Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.
- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )
Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.
- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.
Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pram & Kailla 22
“La, temani aku makan siang dan bertemu seseorang pulang dari kampus, ya?” pinta Maya dengan wajah memelas. Sahabat baik Kailla di kampus yang terpaut usia beberapa tahun di bawahnya.
“Mau ke mana?” Kailla ragu. Bola matanya berputar, mempertimbangkan permintaan Maya.
“Cuma makan siang di mal, setelah itu pulang. Ngobrol sebentar, haha hihi saja, La.” Maya merengkuh lengan Kailla dengan erat, seperti adik kecil yang memohon pada kakaknya.
“Ya?” todong Maya lagi, membujuk Kailla.
“Tapi ... aku tidak bisa lama-lama. Hanya makan siang, setelah itu pulang. Si kembar dan bapaknya bisa menghancurkan seisi rumah kalau aku pulang terlambat.” Kailla mengalah.
“Ok, Say.” Senyum terukir di wajah cantik Maya, dua lekukan dalam di sudut bibir semakin membuat gadis itu terlihat manis.
***
Kailla mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Mini Cooper Maya. Ia sudah tiba di mal, baru saja turun dari mobil yang terparkir di rubanah mal.
“May, kamu sudah sampai? Aku di parkiran basement. Kamu di mana?” Kailla berbicara pada sahabatnya di ponsel.
“Aku sudah di dalam, La. Masuk saja, aku di Zenbu, La. Ditunggu,” putus Maya, mematikan sambungan teleponnya.
“Huh! Aku ditinggal,” gerutu Kailla, mengentakan kaki, kesal dengan sahabatnya.
“Sam, ikut masuk, ya. Aku harus memerah ASI untuk si kembar. Nanti, kamu tolong bawa pulang ke rumah.” Kailla berpesan.
Melangkah masuk ke dalam mal dengan wajah tidak bersahabat, Kailla berusaha tersenyum saat mendapati sahabatnya sedang duduk sembari membolak-balik buku menu. Suasana restoran siang itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung sedang menikmati makan siang.
“May!” seru Kailla, menepuk punggung Maya dari belakang. Meletakan tas tangannya di atas meja, Kailla menjatuhkan bokongnya tepat di sebelah Maya.
“Temanmu belum datang?” tanya Kailla, mengerutkan dahi. Seingatnya, Maya memintanya menemani untuk bertemu seseorang.
“Belum, sepertinya terjebak macet.” Maya masih serius dengan buku menu. “Mau pesan apa, La?” tanya Maya lagi.
“Aku ikut saja, May.” Kailla mengedarkan pandangan ke sekitar restoran. Tampak suasana restoran sedang lenggang dengan deretan meja dan bangku kosong.
Deg — Kailla tertegun, saat matanya menangkap pergerakan seseorang dari kejauhan yang sangat dikenalnya. Seorang pria muda, memamerkan senyum dan berjalan ke arah mereka.
“Pak Adrian.” Tanpa sengaja, Kailla mengucapkan nama sang pria.
“Hah! Pak Adrian sudah sampai?” tanya Maya, mengangkat pandangannya. Sejak tadi terpaku dengan buku menu, Maya baru terusik saat nama Adrian disebut.
“Pak!” Maya melambaikan tangan sembari berdiri menyambut. Senyum gadis itu terlihat lepas, berbeda dengan Kailla yang tiba-tiba merasa tidak enak hati.
Adrian adalah sosok yang dicemburui Pram belakangan ini. Kailla sudah berjanji pada suaminya untuk tidak menemui pria ini lagi di luar kampus. Dan sekarang, tanpa sengaja Kailla melanggar janjinya sendiri. Ia merasa bersalah, apa pun alasannya ia sudah mengingkari apa yang sudah disepakatinya bersama Pram.
“Kalian sudah lama?” tanya Adrian, memamerkan senyuman pada Maya dan Kailla bergantian.
