NovelToon NovelToon
Anak Untuk CEO Mandul

Anak Untuk CEO Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyonya_Doremi

"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."

Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.

Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Naomi meletakkan gelas air di meja kopi marmer, tindakannya tenang dan terkontrol, sebuah kontras nyata dengan badai emosi yang pasti sedang berkecamuk di dalam diri Ryu Dirgantara. Matanya yang tajam menatap Ryu.

“Jadi, hasil tes itu meyakinkan?” tanya Naomi. Nada suaranya datar, tanpa ada jejak kepuasan, kemarahan, atau penghakiman atas semua drama yang telah mereka lalui. Ia hanya seorang wanita yang mencari fakta absolut di tengah kehancuran sebuah kontrak.

Ryu mengangguk, sorot matanya yang biasanya sedingin baja kini diliputi rasa lega yang luar biasa bercampur dengan rasa bersalah yang menusuk. Ia merasakan beban sepuluh tahun keyakinan yang salah terangkat dari pundaknya.

“Sangat meyakinkan,” jawabnya, suaranya serak. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, menghela napas panjang yang terdengar seperti dilepaskan setelah bertahun-tahun tertahan.

“Laporan lama yang disimpan Ibu, laporan yang digunakan untuk memaksakan pernikahan kontrak ini, itu adalah hasil pemalsuan yang cerdas. Aku memang memiliki masalah kesuburan, jumlah sperma yang rendah, tetapi tidak sampai mandul total. Aku... aku bisa memiliki anak.”

Kebenaran itu mengambang di udara Penthouse B, sebuah entitas yang nyata dan tak terhindarkan. Kebenaran yang membatalkan premis dari seluruh kontrak mereka, memutarbalikkan semua pengorbanan, ancaman, dan pertempuran yang telah mereka hadapi. Kontrak pernikahan yang mereka jalani, aliansi mereka melawan Helena dan Anya, semua didasarkan pada kebohongan keji yang dirancang oleh Helena Dirgantara.

“Saya senang mendengarnya, Ryu,” kata Naomi. Tidak ada kemunafikan dalam suaranya. “Itu berarti Anda tidak perlu lagi hidup di bawah bayangan ketakutan akan garis keturunan. Anda mendapatkan putra Anda dan juga legitimasi Anda.”

Ryu mendapati dirinya tidak mampu merespons ungkapan tulus Naomi. Dia hanya menatap wanita itu, seolah baru pertama kali melihatnya tanpa lensa kontrak. Dia melihat wanita yang telah berjuang dan memenangkan perang. Dia, Ryu Dirgantara yang angkuh dan perkasa gagal untuk atasi. Ia menyadari bahwa Naomi telah menyelamatkan garis keturunan Dirgantara dua kali, pertama dengan melahirkan putranya, dan kedua dengan membelanya dari ancaman Anya.

Rasa bersalah menghimpitnya. “Naomi,” katanya, berdiri dengan gelisah. “Aku telah melakukan semua ini, mengikatmu, mengancammu, memperlakukanmu seperti komoditas berdasarkan kebohongan keji ini. Aku tidak pernah memberimu kesempatan untuk cinta atau pernikahan yang normal. Aku...”

“Kita berdua tahu bahwa satu-satunya alasan kita selamat dari semua ini adalah karena Anda membutuhkan seorang pewaris, dan saya memiliki putra Anda,” potong Naomi, menjaga jarak emosionalnya, menolak untuk membiarkan pengakuan Ryu merusak dinding pertahanannya. “Premisnya sudah berubah, Ryu, tetapi putra kita tetap sama. Dia adalah Dirgantara, dan kita adalah orang tuanya. Jangan buang waktu untuk penyesalan yang terlambat.”

Ryu tidak mampu melanjutkan permintaan maafnya. Sebaliknya, ia berjalan ke boks bayi di sudut ruang keluarga, di mana putra mereka tidur nyenyak. Ia menatap wajah kecil itu, dan rasa posesif yang kuat, liar, dan memabukkan membanjiri dirinya. Itu lebih kuat dari kekuasaan korporatnya, lebih bernilai dari setiap saham di Gedung Dirgantara.

“Dia milikku,” bisik Ryu, bukan kepada Naomi, melainkan kepada dirinya sendiri, menegaskan fakta yang tak terbantahkan yang baru saja dikonfirmasi oleh sains. “Dia adalah anak kandungku, pewaris sahku. Garis keturunanku bersih. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan kau, mengambilnya dariku.”

Naomi memperhatikan kegarangan baru dalam dirinya. Ini bukan lagi Ryu yang dibayangi rasa malu karena kemandulan. Ryu yang ini, yang kini memeluk kebenaran tentang garis keturunannya, jauh lebih berbahaya daripada Ryu si CEO yang dingin dan terikat kontrak. Kekuatan dan rasa posesifnya kini memiliki dasar yang mutlak.

