Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Ini Anak Siapa Sebenarnya?
Dua hari kemudian...
Hari ini Bagas dan Nella kedatangan menantu dan cucunya. Dewa bersama istri dan anaknya mengunjungi kedua orang tuanya sebulan 2 kali.
Nella meraih tubuh cucunya yang telah kuat berjalan dan menggendongnya. "Oma kangen sekali denganmu!" mengecup pipi bocah laki-laki itu.
"Di mana Nadia, Ma?" tanya Anggun kepada ibu mertuanya.
"Dia lagi ada di kamar," jawab Nella.
"Aku membawa makanan kesukaannya sekaligus buat Mama dan Papa!" kata Anggun seraya menunjukkan kantong kain yang dijinjingnya.
"Nanti Mama makan, letakkan saja di meja!" ucap Nella memberikan perintah.
Dewa duduk di sofa bersama dengan papanya yang sedang memainkan ponselnya. "Bagaimana acaranya kemarin?" tanyanya. Dewa dan keluarga kecilnya juga diundang tetapi ia tak dapat hadir karena bersamaan dengan acara dari pihak keluarganya Anggun.
"Tidak terlalu ramai, cuma diundang keluarganya saja," jawab Bagas meletakkan ponselnya di meja.
Tatapan Dewa tertuju kepada ponsel yang masih menyala dan terlihat gambar. Ia menajamkan penglihatannya melihat foto tersebut. Ia kemudian mengambil ponsel ayahnya dan membuka kembali ponsel itu untuk memastikan sesuatu.
"Kenapa, Wa?" tanya Bagas heran putranya menyentuh ponsel dirinya.
"Ini foto di mana, Pa?" Dewa balik bertanya, ia memang mengetahui kata sandi ponsel ayahnya.
"Di rumah pamannya Marcell, memangnya kenapa?" tanya Bagas lagi.
Dewa melihat beberapa gambar yang berada di galeri foto dan menjawab, "Aku mengenal rumah ini!"
"Memangnya kenapa dengan rumahnya?" Anggun menjadi penasaran, ia duduk di samping suaminya.
"Ini rumah tempat Dion dibuang!" kata Dewa.
Nella, suami dan menantunya cukup terkejut mendengarnya.
"Aryo membuang bayinya di depan rumah ini. Dion juga diambil dan dibawa ke rumah ini!" jelas Dewa.
"Apa kamu yakin?" tanya Nella mendekati putranya.
"Iya, Ma. Warna cat dan lokasinya persis sama!" jawab Dewa.
"Apa mungkin pamannya Marcell yang menemukan Dion?" tanya Bagas menebak.
"Siapa nama pamannya?" Dewa balik bertanya.
"Kalau tidak salah Sastro. Mereka memang jarang ke rumah itu. Dulu Marcell sering menginap di sana beberapa hari," jawab Bagas menjelaskan.
"Memangnya kemarin itu tetangganya bilang nama pemiliknya siapa?" tanya Anggun.
"Mereka bilang Angga, tapi mereka juga jarang ketemu," jawab Dewa lagi karena lingkungan tempat tinggal milik Sastro merupakan kawasan cukup elit. Meskipun bukan area komplek tetapi rumah di sana hampir rata-rata besar, mewah dengan halaman luas.
"Coba kamu pastikan apa benar itu memang rumahnya pamannya Marcell?" titah Bagas.
"Jangan sampai kita salah menuduhnya!" sahut Nella.
"Aku akan berangkat ke sana hari ini!" Dewa lantas berdiri. Ia lalu meminta ayahnya mengirimkan beberapa foto ke ponselnya.
"Jangan pergi sendirian!" larang Nella.
"Aku pergi dengan Delon, Ma!" Dewa lalu menghubungi adik keduanya. Ia bergegas ke mobilnya.
Ketika acara ulang tahun itu, Bagas memang sengaja memotret kebersamaan mereka di ponselnya. Tujuannya untuk disimpan dan sebagai kenang-kenangan. Hal biasa di zaman sekarang yang setiap pertemuan pasti berfoto bersama. Terkadang bepergian jauh juga, setiap momen akan diabadikan.
Nadia keluar dari kamarnya dan melihat kakaknya berjalan terburu-buru menuju mobil sehingga ia bertanya, "Mau ke mana Kak Dewa?"
Anggun menjawabnya dengan menyebut nama kota itu.
"Mau apa ke sana?" tanya Nadia lagi.
"Duduklah dulu, Nak!" jawab Bagas menyuruh putrinya sembari menepuk sofa disampingnya.
Nadia pun duduk mengikuti perintah ayahnya.
"Dewa bilang kalau rumah yang kita datangi dua hari lalu adalah tempat Aryo membuang anaknya!" kata Bagas.
"Hah!!Apa??" Nadia juga terkejut.
