Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.
"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.
"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"
"Apa aja?" tanya Zia.
"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.
Follow IG Author : @smiling_srn27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. GARA-GARA NANDA
"NANDA, CHINDY! NGAPAIN LO BERDUA!"
Semua pandangan tertuju ke arah pintu, tiga orang cewek datang dengan wajah penuh amarah. Triple paling ribet setata surya, mereka baru saja memergoki Chindy yang tengah memasukkan tangannya ke dalam baju Nanda. Chindy pun kembali menarik tangannya sambil memutar bola matanya, malas sekaligus jengah.
Heaven yang gercep, langsung menarik Zia untuk minggir. Heaven tahu kemungkinan terburuk yang akan terjadi setelah ini, semua yang berhubungan dengan Nanda pasti tidak akan ada yang berakhir dengan baik. Handa dan Icha pun ikut menyingkir, keduanya cukup penasaran dengan ledakan apa yang akan terjadi setelah ini. Ledakan ranjau kah, nuklir atau granat mungkin.
"Gara gara lo!" kesal Chindy. Menyikut perut Nanda dengan kekuatan super. Namun Nanda hanya terkekeh, meski sadar betul sebentar lagi pasti akan terjadi pertunjukan.
"Ngapain lo sama cowok gue, keganjenan banget sih jadi cewek!" hardik Sarah. Salah satu di antara ketiga cewek itu, yang berstatus sebagai pacar Nanda sejak dua hari yang lalu.
"Dih emang ngapain gue sama cowok lo?" balas Chindy malas.
"Terus apaan tadi? Lo pikir gue buta?" Tangan Sarah menerima botol air yang baru saja di serahkan oleh sahabatnya, Dela.
"Lo tanya aja sama cowok lo yang nggak jelas ini!" Chindy melirik Nanda yang masih duduk santai di meja, padahal sudah tahu kalau situasi sedang memanas.
"Apa?" Nanda bingung saat Chindy menatap tajam ke arahnya, sedikit kemudian ia sadar akan kode itu. "Chindy cuma mau ngambil dompet!" Nanda mengambil dompet di dalam baju, lalu menunjukkan pada semua orang.
"Pasti lo kan yang caper! Kalo enggak, gak mungkin Nanda deketin cewek sok cantik kayak lo!" cibir Sarah pedas.
"Lah emang gue cantik, badan gue juga bagus! Yang pasti gak gemuk kayak badan lo!" balas Chindy tidak kalah pedas.
"Emang nggak tahu diri lo ya!" Sarah membuka penutup botol, orang mengira ia akan minum karena haus. Tapi ternyata...
Byurr
Memejamkan mata, Chindy merasa air sudah menyapu seluruh wajahnya. Belum sempat Chindy membela diri, tangan Sarah sudah tergerak menyapu seluruh wajahnya dengan tissue. Dapat semua orang lihat kini wajah Chindy sudah tidak terlapisi makeup lagi. Tapi tidak terlalu buruk, karena sebenarnya Chindy hanya kurang percaya diri dengan penampilan tanpa makeup. Itu karena ia hobi merias diri untuk diri sendiri.
"Ini yang namanya cantik? Nggak salah denger gue? Alis cuma setengah doang bangga!" Sarah tertawa mengejek, "Monalisa jaman kapan lo?!"
"AARRRRGGGGHHHH...!" Chindy berteriak kencang, membuat semua orang menutup telinga. "PUNYA NYAWA BERAPA LO?"
Dengan kesal Chindy menjambak rambut Sarah, lalu memaksanya mendongak ke atas. Chindy yang terlanjur geram tidak segan mengusap kasar seluruh wajah Sarah menggunakan tissue basah, untung saja Chindy selalu siap sedia tissue di manapun dan kapanpun. Sarah tidak bisa memberontak, karena semakin berontak Chindy akan semakin erat menarik rambutnya.
"Lepasin setan arghh...," rintih Sarah merasakan sakit di kepalanya.
Setelah puas, Chindy melepas rambut sarah dengan kasar. "Sekarang siapa yang lebih Monalisa?" sentaknya.
"Anjir, mana alisnya?" seru Nanda terkejut melihat wajah asli Sarah tanpa makeup. "Mana pucet banget lagi, tipes lo?"
