mereka tidak terlihat dekat,tapi Hasya harus selalu terlihat patuh padanya dan tak banyak bertanya tentang dirinya.
" Apakah saya punya hak untuk marah pada anda tuan? saya cukup tau diri tentang status saya" jawab Hasya yang sudah mulai berani secara perlahan membuka matanya, menatap lurus wajah tampan Ezar.
" Apa status mu Hem?" tanya Ezar terdengar sedikit remeh.
" Wanita yang anda nikahi dan anda jadikan pajangan di villa mewah anda, sepertinya itu cukup cocok untuk saya" Hasya sudah bersabar selama dua bulan pernikahan mereka,sikap Ezar tak sedikitpun terlihat berubah padanya.
Hasya merasa seakan Ezar menggantungnya, apakah Ezar menikahi nya karena sebuah taruhan? Jika karena sebuah dendam, rasanya Hasya tak terpikirkan ke arah sana, karena Ezar belum pernah menyakiti nya sejak setelah mereka menikah, ataukah seperti cerita di film atau novel yang ia baca, yang menceritakan tentang laki-laki yang menikahi seorang wanita karena syarat untuk mendapatkan warisan,tapi rasanya itu juga terlalu konyol.
" Lalu status seperti apa yang kamu harapkan,Hem? istri sesungguhnya? Yang seperti apa? kamu berharap aku menyentuh mu? apakah se ingin itukah untuk ku sentuh? tapi sepertinya aku tak ingin barang bekas" ucap Ezar dingin.
Kata-kata nya itu terdengar begitu menusuk di telinga Hasya,serasa menembus tulang dan ulu hati nya,tanpa sadar Hasya mengepalkan kedua tangannya, walaupun ia tidak tau maksud dari ucapan suaminya itu,tapi ia bisa melihat dan mendengar bahwa Ezar tengah merendahkan nya.
" Kenapa tidak menjawab Hem?" .
Cup...
Ezar menyatukan bibir mereka secara tiba-tiba,ia melumat penuh gairah bibir pink alami istrinya,kedua tangan nya secara alami bergerak menarik pinggang ramping Hasya dan menekan tengkuk sang istri agar Hasya tak bisa melawan.
" Apakah seperti ini yang kamu inginkan Hem? Atau mau yang lebih? tapi sepertinya aku tak akan melakukan lebih dari ini, jangan bermimpi,ini hanya sebagai peringatan untuk mu" ucap Ezar santai setelah ia melepaskan pangutan bibir mereka.
Hasya menatap nya dengan mata berkaca-kaca, entah mengapa ia tiba-tiba merasa seperti di lecehkan oleh suaminya sendiri, sedangkan Ezar terlihat begitu tidak peduli,ia bahkan membalikkan badannya dan berjalan menuju kursi kebesaran nya, mendudukkan dirinya dengan angkuh di kursi nya.
Matanya menatap punggung Hasya yang masih membelakangi nya.
" Keluarlah" perintah Ezar tanpa perasaan,dan terdengar ia mengusir Hasya, padahal tadi ia yang memerintahkan sekretaris nya untuk memanggil Hasya.
Tanpa menjawab sepatah katapun,Hasya langsung melangkah meninggalkan ruangan itu,namun sebelum ia benar-benar keluar,Hasya mengucapkan sebuah kata yang berhasil membuat darah Ezar tiba-tiba serasa mendidih.
" Jika anda tak menginginkan saya,maka tolong ceraikan saya" beberapa kata itu berhasil membuat tubuh Ezar menegang.
Matanya menatap tajam punggung Hasya yang menghilang di balik pintu ruangan nya, Ezar mengepalkan tangannya erat,ia bahkan mematahkan pena yang berada dalam genggaman nya.
Hasya berani mengucapkan kata-kata cerai padanya? Bahkan dua puluh persen dari rencana nya belum ia jalankan.
kami juga berusaha rajin kasih poin...he..he..