"Iya, Nad. Besar kemungkinan ada seseorang yang mengambil anakmu. Karena 'kan dari rekaman CCTV mobil masuk ke rumah itu!" sahut Anggun.
"Dewa dan Delon ke sana buat memastikan saja. Biar kita tak salah!" timpal Nella.
_
Dua jam kemudian, Dewa dan Delon tiba di kota tujuan. Mereka mulai mendatangi satu persatu tetangga sekitar rumahnya pamannya Marcell.
"Maaf, Nona. Apa anda mengenal pria ini?" Dewa bertanya sembari menunjuk foto Sastro kepada seorang wanita muda yang kebetulan baru saja keluar dari rumahnya, jarak rumahnya dengan Sastro cuma 50 meter.
"Ini Pak Angga, kemarin dia memang membuat acara di sini. Tapi, saya tidak terlalu mengenalnya dekat karena dia jarang menempati rumahnya. Kebanyakan di luar negeri," jawabnya.
"Oh, begitu," ucap Dewa manggut-manggut.
"Kalau yang ini?" Delon menunjuk foto Marcell.
"Saya tidak kenal," jawabnya lagi.
"Hmm... kalau begitu, terima kasih!" kata Dewa kemudian mereka berlalu.
Keduanya lalu menanyakan hal sama kepada yang lainnya. Mereka cuma mengenal wajah Sastro, namun salah satu warga menyarankan untuk menanyakannya pada pejabat lingkungan.
Dewa dan Delon lantas pergi menemui seseorang yang bertanggung jawab menangani masalah lingkungan di sekitar kediamannya Sastro.
"Ini keponakannya Pak Angga. Kami pernah bertemu dua kali!" kata pria paruh baya setelah Dewa dan Delon menunjuk foto Sastro dan Marcell.
"Dia tinggal di sini memang tak terlalu lama, tapi hampir sering ke rumahnya Pak Angga. Karena 'kan Pak Angga dan keluarganya menetap lebih lama di luar negeri," lanjut pria itu memberikan penjelasan.
Dewa dan Delon manggut-manggut paham.
Setelah mengucapkan terima kasih, Dewa dan Delon kembali ke kotanya. Perjalanan yang mereka tempuh cuma 1 jam karena ketika pergi Dewa terlebih dahulu menjemput adiknya di kos-kosannya.
Sesampainya di rumah, Dewa dan Delon lalu menjelaskan hasil penyelidikan mereka. Nadia, kedua orang tuanya dan kakak iparnya begitu terkejut mendengarnya.
"Lalu siapa yang membawa Dion ke dalam rumah itu?" tanya Bagas karena mereka mengetahui jika Marcell memiliki anak kandung.
"Keponakan Om Sastro hanya Marcell, aku tidak tahu dari keluarganya Tante Laras," jawab Nadia sepengetahuannya.
"Kata tetangga cuma Marcell yang pernah tinggal di sana," kata Dewa.
"Om Sastro dan Tante Laras tidak mengetahui pernikahannya Marcell," ucap Nadia terus terang.
Seluruh pandangan tertuju kepada Nadia.
"Kenapa bisa? Bukankah mereka saudara?" tanya Nella.
"Marcell bilang, pernikahan mereka dilakukan diam-diam karena terpaksa," jawab Nadia lagi.
"Aneh!" gumam Anggun.
"Kenapa terpaksa?" Delon penasaran.
"Kata Marcell cuma pelarian saja," ucap Nadia mengingat obrolan mereka beberapa hari lalu.
"Menurutku pasti ada sesuatu yang disembunyikan Marcell!" sahut Anggun menerka.
"Aku juga merasakan begitu, Kak. Ada sesuatu yang mencurigakan!" timpal Nadia.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Nella karena putrinya itu sangat dekat dengan Marcell.
"Aku harus menemuinya sekarang juga!" jawab Nadia lantas berdiri dari tempat duduknya.
"Aku tidak bisa menemani kalian ke rumahnya!" kata Dewa ingin adiknya saja yang bertanya kepada Marcell.
"Aku akan mengantarkan kalian, tapi aku tidak ikut masuk!" Delon juga tak mau ikut campur.
"Ya sudah, biar Mama dan Nadia saja yang menemuinya. Papa dan Delon tunggu di mobil!" kata Nella.
Mereka pun berangkat ke rumah Marcell, kedatangan mereka tak diketahui pria itu. Jika Marcell akan pergi ke luar kota atau ada urusan pekerjaan biasanya dia menghubungi Nadia buat menjaga anaknya.
Dihantui rasa penasaran yang besar, Nadia keluar mobil terlebih dahulu. Ia bergegas masuk dan mencari keberadaan Marcell di rumah itu. Ia pun menemukan Marcell yang sedang berada di taman belakang bersama Mario menikmati udara sore hari.
Nadia mengambil Mario dari kereta bayi dan menggendongnya lalu bertanya, "Ini anak siapa sebenarnya?"
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn