Istri Supernatural Bos Mafia

PRIA ITU akhirnya terkekeh dan mengambil kemeja hitamnya yang terlihat mahal, lalu mengeluarkan dasi bergaris dari salah satu laci meja nakas. Ia memakai kemejanya dengan cepat hingga menyerahkan dasi itu pada Lafira.

“Kalau begitu pasang dasi saja. Ini akan membuatmu terbiasa di masa depan sebagai istriku.” Dia terlihat arogan.

“Kita belum menikah!” Gadis itu memperingatinya.

“Jangan khawatir, kita akan mengambil sertifikat lebih dulu.”

Lafira mengambil dasi yang diserahkan oleh Domian dan mulai memakaikannya. Ini bukan hal yang sulit. Dia dulu sering melakukannya pada Tuan Lexan. Terkadang dia tidak bisa melupakan masa lalu jika Domian terus memintanya untuk melakukan sesuatu yang dibenci. Termasuk memakaikan dasi.

Setelah memakaikan dasi, Domian merasa sedikit lebih baik dan memberi kecupan ringan di dahinya. “Kerja bagus.”

Lalu dia membopong Lafira untuk duduk kembali di kursi rodanya. “Jangan berlama-lama berdiri. Aku khawatir itu akan melukai otot kakimu. Kita akan memeriksanya setelah aku kembali nanti.”

Domian melihat dua novel yang tergeletak di atas meja anak lebih dulu karena penasaran. Belum lagi gambar pada sampul novel begitu dewasa dan agak vulgar. Pernikahan dengan ayah gula? Lalu yang satunya lagi tentang mafia yang kejam dan memiliki istri kecil.

Novel yang satu itu cukup tepat untuknya. Hanya saja … saat dia menatap Lafira, julukan istri kecil ini mungkin kurang tepat. Melainkan istri supernaturalnya. Guru Stemphson sudah berulang kali menghubungi dia untuk membiarkan Lafira berguru. Tapi Domian menggantungnya lagi dan lagi setiap kali dihubungi.

Seperti hubungan yang tidak pasti antara murid dan tuannya ….

"Kamu membaca semua novel ini?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya dengan perasaan tidak senang.

"Apa yang salah? Itu hanya novel."

"Tahukah kamu apa artinya rating 21 plus?"

"..."

Lafira terdiri ketika ditanya masalah ini. Jadi bagaimana dengan itu? Dia mungkin masih berusia delapan belas tahun, tapi membaca novel tersebut tidak ada masalah. Hanya mengisi waktu luang.

"Itu hanya rating! Jangan mencari alasan! Berikan bukunya padaku!" Gadis itu ingin bangkit lagi seraya mengambil alih buku novel yang dipegang Domian. Dia curiga jika pria itu akan menyitanya.

Domian menatap gadis itu dengan ekspresi dingin, kamu menyimpan buku kembali dan menghampirinya. Kali ini Domian menekan dia di bawahnya dengan ekspresi yang cukup jahat.

"Hanya rating, ya?" Pria itu sedikit mencibir.

"Domian, apa yang kamu lakukan?" Gadis itu ingin menendang jika kakinya bisa digerakan.

Tanpa ragu, pria itu bahkan menyentuh dadanya dan memberi ciuman di bibir. Gadis itu membelalakkan mata dan meronta. Pria itu Berani melecehkannya. Tapi Domian tidak bermaksud untuk melepaskannya dan memperdalam ciuman mereka.

Lidah pria itu menari di mulutnya hingga Lafira merasa jika lidahnya kebas. Barulah setelah dia hampir kehabisan napas, Domian melepaskan tautan bibirnya. Wajah cantik Lafira memerah dan segera mengambil oksigen sebanyak mungkin.

Domian mengulum senyum dan menyentuh bibir lembab gadis itu dengan sedikit tatapan kepemilikan.

"Inilah yang selalu dilakukan dalam novel-novel itu. Bahkan lebih dari itu. CEO yang mencari hiburan dari pasangannya di tempat tidur hingga sifat dominannya pada istri. Lafira ... apakah kamu menyukai novel-novel seperti itu? Kenapa kita tidak mengalaminya saja secara nyata?" Pria itu berbisik. Suaranya seperti godaan iblis yang merangkak dari kegelapan.

Ia tidak tahu sejak kapan gaunnya menjadi longgar, Bahkan pahanya terlihat lebih seksi. Ketika Domian menyentuhnya, dia merinding dan tanpa sadar merapatkan dia. Walaupun dari lutut hingga kakinya lumpuh, ia masih bisa sedikit menggerakkannya.

Wajah Lafira memucat. Pria itu menjadi begitu tak tahu malu dalam sekejap mata. Ketika melihat seringaiannya, dia tahu jika Domian sengaja untuk melecehkan dirinya.

"Domian! Kamu lepaskan aku!" teriaknya tidak berdaya.

"Apakah kamu masih mau membaca buku-buku novel itu?" Pria itu menatapnya dengan ancaman.

"Bagaimana jika aku membacanya? Apa hubungannya denganmu?!" Gadis itu kesal hingga tanpa sadar matanya sedikit memerah.

"Kalau begitu kita akan mencobanya malam ini."

"Kamu— kamu bahkan tertarik untuk menyentuhku yang cacat seperti ini? Apakah kamu gila?!" Gadis itu merasa tidak mengerti, kenapa Domian begitu suka mengusilinya.

Seringai di wajah pria itu menghilang, tergantikan dengan ekspresi dinginnya yang agak kejam. Tidak tahu apa yang membuatnya tersinggung, namun setelah Lafira mengatakan hal seperti itu, dia merobek gaunnya tanpa ampun.

Gadis itu berteriak dan ingin menghentikan apa yang pria itu lakukan, namun kekuatannya tidak cukup untuk menangani Domian. Hingga setelah gaunnya dirobek, tubuhnya yang terlihat putih mulut itu terlihat. Hanya memakai pakaian dalam yang cukup lucu.

"Domian!! Apakah kamu masih manusia? Lepaskan aku! Lepaskan aku!!" teriaknya.

Domian seolah tuli. Dia memberikan banyak tanda ciuman panjang di dada dan leher gadis itu. Kemudian menyentuh tonjolan lembut di dadanya yang terlihat menggoda. Tenggorokan Domian tiba-tiba kering. Namun dia tidak berniat untuk menyentuhnya saat ini.

Dia hanya memberinya beberapa ciuman panjang dan juga gigitan di lehernya. Hingga akhirnya dia berhenti setelah gadis itu mulai menangis. Penampilan Lafira cukup berantakan kali ini. Selain rambutnya yang tersebar di ranjang, gaunnya juga sudah tak bisa dipakai lagi.

Gadis itu akhirnya menghalangi dadanya dengan kedua tangan seraya menatap Domian dengan penuh kebencian.

Domain bangkit setelah menghela napas kasar dan mengambil semua buku novel itu. "Ingatlah. Jangan menentang garis bawahku! Lain kali, hukumannya bukan ini lagi, tapi perkosa kamu!"

Setelah berkata demikian, dia meninggalkan kamar dengan suara pintu yang ditutup kasar. Lafira bisa samar-samar mendengar jika Domian berteriak memanggil Kepala Pelayan Qi.