Takdir Cinta Sang Penari

Tiga hari setelah tertangkapnya suster palsu yang melakukan percobaan pembunuhan, Tegar dan keluarganya tak pernah datang sibuk karena kesibukan masing-masing.

Monday mendapat telepon dari kepolisian untuk bersaksi sebagai korban.Gadis itu berencana pergi sendirian ke kantor polisi.

Tak berapa lama datang Dokter dan Suster, setelah memeriksa keadaan Monday sang Dokter memperbolehkannya pulang. Monday senang tapi di samping itu ia juga takut jika biayanya lebih dari kemampuannya.

Para Suster mulai mencopot selang infus dan karteter juga mengganti perban di kepala Monday yang lukanya masih basah, ia juga dipersilahkan mengganti pakaiannya sendiri.

Setelah berbenah dan membersihkan diri, gadis itu pergi ke bagian administrasi untuk menyelesaikan pembayaran dan mengurus surat pulang dari rumah sakit.

"Berapa total biaya perawatan dan pengobatan pasien atas nama Monday dari ruang VVIP?" Tanya Monday kepada staf administrasi di rumah sakit tersebut

"Oh atas nama Monday ini surat pernyataan sudah boleh keluar dari rumah sakit karena telah sembuh dan untuk semua biaya operasi dan perawatan termasuk juga dengan obat-obatan sudah di bayar oleh Tegar," jawab Suster seraya memberikan surat selesai rawat inap.

"Kak Tegar?" Tanya Monday lagi untuk memastikan dan dijawab anggukan kepala oleh staf administrasi.

"Ehemm,"  Tegar berdehem dari belakang Monday.

"Eh Kak Tegar ngagetin aja, kok gak bilang sih kalau kesini. Oh ya Kak, kenapa bayarin biaya perawatan aku? 100 juta itu mahal banget kak, aku....  " Ucap Monday terhenti ketika Tegar menutup bibirnya dengan satu jarinya.

Monday yang baru saja membaca total biaya rumah sakit itu terkejut dan ingin membayarnya sendiri meskipun sebagian akan ia cicil.

"Udah Mon, gak usah dipikirin. Kita keluarga kan? Nanti aja kalau Monday udah benar-benar jadi orang sukses baru deh dibalikin hehe," ucap Tegar.

"Aku juga sengaja gak bilang kalau mau kesini biar surprise dong," timpal Tegar

"Aku ada sebagian uang dari hadiah lomba kemarin. Sisanya kciicil ya kak," ucap Monday dengan tersenyum.

"Jangan itu kan bisa buat kebutuhan kamu yang mendesak nanti, selama kakak bisa tanggung kenapa enggak? Kata kamu, aku itu kakak bagimu? Jadi kenapa harus sungkan. Masalah bayar gak usah dipikirin lagi ya," ucap Tegar sambil mengelus kepala Monday. Monday tidak menepisnya karena dia merasakan kenyamanan dan rasa kasih dari seorang kakak.

"Makasih Kak," ucap Monday seraya menangis terharu. Masih ada orang sekitar yang sangat baik padanya.

"Iya, dengan senang hati. Mon, kamu udah berkemas? kak Tegar temenin kamu ke kantor polisi ya, tadi Ayah bilang hari ini kamu akan di mintai pernyataan seputar kejadian tempo hari," sahut Tegar yang tak ingin Monday mendapat masalah lagi jika ke kantor polisi seorang diri

"Udah berkemas kok. Makasih ya kak udah mau anterin, kita ke kamar dulu ya ambil pakaian,"

Mereka lalu kembali ke kamar untuk mengambil pakaian yang sudah ditaruh di tas ranselnya. Saat membuka pintu kamar. Ada Friday yang sedang menunggu di dalam. Melihat Monday berdekatan dengan Tegar membuat rasa cemburu nya datang kembali.

"Dari mana Mon? " tanya Friday. Jika dalam keadaan hati tidak senang Dia tidak memanggil Monday dengan sebutan 'sayang'

"Tadi ke admistrasi mau bayar biaya perawatan, tapi malah udah di bayar sama kak Tegar. Untung aja ada Dia, kalau enggak, mungkin aku udah kebingungan cari sisa biayanya," perkataan Monday secara tidak langsung menyinggung Friday.

"Kamu kan punya aku sayang kenapa musti pinjam orang lain," sahut Friday dengan kesal.