“Belum, Pak. Baru saja,” sahut Maya dengan centilnya. Aura gadis itu tiba-tiba berubah. Dari yang biasanya dingin, dalam sekejap mata menjadi hangat dan bersahabat. Bahkan dengan suara manjanya, ia mempersilakan Adrian menempati bangku kosong di hadapan mereka.
“Silakan, Pak,” ujarnya, menebar pesona. Sejak awal masuk kuliah, Maya memang memiliki perasaan pada dosen muda dan tampan itu. Bukan hanya Maya, ada banyak mahasiswi yang memiliki perasaan yang sama dengan Maya. Terbukti setiap melangkah, sang dosen selalu dikelilingi para gadis muda.
Kailla memilih duduk dan tidak banyak bicara. Ia hanya bersuara apabila ada yang mengajaknya bicara. Berada di tengah Adrian dan Maya, Kailla merasa diabaikan. Walaupun berulang kali dosen muda di hadapannya mengajak bicara, tetap saja Kailla merasa menjadi pengganggu.
“Tahu begini, aku menolak saja. Ketahuan Pram aku bertemu Adrian, malam-malamku akan berubah kelam,” Kailla membatin.
Hampir lima belas menit Maya dan Adrian mengobrol, Kailla yang tidak enak hati memilih berpamitan untuk memerah ASI. Mungkin ini lebih baik dibandingkan memaksa berada di tengah keduanya.
“May, aku permisi dulu. Biasa ....” Kailla memberi kode dan Maya sudah sangat paham. Di antara teman-teman kampus, hanya Maya yang mengetahui jelas status Kailla yang seorang istri sekaligus ibu dari dua bayi kembar.
Memerah ASI di Nursery Room yang disediakan pihak mal, Kailla menggerutu. Ia menyesal telah menerima ajakan Maya. Kalau tahu akan berujung seperti ini, tentu saja ia akan menolak tegas. Beruntung, ia bisa mengulur waktu dengan berlama-lama di ruangan ini. Menikmati empuknya sofa sembari mendinginkan kepalanya.
Keluar dengan menenteng cooler bag, Kailla menyerahkan tas itu pada Sam yang menunggu di luar ruangan. “Sam, antarkan ke rumah.” Kailla memerintah sembari melangkah gontai menuju ke tempat Maya dan Adrian. Ingin rasanya ikut dengan Sam pulang ke rumah, tetapi ia tidak bisa menghilang begitu saja. Ia merasa tidak enak pada Maya yang mengajaknya ke sini.
***
Mata Kailla terbelalak setelah memastikan kursi yang tadinya ditempati Maya tiba-tiba kosong. Hanya tertinggal Adrian sedang menikmati makanan yang tersaji di atas meja.
“Pak, Maya ke mana?” Kailla buru-buru bertanya.
“Maaf, La. Tadi Maya izin pulang duluan. Mamanya tiba-tiba sesak napas, minta diantar ke rumah sakit.” Adrian tersenyum, menjawab dengan santai. Tangan pria muda itu tak hentinya memasukan makanan ke dalam mulut.
“Itu makananmu, La. Maya sudah memesan untukmu. Temani aku makan dulu, baru pulang,” pinta Adrian.
“Tapi ....” Tubuh Kailla melemas, ia menyesal telah mengirim Sam pulang ke rumah beberapa menit yang lalu. Harusnya, ia ikut pulang bersama tanpa merasa khawatir pada Maya.
“Sudah, duduk saja.” Adrian menarik pergelangan tangan Kailla agar bersedia duduk dan menemaninya menikmati makan siang.
“Tapi ... Pak.”
“Habiskan saja makan siangmu, La. Setelah itu baru pulang.” Adrian berkata sambil memerhatikan wajah cantik Kailla. Senyum di bibir pria tampan itu merekah.
Kailla terpaksa menurut, ada rasa sungkan saat menolak permintaan dosennya.
“Makan dan pulang! Semakin cepat semakin baik.” Kailla membatin.
Baru saja Kailla memasukan sesendok makanan ke dalam mulutnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang sangat dikenalnya.
Deg—
“Mama.” Kailla berkata spontan. Wajahnya meredup, jantung berdetak kencang saat pandangannya beradu dengan wanita berusia senja yang sedang duduk bersama wanita muda dan seorang bayi tak jauh dari tempatnya. Kailla mengenali ketiganya. Mama mertuanya, Kinar dan putrinya yang meringkuk di gendongan.
“KAILLA!” teriak Ibu Citra setelah memastikan pandangannya tidak salah. Ia sengaja berjalan mendekati Kailla dan membuktikan sendiri kalau saat ini menantunya sedang berduaan dengan pria lain, menikmati makan siang berdua. Emosi wanita tua itu terpancing saat mengetahui dugaannya tidak salah.
“KELEWATAN KAMU, KAI. PANTAS SAJA KAMU MENOLAK MENEMANI MAMA, TERNYATA KAMU SUDAH PUNYA JANJI DENGAN SELINGKUHANMU!” Ibu Citra menarik tangan Kailla yang sedang duduk. Di sisi lain, tampak Adrian berdiri dan menjelaskan.
Kailla tertunduk malu, suara Ibu Citra begitu menggelegar. Semua orang bisa mendengar teriakan dan tuduhan Mama mertuanya yang memalukan. Ingin rasanya menenggelamkan diri di laut terdalam saja. Sudah tidak sanggup menanggung malu. Malu pada Adrian, malu pada pengunjung lain yang menatap ke arah mereka.
“Ma, jangan seperti ini. Kenalkan ini dosenku, namanya Pak Adrian. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Ya ‘kan, Pak?” ucap Kailla mencari pembelaan.
“Mama tidak peduli. Dosan Dosen Dosan Dosen! Kamu memang tidak bisa berubah, Kai. Sejak dulu memang begitu. Kurang sabar apa lagi Pram. Sudah diizinkan kuliah, kamu malah berselingkuh. Darah mamamu menurun padamu. Pram benar-benar salah memilih istri!” tuduh Ibu Citra.
“Bu, sepertinya Ibu salah paham. Saya dan Lala tidak ada hubungan apa-apa.” Adrian menjelaskan.
“Tidak, kamu tidak perlu ikut campur. Ini urusan keluarga kami. Aku mengenal menantuku dengan baik. Dia ini sudah terbukti sepak terjangnya!” omel Ibu Citra, mengarahkan telunjuknya ke arah Kailla. Raut wajah Ibu Citra begitu mengerikan, sorot matanya berkilat tajam. Tampak napas wanita berusia kepala tujuh itu naik turun.
Kinar yang mulai paham situasinya, terlihat berusaha menenangkan Mamanya, sambil menggendong Diadra, ia menarik tangan Ibu Citra agar kembali duduk.
“Ma, sudah dulu. Jangan begini. Malu ....” bujuk Kinar, memberi kode pada Kailla.
“Tidak bisa. Pram harus tahu kelakuan istrinya di belakang. Sudah sejak dulu aku katakan pada anak itu kalau istrinya ini tidak bisa dipercaya. Untung saja bertemu denganku, kalau tidak dia akan menyembunyikan bangkai ini sampai bertahun-tahun. Memalukan!” Ibu Citra merogoh tas tangannya dan menghubungi Pram.
Tidak membutuhkan waktu lama, terdengar suara Ibu Citra yang berapi-api, mengadu pada putranya. “TEMUI MAMA DI MAL, ISTRIMU SEDANG BERSELINGKUH! AKU SEDANG MENANGKAP BASAH KAILLA-MU MAKAN BERDUA DENGAN SEORANG PRIA DI RESTORAN. HANYA BERDUA!”
***
Tbc
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set