Semua yang mendengar ucapan Nanda seketika menepuk kening, bisa bisanya ada cowok model begitu. Ceweknya berantem bukannya di pisah, justru Nanda malah ikutan ngejudge seenak jidat. Kurang ajar memang, minta di ruqyah masal sepertinya cowok seperti Nanda itu.
"Berani banget lo Chin!" geram Sarah. Cewek itu melihat ke sekeliling, semua orang tengah menatapnya sambil menahan tawa. Sungguh, saat ini Sarah merasa sangat malu hingga tidak tahu harus meletakkan di mana wajahnya yang polos tanpa makeup itu.
"Mending lo pergi dari kelas gue! Ganggu tahu!" Chindy menunjuk keluar, mengusir Sarah dan teman-temannya dengan cara yang kasar.
"Ayo Sarah, sapi perah! Jangan mau kalah!" hasut Nanda penuh antusias. Belum cukup puas baginya jika keributan ini hanya sampai di sini, entah punya dendam apa Nanda pada dua cewek itu.
Pletak
"Anjir, sakit bego!" Nanda mengelus kepalanya yang sakit, melihat ke arah Gala yang baru saja menggeplak kepalanya dengan raut kesal.
"Bukannya dipisahin malah dikomporin!" balas Gala mendelik.
"Lagian siapa suruh berantem!" cuek Nanda langsung mendapat sikutan sekaligus toyoran dari Chindy dan Gala.
"Itu juga gara-gara lo, monyet!" sahut Heaven yang tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya. "Mending lo bertiga pergi dari sini kalo cuma mau ngajak berantem doang!" usir Heaven pada ketiga cewek itu.
"Tapi Heav, gue mau kasih ini buat lo!" Angel yang sejak tadi diam, kini mengulurkan satu kotak berwarna hitam yang entah apa isinya. Angel menatap sambil senyum-senyum malu, membuat Heaven serasa ingin muntah.
Niatnya datang tadi memang hendak menghampiri Heaven untuk menyerahkan oleh-oleh yang dititipkan Mama nya untuk cowok itu, namun tidak di sangka Sarah malah memergoki kelakuan Chindy dan pacarnya. Mama Angel memang mengenal Heaven sebagai anak dari rekan bisnis suaminya, karena itu ia selalu ingin menjodohkan putrinya dengan Heaven.
Tidak berniat mengambil, Heaven malah melirik Zia yang seakan tidak peduli. Tangannya bergerak menarik lalu merangkul bahu Zia. "Sorry, gue takut cewek gue marah!"
Zia melebarkan matanya, meratap Heaven yang juga sedang menatapnya. Zia menepis tangan yang bertengger di pundaknya, tapi tetap saja Heaven kembali merangkulnya. Angel yang melihat pemandangan di hadapannya hanya memasang wajah bingung, tidak mengerti kenapa Heaven terlihat sangat dekat dengan cewek yang tidak ia ketahui namanya itu.
"Maksudnya, lo udah punya pacar?" Jujur saja Angel kecewa sekaligus cemburu, melihat perlakuan Heaven pada cewek di sampingnya. Sejak dulu Angel selalu mengejar Heaven, tapi tidak pernah sekalipun Heaven menganggapnya ada.
"Kalo nggak punya buat apa gue ngomong!" Heaven dengan cuek masih menatap Zia dengan senyum tipis khasnya, tanpa memedulikan bagaimana perasaan Angel yang melihat kemesraan itu.
Zia yang mulai risih, ingin segera pergi dari kelas yang dihuni oleh bermacam orang aneh itu. Heran saja, bagaimana bisa kakak kelasnya itu aneh semua. "Nggak, gue nggak marah. Ambil aja kalo lo mau!" ucap Zia.
Heaven mendekatkan bibirnya ke telinga Zia, "Berarti lo udah terima gue jadi cowok lo dong?" bisik Heaven tersenyum jenaka.
Zia menatap kesal Heaven yang sedang menunjukkan senyum puas, bisa-bisanya ia tertipu dengan pancingan cowok pemaksa itu. "Nggak lucu!" Zia menginjak sepatu Heaven, kemudian pergi meninggalkan kelas.
"Tuh kan cewek gue marah!" ucap Heaven kemudian pergi keluar mengejar Zia yang sudah keluar bersama Handa dan Icha.
"TAPI HEAV...!" Gagal mencegah, Angel menghentak-hentakkan kakinya ke lantai menatap kepergian Heaven.