LANJUTAN NOVEL "AKU BUKAN WANITA MURAHAN"
Zaline Haena Cruise harus menjadi seorang Presdir di usianya yang masih muda. Wanita itu menjadi pemegang saham terbesar di PT. Cruise Kontruksi setelah kakeknya meninggal dunia.
Banyak sekali yang telah ia alami saat masih kecil karena keserakahan keluarganya sendiri. Namun kini ia bisa menjalani hidup lebih baik atas bantuan kakaknya Zionel Cruise.
Perusahaan yang ia pegang bersama kakaknya tentu saja tidak mudah menuju kesuksesan, apalagi ada perusahaan konstruksi baru yang terus saja menjadi pesaing mereka.
Namun siapa sangka, Zaline Haena Cruise justru harus jatuh cinta pada pemilik perusahaan pesaing tersebut.
Bagaimana kisah cinta mereka???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekalahan Perusahaan Cruise
Satu minggu kemudian...
Kegagalan perusahaan Cruise untuk mendapatkan proyek dari Hiroki membuat Zionel geram. Bagaimana tidak, proyek tersebut jatuh ke tangan PT. Jaya Kontruksi namun dengan harga yang menjatuhkan pasaran. Walaupun Zaline sangat baik dalam mengurus perusahaan selama satu minggu ini, tapi ia belum sepenuhnya tahu masalah internal proyek kontruksi.
Zaline akhirnya paham setelah mengikuti rapat pertama kalinya di Cruise Kontruksi. Dan sepenuhnya memahami abangnya yang begitu marah saat ini.
"Mereka sudah gila." celetuk Zionel di sela sela rapat perusahaan. "Bagaimana mereka membangun perusahaan dengan cara seperti ini? Apakah mereka tidak memikirkan kerugian yang akan mereka alami setelahnya?" imbuhnya geram.
Alex menyerahkan berkas pada Zionel tentang perusahaan tersebut. "Mereka tidak akan mengambil proyek lain sementara waktu pak."
"Apakah perusahaan ini yang dipegang oleh pria muda itu?" tanya Zaline.
Zionel menganggukkan kepalanya. "Tindakan mereka membuat perusahaan kita..."
"Tunggu pak Zio." potong Zaline. "Bukankah ini kesempatan kita mengambil alih proyek proyek yang mereka tunda karena kurangnya dana?"
"Kau benar, tapi kita harus lihat dulu proyek mana yang menguntungkan untuk perusahaan Cruise. Lex... apakah kau sudah mendapatkan data data proyek yang mereka tangani?" tanya Zionel.
"Aku sudah mendapatkannya pak. Tapi belum ada informasi proyek yang ditunda mereka." jawab Alex seraya menyerahkan tabletnya pada Zionel.
Zionel segera melihatnya lalu berkali-kali menggelengkan kepalanya. "Mereka sudah mempersiapkan ini semua dengan baik, jadi tidak ada proyek yang menguntungkan untuk kita ambil alih walaupun nanti mereka menundanya."
"Lalu bagaimana sekarang? Atau haruskah aku menemui mereka tentang masalah ini?" tanya Zaline.
Seketika mereka semua menatap Zaline dan dengan kompaknya mereka menggelengkan kepala.
"Untuk apa kau menemuinya nona Zaline?" tanya Zionel.
"Memberi peringatan agar tidak seenaknya menjatuhkan harga kontruksi." jawab Zaline.
"Tidak perlu." ucap Zionel.
"Tapi kenapa? Masalah yang mereka timbulkan harus dibicarakan agar tidak lagi berbuat seenaknya seperti ini." ucap Zaline.
"Tidak nona Zaline. Belum saatnya kau bertemu kolega ataupun pesaing bisnis. Kau belum resmi diperkenalkan sebagai Presdir." jawab Zionel.
"Aku bisa berpura pura menjadi konsultan perusahaan Cruise."
"Sudah ada tugasnya masing masing. Kau tidak bisa mengambil beberapa pekerjaan untuk menyelesaikan masalah seperti ini. Ini salah satu masalah yang harus dihadapi perusahaan nona, masih banyak masalah lainnya. Lalu apakah kau harus turun tangan langsung saat itu terjadi dan mengubah jabatanmu lagi?" ujar Zionel.
"Mereka lajang dan kau juga lajang. Jangan pernah memikirkan untuk bertemu mereka." imbuh Roxy.
"Apa hubungannya pekerjaan ini dengan status kami? Kalian mulai tidak profesional." ujar Zaline kesal.
Alex menyunggingkan senyumnya, ia tahu kekhawatiran Zionel dan Roxy tapi sepertinya Zaline masih tidak menyadarinya.
"Nona Zaline, biar kami saja yang menyelesaikan masalah ini. Anda masih harus terus belajar mengambil alih pekerjaan pak Presdir disini sebelum jabatan itu resmi menjadi milik anda. Jadi tetap fokus dengan pekerjaan di dalam terlebih dahulu." ujar Alex.
Zaline menghela nafas panjang. Ucapan Alex lebih menenangkan daripada ucapan kakak dan sepupunya sendiri.
"Baiklah, aku tidak akan ikut campur lagi masalah ini." jawab Zaline.
"Itu lebih baik." kata Zionel. "Lex, cari informasi perusahaan itu lebih detail lagi dan kau Roxy, tetap mengawasi dan membantu nona Zaline." imbuhnya.
"Kenapa aku harus diawasi? Aku bukan anak kecil lagi." ujar Zaline pelan.
"Rapat kali ini selesai sampai disini, kita fokus pada proyek besar lainnya." ujar Zionel.
Semua staf yang ikut rapat mulai meninggalkan ruangan termasuk Roxy dan Alex. Tapi Zaline dengan penuh amarah menatap tajam kakaknya. Ia masih butuh penjelasan lebih dari Zionel tentang ucapannya. Zionel pun menatap adiknya.
"Ada apa? Berhentilah merengek seperti anak kecil nona, kau baru satu minggu mengambil alih pekerjaan daddy. Masih banyak yang harus kau pelajari daripada harus keluar bertemu pesaing bisnis perusahaan dan mengekspos wajahmu sebelum diperkenalkan sebagai Presdir Cruise Grup." ucap Zionel.
"Aku ingin belajar mengatasi pekerjaan diluar bang. Apa abang masih belum percaya padaku?"
Zionel menghela nafasnya. "Abang percaya, sangat percaya padamu. Pekerjaanmu sangat baik selama seminggu ini. Kau bahkan sudah pantas menjadi seorang Presdir."
"Lalu kenapa? Bahkan aku harus terus diawasi oleh Roxy."
"Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Zaline."
Zaline mengerutkan keningnya masih tidak memahami ucapan Zionel. Zionel menghela nafas panjang kembali.
"Zaline... berkacalah pada cermin... wajahmu adalah masalah terbesarnya." celetuk Zionel.
"Wajahku? Masalah besar? Apa hubungannya?" tanya Zaline.
"Ya Tuhan, ingin sekali aku memukul bokongmu itu nona. Pemilik perusahaan Jaya Kontruksi adalah dua pria lajang yang masih muda. Jika aku setuju dengan pendapatmu tadi dan mengirimmu kesana, aku akan dibunuh oleh kakakmu. Kau gadis yang sangat cantik, siapapun pria yang melihatmu akan menggila. Dan belum saatnya pria luar apalagi pesaing bisnis perusahaan Cruise melihat dan menatap wajahmu itu. Membayangkannya saja sudah membuatku kesal setengah mati. Sekarang kau sudah paham kan maksudku?"
"Bang Zi benar benar gila. Tidak ada hubungannya wajahku dengan pekerjaan ini. Dan aku juga masih bisa menjaga diri sendiri. Walaupun orang luar belum mengenalku tapi aku sudah seminggu mengekspos wajahku di perusahaan."
