Karena sebuah kecelakaan yang di sebabkan oleh Nayra, Naura yang merupakan suadara kembar Nayra harus kehilangan janin dalam kandungannya. Tak hanya itu, rahim Naura juga terpaksa di angkat sehingga ia tak mungkin lagi mengandung. Sedangkan suami Naura yang bernama Raka sangat mendambakan lahirnya seorang anak dari sang istri, karena Raka adalah anak tunggal dan ia butuh pewaris dalam keluarganya yang merupakan pengusaha kaya raya.
Naura yang tak mau kehilangan posisi sebagai menantu dan istri yang sempurna memaksa Nayra untuk bertukar peran dengannya sampai Nayra hamil dan melahirkan anak Raka. Namun, tentu saja tak boleh ada yang mengetahui hal itu. Jika Nayra menolak, Nuara mengancam akan bunuh diri.
Namun, apakah Nayra akan setuju berperan sebagai saudara kembarnya sementara Nayra sendiri sudah memiliki tunangan?
Sanggupkah Nayra menjalankan perannya sebagai istri Raka bahkan harus melayani Raka di ranjang demi lahirnya anak impian Nuara dan Raka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Akan Membuatmu Jatuh Cinta
Nayra melirik Raka sekilas dengan perasaan yang tidak nyaman karena sejak tadi Raka menatapnya dengan intens, hal itu berhasil membuat Nayra salah tingkah. Apalagi dengan keberadaan ibunya Raka yang tiba-tiba datang, mengaku telah mengetahui semuanya karena Raka sudah bercerita dan yang membuat Nayra tak habis fikir adalah mereka yang menerima Nayra begitu saja.
Tak ada pertanyaan kenapa dan bagaimana, apalagi caci makian pada Nayra. Yang ada, Bu Mita justru menasihati Nayra agar menjaga kandungannya dengan baik. Ah, sekarang Nayra tahu kenapa Bu Mita tak marah. Tentu karena Nayra mengandung cucu yang selama ini dia inginkan.
"Makan yang banyak, Nay," kata Bu Mita pada Nayra yang sejak tadi memang sudah makan. "Gimana bubur sama supnya? Enak nggak?" Nayra hanya bisa tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya.
"Raka, kamu ngapain diam di sana? Nggak mau ke kantor?" tanya Bu Mita dan putranya itu justru menggeleng. "Loh, kenapa? Jangan malas-malasan kamu, ya. Perusahaan itu sangat membutuhkan kinerja terbaik kamu lho," seru Bu Mita yang seketika membuat Raka terkekeh.
Pria itu terkekeh kemudian duduk di sisi Nayra yang membuat Nayra semakin tak nyaman, ia sungguh tak tahu apa yang ada dalam benak Raka karena pria itu masih bisa terkekeh dalam keadaan yang seperti ini. Nayra bahkan merasa ini seperti ujung neraka.
"Ibu dari anakku sedang sakit, Ma, jadi aku nggak bisa pergi. Aku nggak akan tenang kalau ninggalin Nayra," kata Raka sembari membelai rambut Nayra yang sedikit kusut karena belum di sisir apalagi sejam rambut wanita itu basah karena air hujan.
"Aku bisa menjaga diri," ujar Nayra ketus.
"Ya udah, Mama akan tetap di sini hari ini, biar mama yang jaga Nayra," usul Bu Mita tapi Raka tetap menggeleng.
"Kan aku sudah aku bilang, Ma, aku nggak akan tenang kalau ninggalin Nayra. Mau ke kantor juga aku nggak akan bisa fokus bekerja," sahut Raka. Nayra hanya mendelik mendengar apa yang dikatakan oleh Raka itu, sok manis itulah yang ia fikirkan tentang pria itu.
"Ya sudah lah, terserah kamu," ucap Bu Mita akhirnya.
Kini Nayra menyudahi acara makannya karena dia merasa perutnya sudah penuh. Namun, tiba-tiba ia ingin kembali makan salad seperti yang pernah Raka belikan untuknya. Tanpa sadar Nayra berdecak kesal, entah kenapa keinginannya ini tak mennghilang dan selalu saja muncul.
"Kenapa, Sayang?" tanya Raka dengan lembut.
"Nggak." Lagi-lagi Nayra menjawab dengan sangat ketus dan hal itu justru kembali membuat Raka terkekeh.
"Kamu masih kesal, hm? Masih marah?" Nayra langsung melemparkan tatapan tajamnya pada Raka setelah mendengar pertanyaan tersebut.
Nayra sudah ingin mengeluarkan kata-kata yang tajam pada pria itu tetapi ia ingat masih ada Bu Mita di sana, alhasil Nayra hanya bisa bungkam meski dengan wajah yang tegang.
"Oh, Nay, kapan jadwal kamu akan memeriksa kandungan? Biar nanti Mama temani, ya." Pupil mata Nayra melebar mendengar kata Mama dari mulut Bu Mita.