“Saya tidak berniat mengambilnya dari Anda, Ryu,” balas Naomi dengan tenang. “Saya hanya ingin memastikan dia tumbuh dengan mengetahui bahwa dia dicintai, bukan hanya diwarisi. Cintanya tidak bisa dikontrak atau dipaksakan.”

Ryu berbalik, menatapnya dengan tatapan tajam yang baru, penuh perhitungan. “Aku akan mencintainya. Aku akan menjadi ayah terbaik yang bisa dimiliki Dirgantara.” Dia berjalan kembali ke sofa dan duduk, posturnya kini dipenuhi tujuan.

“Kita harus memberinya nama,” kata Ryu, mengalihkan fokusnya dengan cepat. “Seorang Dirgantara tidak boleh dipanggil hanya dengan putra atau cucu. Dia adalah pewaris. Dia membutuhkan nama yang mencerminkan kekuasaan dan garis keturunannya. Aku ingin nama yang akan dihormati di seluruh dunia.”

Naomi mengambil tempat duduk di seberangnya. “Kita sepakat untuk menunggunya sampai situasi aman. Sekarang sudah aman. Saya punya beberapa ide, tetapi saya ingin mendengar Anda terlebih dahulu. Saya yakin Anda telah memikirkannya selama berbulan-bulan.”

Ryu mengangguk, mengeluarkan laptop dan membalik layarnya ke arah Naomi. Di sana, tertulis beberapa nama, lengkap dengan etimologi dan maknanya, yang jelas-jelas telah dia teliti dengan serius, mencerminkan ambisi dan karakternya.

Damian, dari bahasa Yunani, berarti menjinakkan, menaklukkan. Pilihan yang agresif dan menguasai.

Arion, nama Yunani yang berarti prajurit. Simbol perjuangan dan kekuatan militer.

Emilio, dari bahasa Latin, berarti saingan. Pilihan untuk menandakan persaingan dan ambisi.

“Aku ingin nama yang kuat,” jelas Ryu, suaranya penuh antusiasme. “Dia harus menjadi penakluk. Damian Dirgantara. Terdengar dominan dan tak tertandingi. Aku ingin dia memancarkan otoritas sejak namanya disebut.”

Naomi menatap daftar itu, sedikit mengerutkan kening. “Semuanya kuat. Terlalu... agresif. Saya ingin nama yang memiliki kehangatan dan filosofi juga. Dia akan menaklukkan dunia dengan kecerdasan dan kebaikan, bukan hanya dengan paksaan semata. Nama harus menjadi doa.”

Dia berjalan ke laci dan mengambil sebuah buku catatan kecil, membukanya.

“Bagaimana dengan..."

Rafka, dari bahasa Arab, yang berarti kesejahteraan, kemakmuran. Ini adalah harapan untuk masa depan yang damai dan berkelimpahan.

Elano, berasal dari Spanyol, yang berarti terang, bersinar. Ini berarti dia harus menjadi cahaya bagi keluarganya.

Athala, nama Sansekerta yang berarti utama, agung, mulia. Ini cocok untuk pewaris utama, tetapi memiliki nuansa kehormatan batin.

Ryu kembali fokus pada daftar Naomi. Dia mengucapkannya berulang kali, Athala.

“Athala Dirgantara,” ulang Ryu. Dia mengucapkannya beberapa kali, menguji resonansinya di lidahnya. “Athala. Agung, mulia.” Wajahnya sedikit melunak. Dia tidak bisa menyangkal daya tarik nama itu. “Itu nama yang kuat. Dia adalah pewaris utama, jadi itu cocok dengan takdirnya.”

“Atau,” lanjut Naomi, melihat tatapan Ryu kembali posesif, “kita bisa gabungkan. Athala Rafka Dirgantara. Athala untuk keagungan dan kemuliaan garis keturunan yang harus dia pikul. Rafka untuk kemakmuran dan kesejahteraan yang kita harapkan akan dia bawa.”

Ryu mempertimbangkan hal itu. Dia menyukai Athala karena maknanya yang mulia dan berat, sesuai dengan posisi pewaris takhta Dirgantara. Dia menyukai Rafka karena itu memberinya dan Dirgantara berkah kemakmuran, sebuah harapan yang ditekankan oleh Naomi. Nama tengah itu, Rafka, terasa seperti sentuhan Naomi, sebuah jembatan antara kekuasaan Ryu dan kelembutan Naomi.

“Athala Rafka Dirgantara,” putus Ryu, mengangguk setuju, sebuah keputusan yang sangat penting diambil dengan ketegasan seorang CEO. “Aku menyukainya. Dia akan menjadi yang terhebat. Aku akan memastikan itu.”

Ryu berdiri lagi, posesifnya memuncak. “Besok pagi aku akan memanggil notaris untuk memfinalisasi akta kelahirannya. Aku akan segera mengeluarkan pernyataan resmi di Dewan Direksi dan pers. Tidak ada lagi yang akan menyebutnya putra atau cucu yang tidak bernama. Dia adalah Athala Rafka.”