"Disini jelas berbeda. Walaupun mereka diam diam mengagumimu tapi tak ada satupun yang berani menatapmu lebih dari satu menit. Tapi diluaran..."
"Kalau wajahku menjadi masalah utama dalam pekerjaan ini, maka aku akan merusak wajahku sendiri." ancam Zaline.
Zionel terbelalak. "Ya Tuhan, berhentilah bersikap kekanak-kanakan Zaline. Menurutlah pada ucapanku. Aku bahkan belum membuat perhitungan denganmu tentang masalah Cecil."
Kali ini Zaline yang terkejut. "Bang Zi sudah tahu?"
"Kembalilah ke ruanganmu, aku tidak ingin membahasnya sekarang. Masalah perusahaan saja sudah membuatku sakit kepala."
Zaline yang berniat untuk protes dan merengek pada kakaknya, seketika berubah menjadi ketakutan. Ia tak menyangka Stevani sudah menceritakannya pada Zionel soal Cecil. Dan keberadaan Cecil selama ini di Inggris bisa menjadi masalah besar untuknya. Zaline segera keluar dari ruangan rapat tanpa mengatakan apapun lagi sebelum Zionel berubah pikiran.
Saat baru saja keluar dari ruang rapat tersebut, seketika Roxy mengejutkannya membuat wanita itu mengumpat.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Roxy ingin tahu.
"Tak perlu tahu, aku juga sedang kesal denganmu." jawab Zaline.
"Kau masih protes tentang masalah tadi?"
"Kau dan bang Zi sama saja."
"Demi kebaikanmu Lin. Aku tidak akan membiarkanmu menemui pria diluaran apalagi jika mereka pesaing bisnis perusahaan Cruise."
Zaline berniat mendebat ucapan Roxy, tapi ia justru segera melangkahkan kakinya untuk menghindari Zionel yang akan segera keluar dari ruangan. Roxy pun segera mengikuti wanita itu hingga sampai ke ruangannya.
"Mengapa kau mengikutiku?" tanya Zaline.
"Sampai kau tersenyum lagi, aku baru pergi."
"Ciiiih... tidak akan."
"Ayolah Lin... Pekerjaan di dalam perusahaan masih banyak yang harus kau ambil alih."
"Sampai kapan aku tidak boleh berhubungan dengan orang luar Xy? Mengapa kalian memperlakukan aku seperti ini?"
"Tunggu sampai kau resmi menjadi seorang Presdir. Kau akan bertemu dengan banyak orang."
"Tapi tak perlu juga kau mengawasiku. Aku bukan anak kecil lagi. Aku akan menjadi seorang Presdir dan kau hanya jadi asistenku bukan pengawas."
"Suka atau tidak, aku akan terus mengawasimu Lin. Aku memutuskan untuk menjadi asistenmu karena aku ingin menjagamu. Bukankah aku sudah bilang, aku tidak suka ada pria hidung belang yang akan menatapmu nanti." jawab Roxy.
"Ck... aku mulai menyesal memintamu menjadi asistenku."
Roxy terbelalak. "Baiklah, aku akan mengundurkan diri."
"Xy... aku hanya bercanda." kata Zaline manja.
"Aku tahu itu, walaupun kau mengusirku nanti, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Lin." pikir Roxy.
"Xy... jangan marah." ucap Zaline lagi.
"Sulit sekali bisa marah padamu nona. Selesaikan pekerjaanmu, lalu kita pulang." ujar Roxy.
Zaline menyunggingkan senyumnya seraya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Roxy berpamitan untuk kembali ke ruangannya.
*****
Happy Reading All...
selamat untuk AlZa atas kebahagiaan nya dengan lahir nya putra pertama
selamat dan sukses selalu untuk mamiku author missyou terima kasih sudah menghibur kami dengan cerita mu yang luar biasa 😘😘😘
dan yang terpenting mamii sehat selalu 😘😘😘
kecuali bocil belum paham 😂😂😂🚴
akhir nya anuu juga kala ada kata malam pertama
selamat ya AlZa 😘😘😘