Yasmin merasa ada ikatan kuat terhadap keponakannya. Layaknya Dejavu, Yasmin merasa anaknya hidup kembali meskipun kenyataannya hal tersebut tidaklah mungkin.
Dibalik suasana hatinya yang selalu sedih ketika merindukan anaknya, ada adik iparnya yang terus menggoda Yasmin. Esther yang melihat suaminya lebih memihak kepada kakaknya, timbulah perasaan cemburu yang kini menyelimuti nya.
Akankah diantara mereka terlibat cinta segitiga? Akankah ada korban, dari rumitnya hubungan asmara mereka? Simak selengkapnya hanya di cerita ini.
Kuy, tak baca tak suka. Sudah baca baru suka❤️. Jangan lupa vote dan komen ya guys. Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diamond ice, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gegara keseleo
" Berdandan secantik ini mau mengincar pria mana?" saat baru datang ke kantor Perusahaan Dhananjaya Group Arvin dibuat kesal karena tadi mendapati Yasmin mengobrol cukup dekat dengan seorang pria di depan pintu lift. Yasmin tampak malu-malu karena sepertinya pria lain itu melayangkan sebuah pujian.
" Tidak ada, sepertinya Pak Arvin salah berpikiran. Tidak ada yang aneh dengan penampilan saya hari ini," jawab Yasmin santai. Kini perempuan itu sedang mengikuti langkah Arvin yang panjang. Sebelumnya ia sedang asyik mengobrol dengan seorang pria bawahan Arvin, namun obrolan mereka terjeda karena Arvin memanggilnya. Yasmin menghampiri Arvin kemudian menyapanya, ini masih pagi namun raut wajah Arvin begitu masam. Yasmin yang melihat itu hanya diam saja, dan kini mereka sedang berdiri di dalam lift menunggu pintu lift terbuka kembali.
" Kalau bekerja dengan saya dilarang genit. Ini perusahaan bukan tempat nyari jodoh," jawab Arvin kesannya terdengar ketus. Yasmin jadi berpikir apakah pagi ini ia membuat kesalahan? Perasaan dirinya baru datang, lalu ada masalah apa dengan Arvin?
" Iya baik pak,"
Yasmin memilih mengiyakan perkataan Arvin, terlihat pria itu masih tidak puas dengan sikapnya. Lalu Yasmin harus bagaimana? Membujuknya kah? Yasmin merasa seperti menghadapi sikap pasangan yang sedang ngambek.
" Awww," karena tidak ingin ketingalan langkah Arvin yang panjang, Yasmin tidak sengaja terjatuh. Kini posisi Yasmin terduduk di lantai sambil memegangi kakinya yang sakit. Salah dirinya yang iseng memakai sepatu hak tinggi. Yasmin memang tidak terbiasa memakai sepatu tinggi. Ini pun Yasmin memakai sepatu bekas milik adeknya yang ada di rumah, Yasmin ingin memberikan tampilan terbaik agar tidak kalah dengan pegawai Arvin yang lain.
" Sudah tahu tidak bisa memakai heels, masih nekad pakai. Sebenarnya kamu mau menggoda siapa hemm? Laki-laki tadi? Aku pecat dia deh kalau bikin kamu nggak fokus kerja," Arvin berucap sembari mendekati Yasmin guna melihat kakinya yang sakit. Tampak di bagian mata kaki Yasmin ada kemerahan, Arvin memegangnya pelan namun Yasmin sudah bereaksi kesakitan.
" Awsss, sakit pak"
Arvin tidak berbicara lagi karena sekarang ia menggendong Yasmin ala bridal style. Yasmin yang tiba-tiba digendong oleh Arvin seketika terkejut. Ia berusaha menurunkan diri namun kekuatan otot bisep Arvin tidak semudah itu untuk dilawan.
" Turunkan saya pak. Saya masih bisa jalan sendiri," Yasmin meronta dalam gendongan Arvin. Ia merasa malu takut ada yang melihat meskipun koridor jalanan menuju ruangannya masih sepi.
Arvin seolah menulikan pendengarannya, ia terus berjalan menuju ke ruangan miliknya. Yasmin dibawa masuk ke ruangan Arvin kemudian diturunkan di sofa yang ada di ruangan tersebut. Yasmin merasa lega, dengan segera ia mengubah posisinya menjadi duduk. Maklum rok yang ia pakai hari ini cukup pendek. Rok yang dipakai juga rok lungsuran dari Esther, karena dirasa masih bagus jadi Yasmin berani memakainya.
" Tiduran aja kenapa harus duduk sih? Saya mau lihat kondisi kamu. Akan lebih mudah jika kamu berbaring,"
" Tidak usah pak. Saya nggak apa-apa kok. Saya balik ke meja kerja saya aja,"
" Nanti, setelah saya mengobati kaki kamu"
Arvin berjalan ke sisi ruangan, ia membuka loker khusus P3K. Arvin mengeluarkan kotak obat yang isinya sudah lengkap peralatan medis, kemudian ia membawanya ke sofa dimana Yasmin masih meringis menahan sakit.