"Kak Tegar bukan orang lain sayang, dia sekarang kakak ku," jawabnya bersemangat

"Sejak kapan jadi kakak? Kalian tuh gak ada hubungan darah. Mana aku mau lihat rincian tagihan biaya nya. Aku mau balikin ke Tegar biar dia gak sok-sokan jadi pahlawan kesiangan," ucap Friday angkuh.

Monday tak pernah melihatnya berkata seperti itu. Friday yang dia kenal selalu menghormati orang lain dan sopan terhadap yang lebih tua.

Lantas di rebutnya kertas tagihan biaya itu dari tangan Monday. Kemudian Friday melihatnya dan segera mengeluarkan ponselnya bersiap untuk mentransfer saat itu juga, dia lalu meminta nomer  rekening Tegar.

"Oh cuma 100 juta, rekening Lo berapa sini tulis," ucap Friday seraya memberikan ponselnya yang  sudah terbuka layar m-banking.

"Friday, kamu kenapa sih? kok jadi gak sopan gitu. Biaya ini masalah aku dan kak tegar. Kenapa kamu ikut-ikutan. Aku yang pinjam sama kak Tegar, jadi ini semua salah aku," Monday ikut terbawa emosi.

"Sayang, yang berhak atas kamu itu aku, aku pacar kamu!  aku bertanggung jawab atas kamu," ucap Friday yang semakin merasa memiliki semuanya padahal status mereka hanya kekasih.

Tegar terdiam, dia semakin tak enak dengan perdebatan anak muda yang seperti anak kecil .

"Friday, cukup ya. Kamu baru jadi pacar udah protektif dan merasa berhak mengatur ku. Kita ini masih tahap pacaran, bukan suami istri, udah lah aku mau pulang, ada urusan yang lebih penting. Yuk kak," ajak Monday seraya mengambil tas, pergi meninggalkan Friday.

"Mon, kamu mau kemana! aku belum selesai ngomong," Friday berusaha menghentikan. Kemudian Monday berhenti dan berbalik.

"Mau ngomong apalagi? Kamu mau bilang kalau aku gak boleh pergi dengan kak Tegar? Sekalian aja pasang rantai di leherku. Biar kamu puas ngatur hidup ku," Monday terlihat marah sekali.

Friday terdiam, diapun merasa bingung dengan tingkah dan sikapnya yang tidak terkontrol. Intinya dia sangat mencintai Monday dan takut gadisnya akan berpaling, jika terlalu dekat dengan Tegar.

Tegar yang bersikap dewasa segera mengambil tindakan. Ia melangkah ke arah Friday dan mengambil tangan Friday lalu menariknya dengan pelan dan meletakkan tangan Friday di atas tangan Monday, kemudian dia berkata.

"Kunci suatu hubungan, terutama cinta. Harus di dasari rasa percaya kepada pasangannya. Sedangkan sikap kecemburuan dan protektif seperti ini bukannya membuat pasangan betah di dekat kita, tapi malah membuat semakin jauh di hadapan kita. Monday tahan emosi dan hargailah Friday sebagai pasangan mu, meskipun masih dalam tahap pacaran. Dan Friday kamu harus kurangi rasa cemburu mu yang berlebihan itu," ucap Tegar dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Ucapan Tegar membuat Monday tertegun. Bahkan menarik perhatian Monday. Kekagumannya semakin bertambah karena sikapnya.

Apa yang dikatakan Tegar benar. Monday dan Friday terdiam mengintrospeksi dirinya sendiri. Sedangkan Tegar sudah berlalu dari hadapan mereka.

Friday menatap Monday penuh penyesalan. Monday juga menatap Friday. Monday semakin mendekati Friday dan berkata maaf dengan suara yang lirih. Friday mencumbu bibir ranum Monday kemudian.

Genggaman tangan mereka berubah, tangan Monday melingkar di atas bahu Friday dan Friday mengikat tangannya di pinggang kekasihnya. Monday melepaskan kecupan dan berkata lagi "Maaf aku udah berucap sedikit kasar," ucap Monday.

"Maafkan aku juga Mon. Aku ga bisa kontrol ego ku dan tidak memberikanmu kebebasan," kedua sejoli ini bermesraan dalam sekejap.

Cinta anak muda yang sering bertikai, namun hari itu juga terselesaikan. Sebentar-sebentar saling membenci dan sebentar-sebentar saling cinta kembali. Inilah yang sedang mereka hadapi, pembelajaran Introspeksi diri dan mulai mempercayakan cintanya

Mereka lalu bergegas segera menyusul Tegar yang sudah jauh meninggalkan mereka berdua.