Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu Seseorang yang di Inginkan?
Melihat Reyna yang hanya diam saja, Noah mengalihkan perhatian padanya. "Kau sendiri, Reyna… bagaimana keseharian kampusmu dulu? Apakah kau punya kenangan menyenangkan atau indah?" tanya Noah, ingin melibatkan Reyna dalam percakapan mereka agar Reyna tidak merasa terlalu canggung karena percakapannya dengan Arthur.
Reyna terdiam sesaat, bingung harus menceritakan apa karena tidak terlalu mengingat kenangan di masa kuliah. "Hm… ya… aku hanya belajar saja," jawabnya singkat dan sederhana. Ia tidak memiliki banyak kenangan yang berkesan dari masa kuliahnya, lebih tepatnya ia dulu seorang kutu buku di kampus.
Mendengar jawaban Reyna, Arthur langsung mengejek, kesempatan baginya. "Wah, ternyata kutu buku…" komentarnya dengan nada mengejek.
Noah tertawa kecil, menggelengkan kepalanya, tahu Arthur akan memanfaatkan hal itu untuk mengejek Reyna. Lalu Noah memutuskan untuk bertanya "Bagaimana kalau pacar? Apakah kau punya pacar di kampus dulu, Reyna?" tanya Noah, mencoba mengubah suasana agar Reyna tidak terlalu kesal dengan komentar Arthur sebelumnya.
"...Tidak punya." jawab Reyna jujur, karena tidak berpikir untuk apa memiliki pacar kalau dia bisa mandiri, dan dia berpikir kalau memiliki pacar itu akan menambah bebannya.
Namun jawaban itu membuat Arthur semakin mengejek Reyna. "Tentu saja! Siapa juga yang mau dengan wanita sepertimu!" ujarnya, dengan nada yang sangat sinis dan mengejek. Kekesalan Reyna yang awalnya sempat mereda, kini kembali melonjak. Ia melotot tajam ke arah Arthur, marah akan komentarnya yang kasar dan merendahkan itu.
Noah menoleh ke arah Arthur saat ia mendengar itu, perlahan bersandar di kursinya. "Sadar diri, Arthur. Kau dulu juga tidak pernah berkencan dari awal semester hingga lulus dan menjadi seorang detektif," kata Noah, dengan nada sedikit mengejek dan agak sinis. Ia membantu membalas ejekan Arthur kepada Reyna tadi.
Mendengar kata kata Noah itu, Reyna langsung menoleh ke arah Noah, matanya berbinar. "Eh? Benarkah?" tanyanya, sedikit terkejut. selama ini ia mengira Arthur adalah tipe playboy di kampus soalnya dengan wajah tampan itu, yah Reyna mengakui kalau wajah Arthur memang...menarik dan juga kekayaan yang di milikinya, ia pikir Arthur akan memanfaatkan banyak gadis di kampus.
Noah mengangguk sambil terkekeh kecil. "Ya, dia tidak pernah sama sekali berkencan. Dan apa kau ingin tahu alasannya?" tanya Noah, dengan senyum jahil. Reyna langsung mengangguk cepat dan antusias, penasaran dan ingin menggunakan informasi itu untuk mengejek balik Arthur sepuasnya.
Namun tiba tiba "Diam!" suara Arthur, tegas dan dingin. Ia melotot tajam ke arah Noah, tidak suka dengan apa yang di ungkapkan Noah nanti. Noah hanya tertawa kecil menanggapi reaksi Arthur.
Noah tetap melanjutkan, "Alasannya karena… dia gay!" katanya sambil tertawa keras. Reyna tercengang, mulutnya terbuka. Sebelum Reyna sempat berkomentar, Arthur mengetuk dengan keras kepala Noah. Noah, Meskipun kesakitan, tetap tidak bisa menahan tawanya. “…Bercanda, bercanda…” kata Noah, sambil mengusap-usap kepalanya, dan Reyna menghela nafas, ia pikir Arthur benar benar belok.
Setelah beberapa detik mengatur napas dan meredakan rasa sakit di kepalanya, Noah kembali berbicara. "Alasannya adalah karena… dia menunggu seorang yang ia inginkan."
"Siapa?" tanya Reyna langsung, penasaran. Ia tidak menyangka Arthur yang tampak acuh dan sedikit sombong itu bisa menahan untuk tidak berkencan dengan siapapun demi seseorang, apakah seseorang itu begitu spesial, pikir Reyna.
Noah mengangkat bahu, seolah berkata ia juga tidak tahu meskipun dia tahu. "Kalau kau penasaran, tanyakan saja langsung pada Arthur," katanya, lalu tersenyum penuh arti, arti kejahilan karena tahu Arthur tidak akan memberikan jawaban apapun.