" Aku akan telepon asisten ku untuk bawa kamu ke dokter. Hari ini pekerjaan kamu biar digantikan Brina,"
" Eh tidak usah pak. Saya nggak apa-apa kok, saya masih bisa bekerja "
Yasmin menolak, masa hanya karena keseleo ia mangkir dari pekerjaan? Ia cukup profesional untuk tetap bekerja di segala kondisi.
" Yakin kamu?" tanya Arvin.
" Awwwwww," teriak Yasmin karena bagian kakinya yang sakit ditekan oleh Arvin.
" Tuh masih sakit kan?"
" Kalau ditekan ya sakit pak," ketus Yasmin.
Dengan telaten Arvin memijat bagian kaki Yasmin yang sakit, sedikit-sedikit ia mengerti keterampilan memijat. Yasmin yang kakinya dipijat sedikit merasa nyaman meskipun beberapa kali masih meringis kesakitan, ia tidak tahu apakah Arvin benar-benar bisa memijat atau tidak? Tapi pijatannya cukup lumayan enak.
" Kaki kamu harus dibebat. Jangan banyak bergerak, kalau tidak mau ke rumah sakit sebaiknya kamu istirahat di rumah,"
" Begitu lebih baik pak,"
Arvin sangat lihai memasang perban elastis di kaki Yasmin, cukup mahir keterampilan Arvin menangani kaki Yasmin yang keseleo meskipun pria itu bukan asli tenaga kesehatan. Arvin menyadari bahwa Yasmin memperhatikan nya, ia sangat percaya diri jika Yasmin sedang terpesona dengan dirinya.
" Apa aku begitu tampan?" tanya Arvin.
" Iya, eh bukan maksud ku itu emmmmm," Yasmin gelagapan menjawab pertanyaan Arvin. Salahkan ia yang fokus memandangi Arvin tanpa tahu jika pria itu menyadarinya. Yasmin merasa malu karena ketahuan memandangi Arvin dengan sangat intens.
" Oh jadi ini kerjaan kalian selama di kantor? Bukannya bekerja malah sibuk berduaan," suara seorang perempuan menginterupsi kegiatan Yasmin dan Arvin. Mereka kompak melihat ke arah pintu ingin melihat siapa yang baru datang.
" Esther? Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku terjatuh dan Arvin menolong ku," jelas Yasmin tidak ingin terjadi salah paham terhadap adiknya.
" Memangnya apa yang aku pikirkan kak? Aku hanya bertanya apa yang kalian lakukan di sini, kenapa kamu jadi gugup sekali. Atau jangan-jangan kalian memang memiliki hubungan di belakang aku?" tuduh Esther.
" Cukup Esther! Kami tidak melakukan apapun. Yasmin keseleo, dan aku hanya membantunya. Sedangkan kamu sendiri tumben ke sini. Ada apa?"
" Aku ingin menemui suami ku, apa ada yang salah? Aku belum pernah ke sini, banyak desas-desus katanya kamu sering digodain sama karyawan sendiri," ucap Esther kemudian menatap intens kakaknya. Dari kata-kata yang diucapkan tersirat makna yang ditujukan untuk Yasmin.
" Sudahlah, Yasmin sebaiknya kamu pulang sekarang, nanti urusan rapat biar dihandle Brina,"
" Kenapa menyuruh kakak ku pulang? Hanya karena kakinya keseleo? Ingat ya Arvin, tidak ada hak khusus untuk karyawan sekalipun itu keluarga sendiri. Profesionalitas diutamakan di sini," ucap Esther terlihat sekali ketidaksukaannya terhadap interaksi Yasmin dan Arvin.
" Baiklah aku akan tetap bekerja hari ini. Dan lebih baik aku kembali ke ruangan ku. Permisi,,,"timpal Yasmin. Sebenarnya Yasmin masih tidak mengerti mengapa Esther seperti ingin memusuhinya.
Dengan kaki sedikit pincang, Yasmin berjalan meninggalkan ruangan menyisakan Esther dan Arvin. Mungkin pilihan menjauh adalah yang terbaik. Ia tidak ingin menambah masalah, meskipun ia sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana.
" Kamu tega sama kakakmu sendiri. Kakinya itu masih sakit,"
" Kamu membelanya? Dari kecil dia selalu mengincar apa yang aku punya. Kali ini aku akan bersikap lebih tegas. Aku akan mempertahankan apa yang sudah menjadi milik aku," jawab Esther tersirat penuh makna.
" Maksud kamu?" tanya Arvin tidak mengerti dengan jawaban Esther. Ia merasa ada yang aneh dengan istrinya.
" Enggak apa-apa. Itu rok sama sepatu yang dipakai Kak Yasmin punya aku. Dia selalu mengincar barang-barang milik aku," jelas Esther.
" Termasuk mengincar kamu juga mas," lanjut Esther dalam hati.