"Dua hari lagi, Tante," jawab Nayra. Kini ia pun tak perlu memanggil wanita itu dengan sebutan Mama karena kini identitasnya sudah jelas, dia Nayra bukan Naura.
Bu Mita menatap Nayra dengan tatapan yang tak biasa, dia mengerti wanita itu mungkin belum terbiasa memanggilnya Mama.
"Nayra...." Bu Mita menggenggam tangan mungil Nayra. "Aku tahu apa yang terjadi sama kamu itu nggak mudah, tapi Raka sudah berbicara dengan kami bahwa dia ingin menikahimu. Kami nggak masalah dengan itu, apapun keputusan Raka kami akan selalu mendukungnya."
Tentu Nayra terkejut mendengar ucapan Bu Mita, kini tatapan Nayra langsung tertuju pada Raka. "Aku ingin bicara dengan Raka," ujar Nayra dengan tatapan masih tertuju pada Raka.
"Mau bicara apa, Nay? Tentang Naura?" tanya Bu Mita yang membuat Nayra langsung menatap wanita paruh baya itu. "Raka sudah memutuskan untuk menceraikan dia, apalagi yang perlu kamu bicarakan dengannya?" tanya bu Mita yang membuat Nayra terlihat kesal.
"Apa segampang itu?" desis Nayra.
"Iya, Nay," jawab Bu Mita dengan tegas. "Segampang Naura yang mau menipu kami." Lanjutnya yang seketika membuat Naura terhenyak, ia pun tak bisa lagi mengucapkan satu patah kata pun untuk menjawab ucapan ibunya Raka.
"Sepertinya kalian butuh waktu untuk berbicara dari hati," ujar Bu Mita sembari beranjak dari tempat duduknya. "Mama pulang dulu, dang tolong ingat kamu sedang mengandung keturunan Aditya, Nay, kandunganmu harus dijaga." Nayra hanya bungkam, bahkan saat ibunya Raka melanggang pergi dari kamar, Nayra hanya menutup punggungnya dalam diam.
Sementara Raka kini menatap Nayra dengan sayu, ia bisa mengerti perasaan Nayra saat ini. Apalagi wanita itu memiliki hati yang lembut, tentu takkan mudah baginya menerima keputusan Raka.
"Nayra?" Raka menyentuh pundak Nayra dengan lembut tetapi wanita itu langsung menepis tangan Raka dengan kasar, membuat hati Raka terkesiap.
"Kenapa jadi kamu yang marah sama aku, Nay?" tanya Raka dengan nada bicaranya yang tinggi. "Yang masuk dalam kehidupan aku itu kamu sendiri lho," imbuhnya yang membuat Nayra semakin kesal.
"Benar, ini memang salahku," desis Nayra tajam. "Karena itulah aku kembali ke sini, aku ingin menyelesaikan apa yang sudah aku mulai."
"Apa maksudmu?" tanya Raka bingung.
"Setelah aku melahirkan nanti, silakan kamu ambil ahli waris yang kamu mau ini. Dan setelah itu biarkan aku pergi," ujar Nayra dengan yakin. Raka menatap wanita itu dengan sorot mata yang tajam, rahangnya mengetat seolah ia marah. Namun, sesaat kemudian pria itu justru mengulum senyum yang membuat Nayra langsung menekuk keningnya.
"Kenapa kamu tersenyum? Ada yang lucu?" sinis Nayra.
"He'em," jawab Raka sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Nayra, bahkan membuat wanita itu sampai memundurkan kepalanya ke belakang. "Sebelum anak kita lahir, akan aku buat kamu jatuh cinta sama aku," ujar Raka penuh keyakinan yang membuat Nayra langsung tersenyum dan mencibir.
"Aku nggak bodoh untuk jatuh cinta pada suami kakakku sendiri," desis Nayra.
"Sayangnya cinta nggak mengenal IQ, Sayang. Cinta itu perasaan yang langsung menyerang hati, kamu akan tetap jatuh cinta entah kamu menginginkannya atau tidak."
...🦋...
"Mau kemana, Ra?" tanya Bu Irna yang melihat Naura sudah rapi.
"Mau menemui Raka, Ma," jawab Naura sembari menyambar kunci mobil yang ada di atas meja.
"Untuk apa lagi?" Naura langsung menoleh saat mendengar suara sang ayah.
"Untuk mempertahankan rumah tanggaku, Pa." Naura menjawab dengan tegas, sementara sang ayah justru geleng-geleng kepala.
"Mau dipertahankan bagaimana dengan lagi, Naura? Alasan kamu diceraikan oleh Raka itu karena hatinya sudah berpaling pada Nayra, bagaimana lagi kamu akan mengembalikan hatinya agar kembali mencintai kamu?"
"Apapun akan aku lakukan, Pa."
...🦋...
situ pernah gak mikirin perasaan Nayra dari sejak kecil hingga detik ini