Naomi berdiri, ekspresinya tenang, tidak gentar oleh ledakan energi Ryu yang baru. “Saya setuju dengan namanya, Ryu. Tetapi Anda harus ingat, Anda membaginya dengan saya. Saya adalah ibunya. Saya akan memastikan dia tumbuh dengan mengetahui kemuliaan dan juga kebaikan. Nama Rafka adalah janji itu.”

Ryu menatapnya, pandangan mereka bertemu. Aliansi yang dingin dan terikat kontrak perlahan mulai berubah menjadi kemitraan yang terpaksa. Mereka adalah orang asing yang terikat oleh kontrak yang didasari kebohongan, tetapi kini mereka adalah orang tua yang terikat oleh seorang putra yang sangat mereka cintai dengan cara mereka masing-masing.

“Kita akan membesarkannya bersama, Naomi,” kata Ryu, sebuah pengakuan yang dingin tetapi tulus dalam suaranya. “Aku akan menjadi ayahnya. Dan kau adalah ibu dari pewarisku. Kita adalah satu-satunya yang penting bagi Athala.”

.

.

Ketenangan pascakonfrontasi dengan Anya dan pengakuan Ryu tentang kebenaran garis keturunannya menciptakan ilusi perdamaian di Penthouse B. Namun, Ryu tidak membiarkan ilusi itu bertahan lama.

Dalam beberapa minggu berikutnya, posesif Ryu terhadap Athala Rafka tumbuh menjadi tirani yang halus. Karena kebenaran tentang kemampuan reproduksinya telah terungkap, dan posisinya sebagai ayah kandung kini mutlak, Ryu melangkah lebih jauh dari sekadar memberikan nama. Dia mulai mengatur kehidupan Athala dengan disiplin seorang CEO yang merencanakan merger besar.

Suatu sore, Ryu kembali dari kantor membawa sebuah proposal setebal buku, yang ia letakkan di meja makan saat Naomi sedang menyiapkan makanan bayi.

“Apa ini?” tanya Naomi, tangannya terhenti.

“Ini adalah Rencana Pengembangan Athala Rafka Dirgantara, 20 Tahun Pertama,” kata Ryu, matanya bersinar karena bangga. “Aku mempekerjakan tim ahli dari Swiss, termasuk konsultan pendidikan, pakar nutrisi, dan ahli perkembangan anak. Ini adalah kurikulum untuk memastikan Athala siap mengambil alih Dirgantara pada usia 25 tahun.”

Naomi menarik napas dalam-dalam. “Kurikulum? Ryu, dia baru berusia empat bulan.”

“Justru itu!” Ryu bersikeras. “Fondasi harus diletakkan sejak dini. Lihat halaman 15. Jadwal Tidur dan Stimulasi Kognitif. Jam 8 pagi hingga 10 pagi, hanya mendengarkan musik klasik Bach dan Mozart, untuk meningkatkan perkembangan otak. Jam 10 pagi hingga 11 pagi, stimulasi visual dengan kartu kontras tinggi dan membaca buku-buku berbahasa Inggris dan Mandarin. Tidak ada suara-suara konyol atau mainan berwarna-warni yang tidak memiliki nilai edukasi.”

Ryu membuka halaman lain. “Lihat halaman 30. Rekomendasi Pengasuh. Aku sudah mempekerjakan dua pengasuh profesional, satu lulusan Oxford yang berspesialisasi dalam bahasa dan satu lagi lulusan sekolah militer yang berspesialisasi dalam disiplin dan keamanan.”

“Sekolah militer?” Naomi terkejut. “Ryu, kita tidak membutuhkan seorang sersan untuk merawat bayi!”

“Mereka bukan hanya merawat, Naomi. Mereka mengawasi,” balas Ryu dengan nada mutlak. “Keamanan Athala adalah prioritas utama. Tidak ada yang boleh mendekatinya tanpa pemeriksaan latar belakang penuh. Bahkan kau.”

“Aku ibunya!” seru Naomi, meletakkan sendok dengan suara keras.

“Aku tahu kau ibunya, tetapi aku tidak bisa mengambil risiko apa pun setelah insiden Anya,” balas Ryu, pandangannya dingin. “Kita harus profesional. Kita berdua adalah orang tua Athala, dan dia adalah aset Dirgantara. Kita tidak bisa membesarkannya dengan cara yang santai.”

Keesokan harinya, Ryu melaksanakan rencananya. Mainan-mainan Naomi yang lembut dan berwarna-warni, yang ia rajut sendiri, disingkirkan. Mereka digantikan oleh kubus kayu geometris, kartu flash dalam tiga bahasa, dan tablet yang diprogram hanya untuk menyajikan materi edukasi yang disetujui.

Naomi masuk ke ruang bermain dan menemukan seorang pengasuh berwajah kaku, Mr. Harland mantan perwira keamanan, sedang duduk tegak di samping boks bayi sementara Athala mendengarkan simfoni Bach yang disiarkan melalui speaker berteknologi tinggi.

1
Ara putri
Hay kak, jika berkenan saling dukung yuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!